News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Peran Orangtua sebagai Pengendali Game Addict pada Anak

Peran Orangtua sebagai Pengendali Game Addict pada Anak



Brebes: Banjirnya informasi dan berjuta konten setiap detik di ruang digital saat ini memang tak semua berdampak positif. Bagi yang pintar memilah dan memilih, khususnya pada anak usia sekolah, sangat membantu menambah materi pelajaran selain yang diberikan guru di kelas online. Tapi, ada temuan KPAI dan Depdikbud 2020, sebagaimana dikutip peneliti UGM Novi Widyaningrum UGM saat menjadi pembicara dalam webinar literasi digital Indonesia Makin Cakap Digital gelaran Kementerian Kominfo untuk warga Kabupaten Brebes, Jateng, 22 Oktober 2021.

Menurut Novi, realitas anak masih cukup tinggi terpapar dampak negatif internet berupa pornografi, saling cyber bully, dan terbanyak game addict, kecanduan gim online. Ini masih terjadi cukup parah di Bekasi, Depok, Bogor, dan sebenarnya terjadi pula di banyak kota lain. Kesibukan orangtua dan kurang pengawasan guru saat siswa akses gim di luar jam kelas online menjadi penyebab hal itu terus terjadi. 

”Di sini sinergi peran pengawasan orangtua dan guru perlu ditingkatkan, karena di situ pengendalian bisa dilakukan,” urai Novi dalam webinar yang bertema ”Transformasi Digital untuk Meningkatkan Kualitas Belajar Siswa di Masa PTM”. Webinar yang diikuti lebih dari 800 siswa dan guru, juga profesi lain, itu dibuka dengan keynote speech Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Bupati Brebes Idza Priyanti. 

”Kami sangat berharap warga memaksimalkan ikut webinar ini agar kecakapan digital makin mumpuni. Juga bisa menjadi alat untuk meningkatkan kecakapan digital agar ke depan menjadi SDM tangguh yang bisa bersaing ketat di era digital,” pesan Bupati Idza.

Novi Widyaningrum menambahkan, banjir informasi di era digital makin tak terbendung. Novi masih melihat, dalam sedetik saja ada 700 ribu orang yang login di Facebook, dan 69 ribu jam film ditonton orang di NetFlix. Lalu, 2,76 juta video ditonton di Youtube dan 20 juta pesan terkirim di WhatsApp. 

Kecakapan digital dalam menjaga etika saat memosting diperlukan netizen, khususnya anak-anak, saat jam-jam kuliah PTM mulai dilakukan. Dalam pola blended learning, di sekolah guru mesti proaktif memantau apa yang diakses siswa, dan di rumah orang tua tak bisa masa bodoh pada apa yang diakses anak. 

”Kalau perlu, buat jadual jam belajar online. Juga saat di luar jam belajar, anak perlu didampingi orangtua saat mengakses smartphone. Penting diyakinkan agar anak tak sembarang posting dan koment di ruang digital. Siswa di rumah atau saat PTM di sekolah jangan sembarang akses, khususnya gim online. Kalau sampai kecanduan, susah dikendalikannya,” pesan Novi wanti-wanti.

Dipandu moderator Neshia Shelvia dan presenter TV Karina Berrewan sebagai key opinion leader, tampil juga tiga narsumber lain. Yakni, praktisi pendidikan Yuni Wahyuning, peneliti dan pengajar Pesantren Al- Qadir Yogyakarta Ahmad Wahyu Sudrajat, dan penggiat sosial - aktivis lintas iman Nurul Hajah Latifah.

Zaman berubah, target hasil pendidikan pun berubah. Kemdikbud, menurut Wahyu Sudrajat, makin mengejar wacana kecakapan pendidikan abad 21, di mana siswa dan guru makin dituntut bukan hanya kompeten menguasai ilmu pengetahuan yang makin luas aksesnya secara digital, tapi juga siswa dilatih mandiri dan bisa berpikir analitis, menguasai dan bisa mengatasi masalah yang dihadapi dengan bantuan sarana dan infrastruktur digital. 

”Artinya, tak hanya jago di kelas, tapi kalau menghadapi masalah dalam kehidupan sosial pun bisa mencari solusi yang inovatif,” papar Wahyu Sudrajat.  (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment