News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Tantangan Siswa Digital: Bikin Sriwijaya dan Majapahit Baru di Era Digital

Tantangan Siswa Digital: Bikin Sriwijaya dan Majapahit Baru di Era Digital




Cilacap; Era digital membuat dunia kini semakin tanpa batas. Begitu juga dalam hal persaingan produk pendidikannya. Ke depan, kecakapan digital yang mesti dikuasai anak Indonesia tak cukup hanya menguasai empat pilar kecakapan itu, baik digital skill, digital ethic, digital culture maupun digital safety. Lebih dari itu, mereka mesti menghadapi dua ilmu hidup masa depan yang menjadi tantangan mereka, dan pasti mereka hadapi. Keduanya adalah digital strategy dan digital global politic. 

Menurut Dr. Riant Nugroho, pegiat literasi digital dan pakar kebijakan publik, mereka anak-anak kita sepuluh tahun mendatang mesti menguasai keterampilan strategis: bagaimana dengan kecakapan digital bisa bersaing menguasai dunia. Karena, dengan era borderless, tanpa batas geografi, musuh kita bersifat lintas benua. "Jangan hanya terampil menguasai digital semaksimalnya. Kalau sampai orang Amerika dan Swedia justru belajar bahasa Jawa, batik dan wayang dengan lebih fokus dan serius, bisa membuat mereka lebih jago dari kita," ujarnya.

Bahkan, lanjut Riant, mereka akan jadi rujukan belajar budaya Jawa. Itu bahaya serius. "Jadi, strategi hidup era digital jangan melupakan yang unik dan eksklusif dari budaya bangsa kita. Kuliner, karya seni, dalami yang serius dan fokus, karena di sana akan jadi pembeda dengan yang ada dari negara lain. Kita tetap punya nilai jual khas yang dicari orang. Di situ kita bisa survive," kata Riant Nugroho saat berbicara dalam Webinar Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital, yang digelar Kementerian Kominfo untuk warga Kabupaten Cilacap, Jateng, 22 Oktober 2021.

Punya keunggulan yang berskala global, sambung Riant, adalah kunci menguasai dunia. Buat anak-anak kita belajar berpikir untuk punya keunggulan global. Jadilah Sriwijaya atau Majapahit baru di era digital dengan keterampilan unggulnya. Indonesia pusat penduduk Muslim terbesar, jadikan kita sebagai pusat rujukan baca Alquran yang indah dan merdu. Kuasai ilmunya dengan spesifik. Kalau pengin belajar Alquran tak harus ke Arab, silakan ke Indonesia. Bisa belajar beragam ilmu budaya, tradisi dan beragam kecakapan khusus yang dimiliki orang Indonesia di masa datang. Batik di beragam media, mobil, smartphone didesain dengan batik eksklusif, diproduksi, dan belajar ilmunya mesti ke Indonesia. 

"Jadikan Sriwijaya atau Majapahit baru yang kokoh dan berkarakter untuk bersaing dengan produk dan talenta global lain. Ruang digital hanya jadi sarana, bukan yang utama. Tapi kecakapan khusus yang unik dan punya diferensiasi, itu yang kita jadikan  alat berjuang untuk menguasai dunia global dengan senjata sarana digital," urai Riant yang mengupas topik, "Pendidikan Bermutu untuk Generasi Anak  Digital" dan diikuti ratusan peserta lintas profesi dan generasi dari seantero Cilacap.

Tak membahas sendiri, Riant Nugroho yang dipandu moderator Ayu Perwari, juga ditemani koleganya Imam Wahyudi, direktur PT Content Creative Indonesia dan mantan anggota Dewan Pers; Septa Dinata, peneliti dari Paramadina Publik Policy; H. Ahmad Faridi, Sub Koord Rendati, Kanwil Kemenag Jateng, serta Reny Risty, presenter TV yang tampil sebagai key opinion leader.

Lebih jauh, membahas tantangan anak Indonesia di masa datang, Imam Wahyudi menekankan, kecakapan digital mesti dikukuhkan dengan tetap menjaga keterampilan beragam kecakapan aplikasi yang mumpuni, dan up to date. Bukan kelas sedang, agar kita tak dikerjai mereka dari negara lain. "Agar dalam transformasi digital kita bisa tampil sebagai pemenang dan bukan jadi pecundang di tengah persaingan era digital," pungkas Imam, serius. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment