News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Merawat Demokrasi yang Damai  

Merawat Demokrasi yang Damai  




Purbalingga : Digitalisasi demokrasi turut mempermudah terjadinya hal-hal negatif imbas
praktik demokrasi yang keliru. Demikian ditegaskan Aang Sirojul Munir, pegiat literasi, yang menjadi pembicara pertama dalam kegiatan webinar literasi digital yang digelar Kominfo RI di Kabupaten Purbalingga Senin 27 September 2021.
 
Media sosial misalnya, kata dia, malah bisa memperburuk keadaan demokrasi akibat disalahgunakan. Media sosial memungkinkan menjadi tempat tersebarnya informasi negatif yang dapat menimbulkan keretakan sosial. Namun, disamping itu, dengan bantuan media sosial, suatu proses demokrasi bisa menjadi lebih cepat dan lebih banyak.
 
“Menjadi lebih cepat karena akses informasi terutama melalui media sosial dapat diakses dengan mudah dan hampir hilang eklusifitas untuk mengaksesnya. Lebih banyak karena pengguna media digital khususnya media sosial berperan juga sebagai pembuat informasi tersebut,”jelasnya.
 
Ia lalu menukil pernyataan Indriyatno Banyumurti yang menyebutkan algoritma dapat membuat pengguna media sosial hanya “melihat apa yang ingin dilihat--membaca apa yang ingin dibaca”. Sehingga ini dapat menciptakan persepsi dalam satu perspektif. 
 
“Jika ada perbedaan prilaku pengguna di dunia nyata dan di media sosial sebetunya bukan berarti pengguna terpengaruh oleh media sosial namun
pengguna hanya menjadi lebih terbuka mengekpresikan aspek batiniahnya. Pengguna media sosial seolah mengesampingkan fakta bahwa meskipun media sosail itu maya bukan berarti dunia itu semu, pengguna-penggunanya merupakan subjek yang nyata,”jelasnya.
 
Dalam konteks tersebut, ia menyebutkan bahwa prilaku negatif pengguna media sosial dalam menyebarkan ujaran kebencian, hasutan dan hoaks sebetulnya dapat dimaknai sebagai kemajuan dalam peradaban karena yang tadinya ada diruang tertutup terkait suatu pemahaman tertentu menjadi terbuka. Namun, keterbukaan itu memunculkan konsekuensi konflik.
 
“Seyogiyanya manusia bukan makhluk yang senang berkonflik untuk meneruskan eksistensinya pada suatu titik manusia berkonflik akan memutuskan untuk membuat kesepahaman baru. Seperti halnya demokrasi suatu sistem yang dipercayai paling baik saat ini timbul juga karena konflik,”katanya.
 
Tapi bila jalan konflik terlalu riskan untuk diambil maka tidak ada salahnya
menempuh jalan dengan menggugah para pengguna media soasial agar
menyadari bahwa dunia digital termasuk media sosial di dalamnya merupakan refleksi nyata dari kehidupan saat ini.
 
“Maka jika di dunia nyata kita patuh dan terikat terhadap norma-norma maka demikian juga di dunia maya,”tegasnya.
 
Arif Hidayat, Dosen Universitas Negeri Semarang yang tampil di sesi kedua menjabarkan tentang betapa pentingnya literasi digital dalam merawat demokrasi, keberagaman dan kemajemukan. Sebab, kata dia, dengan kecapakan digital maka penggunannya tidak terjebak dalam hal-hal negatif yang dapat memperuncing konflik atau masalah.
 
Ia termasuk yang meyakini bahwa digital menjadi tantangan bagi sistem demokrasi. Satu sisi demokrasi semakin terbuka, di sisi lain digitalisasi dapat memperburuk keadaan demokrasi.
 
“Digitalisasi misalnya telah membantu meningkatkan peran pelayanan publik, sumber informasi, sebagai sarana pembelajaran jarak jauh, membentuk jejaring sosial dan sebagainya. Tapi, digitalisasi juga menumbuhkan pertikaian yang semakin luas dan besar,”katanya.
 
Karena itu, ia mengingatkan para peserta webinar untuk menggunakan media sosial untuk hal-hal produktif. Jaga etika di media sosial dengan bahasa-bahasa yang santun. Tidak mencaci dan memburuk-burukkan orang lain melalui media sosial.
 
“Inilah cara kita merawat dan menjaga demokrasi. Jadikan pancasila sebagai bekal di era disrupsi in,”ujarnya.
 
Webinar ini terselenggara atas Kementerian Komunikasi dan Informasi RI. Peserta yang berasal dari kalangan remaja dan pelajar itu mendapat wejangan dari pemateri handal selama hampir 3 jam. Selain Arif Hidayat dan Sirojudin, Kominfi juga mengundang Eko Setiawan, Ketua KPU Purbalingga yang lebih spesifik membahas mengenai budaya digital. Pembicara lainnya, Mujianto, Co Founder Atsoft Technologi secara spesifik memaparkan materi seputar keamanan digital.
 
Para peserta sangat antusias mengikuti kegiatan dan siap menjadi agen peliterasi. Mereka beramai-ramai mengirimkan pertanyaan kepada pemateri melalui pesan chat box. Acara kemudian ditutup dengan diskusi dan tanya jawab.(*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment