News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Sekolah Masa Depan Bisa Belajar di Mana Saja

Sekolah Masa Depan Bisa Belajar di Mana Saja




Sleman – Situasi pandemi membuat hampir semua aktivitas termasuk dalam dunia pendidikan mengalami pergeseran. Pembelajaran beralih dari offline menjadi online.

Prinsipnya, belajar merupakan proses dari tidak tahu menjadi tahu sesuatu. Bisa jadi, model sekolah pada era digital yang memanfaatkan perangkat teknologi informasi merupakan sekolah masa depan.

“Belajar dan mengajar bisa di mana saja,” ucap Sabinus Bora Hangawuwali, Peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) saat menjadi narasumber webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Sleman, DIY, Jumat (8/10/2021).

Konsekuensi dari sistem pembelajaran online adalah penguasaan digital skill yaitu kemampuan mengenal, mengakses dan mengoperasionalkan perangkat komputer, smartphone dan perangkat lunaknya berupa aplikasi. Dari sini akan terasah keterampilan memanfaatkan media sosial dan search engine untuk belajar serta menggunakan untuk belajar.

Sedangkan penguasaan soft skill meliputi complex problem solving, kecerdasan emosional, critical thinking, kreatif, original dan inisiatif, judgment and decision making, profesional, pergaulan luas, kemampuan berkomunikasi dan manajemen waktu.

Suharti selaku Sekretaris LPPM Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta yang juga menjadi narasumber bertema “Pendidikan Online: Era Baru Merdeka Belajar menjelaskan tentang apa yang dimaksudkan dengan Merdeka Belajar”.

Yaitu, kata dia, pendidikan yang diupayakan untuk memanusiakan manusia atau pendidikan yang membebaskan, menghadirkan pendidikan yang menyenangkan dan membahagiakan, kemerdekaan berpikir, kebebasan berinovasi, belajar dengan mandiri dan kreatif serta  menggali daya kritis dan potensi siswa. “Guru merupakan kunci penting dalam merdeka belajar,” ucapnya.

Manusia, lanjut dia, pada dasarnya memiliki tujuh kemampuan yang berfungsi untuk menciptakan, mengkreasi, memperlakukan, memperbarui, memperbaiki, mengembangkan dan meningkatkan segala hal dalam interaksinya dengan alam maupun manusia lainnya.

Peter Fisk pernah mengatakan ada sembilan tren atau kecenderungan terkait dengan pendidikan era revolusi industri 4.0, yaitu belajar pada waktu dan tempat yang berbeda, pembelajaran individual, siswa memiliki pilihan menentukan bagaimana mereka belajar, pembelajaran berbasis proyek, pengalaman lapangan, interpretasi data, penilaian beragam, keterlibatan siswa dan mentoring.

Sementara literasi baru yang dibutuhkan oleh lembaga pendidikan terbagi tiga yaitu literasi data, literasi teknologi dan literasi manusia. Literasi data merujuk pada kemampuan membaca, menganalisis dan menggunakan informasi (big data) di dunia digital.

Literasi teknologi terkait dengan memahami cara kerja mesin, aplikasi teknologi (coding artificial intelligence & engineering principles), sedangkan literasi manusia berupa penguatan humanities, komunikasi, dan desain. “Berbagai aktivitas literasi tersebut dapat dilakukan oleh siswa dan guru,” kata dia.

Dipandu moderator Nadia Intan, webinar juga dihadiri narasumber Sri Astuty (Staf Pengajar Universitas Lambung Mangkurat, Japelidi), Bevaola Kusumasari (Dosen Fisipol UGM, IAPA) dan Dibyo Primus (Seniman) sebagai Key Opinion Leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment