News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Post Truth Bikin Emosi dan Gampang Stres

Post Truth Bikin Emosi dan Gampang Stres





Karanganyar – Sosial media adalah sebuah media untuk bersosialisasi satu sama lain dan dilakukan secara online. Semua manusia dimungkinkan bisa saling berinteraksi tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu.

Sebagia bagian dari dunia digital, sosial media juga mengenal istilah post truth. Pengertiannya menurut Paul Yoseph Goebbels adalah kebohongan yang diceritakan satu kali adalah kebohongan, tapi kebohongan yang diceritakan ribuan kali akan menjadi kebenaran.

“Post truth ini membuat orang bikin emosi dan gampang stres karena susah membedakan fakta dan bukan fakta,” ujar Bambang Irawan, Dosen FISIP Universitas Mulawarman, saat menjadi narasumber webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Selasa (27/7/2021).

Menurut dia, tindakan menyebarkan informasi yang salah jika dilakukan secara sengaja bisa membahayakan orang lain. Bisa juga, ada kesalahan dalam informasi namun disebarkan karena unsur ketidaksengajaan tanpa bermaksud membahayakan orang lain.

Atau, informasi yang memiliki unsur kebenaran namun penyebarannya dimaksudkan untuk merugikan hingga membahayakan pihak tertentu.
Dampak dari itu semua itu sebenarnya hanya dirasakan oleh mereka yang punya permasalahan kepercayaan atau takut pada perbedaan, kondisi di mana fakta tidak terlalu berpengaruh terhadap pembentukan opini masyarakat dibandingkan dengan emosi dan keyakinan personal.

Disebutkan, penduduk Indonesia 272 juta jiwa hampir sebagian waktunya dipergunakan untuk berinternet dan sosial media. Ini tidak lepas dari aspek kebebasan mengakses internet termasuk ketersediaan infrastruktur.

Narasumber lainnya, Hartanto selaku Dosen FISIPKUM Universitas Serang Raya, dalam kesempatan itu memaparkan tentang pentingnya toleransi.
Indonesia memiliki anugerah karena keragaman yang  dimiliki, termasuk keragaman agama. Kehidupan beragama di Indonesia umumnya berlangsung harmonis, karena adanya toleransi antarumat beragama.

Selain itu, negara juga menjamin kebebasan warganya beribadah menurut agamanya masing-masing seperti termuat dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Dipandu moderator Bobby Aulia, webinar bertema ”Membangun Toleransi Beragama melalui Media Sosial” kali ini juga menghadirkan narasumber Femikhirana Widjaja (Digital Marketing Strategist), Ibnu Novel Hafidz (Creative Entreprenuer) dan Debi Glen (TV Presenter & Sportcaster) selaku key opinion leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment