News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Moderasi Keagamaan Sumbang Nilai Penting dalam Bersosialisasi Media

Moderasi Keagamaan Sumbang Nilai Penting dalam Bersosialisasi Media




Banyumas - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menggelar webinar literasi digital bagi masyarakat di Kabupaten Banyumas, Sabtu (24/7/21). Tema yang diusung yakni "Moderasi dan Penanaman Nilai-Nilai Keagamaan melalui Online" yang ditinjau dari empat pilar literasi digital yakni, budaya digital, keamanan digital, kecakapan digital, dan etika digital. 

Kegiatan yang dimoderatori oleh Dannys Citra (entertainer) tersebut menghadirkan Ahmad Khoirul Anwar (Dosen DKV Universitas Sahid Surakarta, Owner Roycool Studio), Eko Sugiono (Praktisi dan Trainee Internet Marketing), Adibatus Syarifah (Kepala MTs Negeri Blora), khoironi Hadi (Kepala MAN Temanggung) sebagai pembicara. Serta Anunk Aqeela (Fashionpreneur) sebagai Key Opinion Leader. 

Dosen DKV Universitas Sahid Surakarta, Owner Roycool Studio Ahmad Khoirul Anwar mengungkapkan, moderasi beragama adalah cara pandang atau sikap dan praktik beragama yang mengamalkan esensi ajaran-ajaran agama. Dalam bermedia sosial perlu adanya penanaman nilai agama agar pengguna di ruang digital tidak salah. 

"Media sosial memberikan efek positif dan negatif bagi penggunanya. Oleh karena itu, kita perlu mengkaji informasi dengan baik. Selain itu perlu juga moderasi beragama agar tidak salah dalam bersosial media, " terangnya dalam webinar tersebut. 

Ia menambahkan, moderasi beragama sesuai dengan nilai kemanusiaan. Seperti suka damai dan menghindari permusuhan. Serta mendahulukan inklusif bukan ekslusif, konstruktif bukan destruktif. 

"Untuk melaksanakan moderasi beragama juga diperlukan beberapa syarat. Antara lain punya pengetahuan tentang agama dan media digital. Bisa menahan emosi dalam bersosial media. Kemudian berhati-hati dalam mengunggah dan menerima informasi di sosmed," paparnya. 

Bahkan berdigital pun harus menggunakan etika yang benar. Yakni Memperkokoh kerukunan, baik intern umat beragama, antar umat beragama dan maupun antar umat dengan beragama dengan pemerintah. 

Sementara itu, Kepala MTs Negeri Blora Adibatus Syarifah menyampaikan, moderasi beragama penting karena menyadari perbedaan adalah sunnatullah. Sedangkan keanekaragaman adalah fitrah bangsa. Selain itu, agama mengajarkan keramahan, toleransi dan menghargai keberagaman. 

"Pembelajaran menuju smart class di era digital, memungkinkan peserta didik untuk belajar mandiri dalam mengakses materi pembelajaran secara online. Selain itu mendapatkan self assesment dan mendapatkan feedback secara online. Kelas yang memungkinkan sharing knowledge dengan pembelajar lain secara online," jelasnya. 

Dalam bersosial media, generasi muda milenial dapat menjadi bonus sekaligus ancaman. Pasalnya generasi muda terbiasa dengan wacana di dunia maya yang beragam. Serta memiliki pandangan keagamaan, sosial-politik yang tidak tunggal. 

"Jika narasi yang dibangun bersifat tinggal dan dominan ekstrim-radikal akan menjadi ancaman serius bagi bangsa Indonesia di masa mendatang. Tugas guru sebagai pengajar membantu dan membimbing siswa untuk menanamkan dan mengembangkan pemahaman serta sifat keberagaman moderat, " jelasnya dalam webinar tersebut. 

Selain itu, sebagai pengguna media sosial, perlu menerapkan sikap sopan. Lantaran pengguna Internet berasal dari berbagai macam negara yang memiliki perbedaan bahasa, budaya dan adat. Oleh karenanya, moderasi keagamaan sangat diperlukan. 

"Ingat akan keberadaan orang lain di dunia maya. Jangan menyebarkan berita hoaks atau berita bohong. Agar nantinya tidak terjadi pencemaran nama baik, serta memberikan komentar yang baik di sosmed," pungkasnya. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment