News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Pentingnya Budaya Digital di Era Perkembangan Teknologi

Pentingnya Budaya Digital di Era Perkembangan Teknologi




Kendal - Pesatnya perkembangan teknologi membuat gelombang perubahan secara global di berbagai sektor, baik itu politik, teknologi, ekonomi, lingkungan, hingga budaya yang tak lagi mengenal batas. 

Hal tersebut dikatakan oleh Staf Pengajar Sosiologi Fisip Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), Akhmad Ramdhon dalam webinar literasi digital dengan tema “Pendidikan Bermutu Untuk Generasi Anak Digital” yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo bagi warga Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, pada Kamis (21/10/2021).

Akhmad mengungkapkan gelombang perubahan secara regional atau nasional terjadi transisi politik, otonomi daerah, demokratisasi, hingga identitas baru yang muncul. “Gelombang perubahan juga terjadi secara individu atau kelompok perilaku, pendidikan, pekerjaan, gaya hidup, sikap dan konstruksi nilai yang dirujuk,” ujarnya. 

Menurut Akhmad, pada era perkembangan teknologi ini, budaya digital mesti diletakkan dalam konteks kebudayaan identitas kebangsaan yaitu Pancasila, kebhinnekaan, toleransi, keberagaman maupun keadilan.  

Kemudian, budaya digital memenuhi hak-hak digital bagi anak, bagi perempuan maupun individu yang mempunyai keterbatasan atau inklusif. “Selain itu juga budaya digital menjadi bagian melestarikan kebudayaan lokal, kerifan lokal, keragaman identitas, promosi seni budaya hingga merawat perbedaan,” tutur Akhmad di depan lebih dari 300 partisipan webinar. 

Selanjutnya adalah budaya digital sikap kritis atau positif berekspresi, mengelola data dan informasi publik dan privat, maupun berpartisipasi. 

Narasumber lainnya, Praktisi Komunikasi, Alfan Gunawan mengatakan perkembangan sektor pendidikan di Indonesia sendiri terbagi dalam beberapa tahapan. Pertama yakni era edukasi 1.0 yang mana guru sebagai pusat pengetahuan dan buku pelajaran adalah sumber materi.  

Kemudian era edukasi 2.0 yang mana adanya tukar pikiran dengan siswa, interaksi antara guru dengan peserta didik pun lebih luas. Lalu untuk era edukasi 3.0, yang mana adanya kolaborasi dan saling mencari tahu antara guru dan siswa. 

Pada era ini juga ada keterlibatan tenaga profesional, atau yang ahli dalam bidangnya untuk mengasah bakat para peserta didik guna bekal di masa depan. 

Selanjutnya adalah era edukasi 4.0 yang mana adanya fleksibilitas dan kreatifitas di bidangnya secara jarak jauh. Era ini memanfaatkan teknologi untuk menunjang proses pembelajaran. Siswa pun bisa belajar di mana saja tak tergantung tempat dan waktu. 

Untuk menunjang proses belajar dan mengajar di era 4.0 ini, menurutnya mata pelajaran informatika harus bisa masuk dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. 

Kemudian juga dengan penyediaan fasilitas berupa sarana dan prasarana sekolah agar siswa tak kesulitan untuk mengakses pendidikan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembelajaran. “Pemerintah juga harus bisa memberikan pemenuhan infrastruktur digital secara nasional dan merata,” ucapnya. 

Di samping itu, peningkatan kompetensi tenaga pengajar dan literasi digital untuk pendidikan. Yang dimaksud literasi digital ini berupa pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.

Dipandu moderator Kneysa Sastrawijaya, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber Maureen Hitipeuw (Community Builder & Founder Single Moms Indonesia), Didin Sutandi (Penulis dan Jurnalis), dan Mompreneur, Tya Yuwono, selaku key opinion leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment