News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Millenial Diminta Produktif Gunakan Sosmed, Namun Perhatikan Etika

Millenial Diminta Produktif Gunakan Sosmed, Namun Perhatikan Etika




Wonosobo – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menggelar webinar literasi digital bagi masyarakat di Wonosobo, Jawa Tengah, Jumat (15/10/21). Diskusi virtual menghadirkan empat narasumber dan mengupas tema dari empat sudut pandang literasi digital yang meliputi: budaya digital, keamanan digital, kecakapan digital dan etika digital.

Kegiatan yang dimoderatori oleh Dannys Citra (entertainer) tersebut menghadirkan Ganjar Pranowo (Gubernur Provinsi Jawa Tengah), Afif Nur Hidayat (Bupati Kabupaten Wonosobo), untuk memberikan keynote speechnya. Lalu ada Khuriyatul Husna (Dosen Universitas Lancang Kuning -IAPA), Anggraini Hermana (Praktisi Pendidikan), A. Firmannamal (Praktisi Kehumasan, Kementerian Sekretariat Negara RI) dan Diyon Prasandha (Dosen UNNES) sebagai pembicara. Serta Oka Fahreza (TV Presenter) sebagai Key Opinion Leader. 

Dosen Universitas Lancang Kuning Khuriyatul Husna mengatakan, hampir tidak mungkin memisahkan anak-anak dari telepon pintar. Lantaran melalui perangkat tersebut mereka terhubung dengan informasi, hiburan dan teman. 

"Anak-anak bahkan membawa telepon saat ke toilet dan tidur dengan telepon di bawah bantal. Di dunia yang sebesar ini, anak bisa mengakses apa saja, mulai dari bermain games hingga menonton film," paparnya. 

Oleh karenanya, perlu mengenali dan memahami konten yang baik bagi anak. Apakah keberadaan internet sangat penting bagi anak. Orang tua juga harus bertanggung jawab pada apa yang di tonton anak. 

"Dalam bersosial media, anak perlu tahu tentang etika dan kesopanan. Pasalnya ada tata krama yang harus dilakukan dalam bermedia sosial. Terlebih untuk anak," terangnya dalam webinar tesebut. 
Smenetara itu, pemahaman paradigma literasi tidak hanya membaca dan bahan bacaan bukan hanya manual, melainkan juga digital. Literasi tidak sekadar membaca dan menulis, namun juga keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan berbentuk cetak, visual, digital, dan auditori.

Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia UNNES Diyamon Prasandha menyampaikan, Indonesia disebut butuh 128 tahun untuk bisa sejajar dengan rata rata negara berkembang dan maju dalam sistem pendidikan. 

“Pendapat ini dikemukakan seorang profesor di Universitas Harvard yang melakukan penelitian mengenai pendidikan,” jelasnya dalam webinar “Budaya Literasi Kaum Milenial” yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI dan diikuti masyarakat Kabupaten Wonosobo itu.

Untuk mengejar ketinggalan tersebut, maka pendidikan literasi di Indonesia perlu digenjot. Termasuk adaptasi dengan budaya digital kaum milenial. Indikator perubahan budaya ini tampak dari tingginya respons terhadap video dan foto di media sosial. “Beda cerita bila informasi hanya berupa teks,” sebutnya.

Generasi milenial juga diminta untuk lebih produktif dalam menggunakan media sosial. Artinya, memberikan sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain, bukan justru memproduksi konten yang merugikan. Dalam konteks keIndonesiaan, sebagai warga negara digital, tiap individu memiliki tanggung jawab (meliputi hak dan kewajiban) untuk melakukan seluruh aktivitas bermedia digitalnya berlandaskan pada nilai-nilai kebangsaan.

“Yakni Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika,” tegas Diyamon.

Dalam konteks kesadaran masyarakat bahasa pada era digital, muncul anonimitas, yaitu ketiadaan pertanggungjawaban. Masyarakat internet juga sering kehilangan kesadaran kelompok, berada dalam satu kelompok tertentu tapi tidak bisa membedakan wilayah privat dengan kelompok atau komunitasnya.
 
“ Maka diperlukan kesantunan dalam berbahasa dalam berliterasi digital,” pungkasnya.

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment