News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Menjadi Pendidik Yang Beradaptasi Dengan Transformasi Digital

Menjadi Pendidik Yang Beradaptasi Dengan Transformasi Digital




Boyolali: Praktisi pendidikan Yuni Wahyuning mengungkap ada pergeseran budaya di dunia pendidikan yang harus dipelajari dan ditingkatkan sehingga akan menambah wawasan khususnya bagi para pendidik.

"Para pendidik saat ini dituntut memahami perbedaan peran pendidik dulu dan sekarang yakni era digital ini," kata Yuni saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema "Menjadi Pendidik Cerdas dan Cakap Digital" yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Boyolali Jawa Tengah, Rabu (22/9/2021).

Dalam webinar yang diikuti 200-an peserta itu, Yuni menjelaskan jika pendidikan dulu orientasi pendidik atau guru adalah berusaha memfasilitasi murid agar belajar dari materi yang diberikan dengan tujuan bisa lancar mengikuti ujian dan mendapatkan nilai maksimal.

"Kalau sekarang pendidik lebih perlu berfokus bagaimana memastikan anak didik menguasai kompetensi-kompetensi seputar dunia digital dalam melatih keterampilan hidup," tegas Yuni.

Yuni memaparkan menjadi pendidik yang cakap digital bukan sekedar teori, melainkan harus dijalankan. Pendidik yang cakap digital, lanjut Yuni, perlu memiliki setidaknya enam kemampuan mendasar. Pertama, menguasai teknologi, kedua memanfaatkan teknologi, ketiga memiliki wawasan luas kreatif dan inovatif, keempat disiplin waktu, kelima tanggung jawab tinggi, dan keenam berkarakter.

"Itu merupakan bagian budaya digital,"terang Yuni. Untuk memanfaatkan budaya digital pendidik di sekolah, dapat dilakukan melalui website  media sosial hingga perpustakaan online.

Narasumber lain webinar itu, digital marketer A. Zulchaidir Ashary menuturkan para pendidik mesti bisa mengikuti kultur baru dari program percepatan digitalisasi sekolah di masa pandemi yang sudah dicanangkan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi sejak awal pandemi mewabah tahun 2020 silam.

"Pentingnya digitalisasi ini karena masih banyak desa belum terjangkau internet dan siswa belum bisa memakai internet juga komputer," terang Ashary.

Merujuk dari laporan Kata Data, Ashary menyebut ada sebanyak 12,5 ribu desa di Tanah Air belum terjangkau internet. Adapun siswa yang mampu mengakses internet masih berada di angka 53,06 persen dan siswa di desa yang bisa mengoperasikan komputer penunjang pembelajaran baru mencapai 15,4 persen.

"Di tengah situasi infrastruktur dan kondisi kemampuan digital siswa inilah dibutuhkan sosok pendidik yang unggul bagi milenial," ujar Ashary.

Ashary mendeskripsikan pendidik unggul millenial itu mesti bisa menjadi sosok idola anak didik. Pendidik ini juga bisa menjadi tauladan bagi anak didik sekaligus punya jiwa FAB yakni Funky, Asyik, dan Bergaul.

"Pendidik unggul ini juga perlu konsisten dan cakap digital serta bisa melindungi anak saat online maupun offline serta punya terobosan dalam membentuk anak didik yang cerdas mandiri dan berkarakter," tegas Ashary.

Ashary mendukung gerakan pemerintah bahwa Indonesia kini butuh guru penggerak. Sebab merujuk data yang ada, kondisi pendidikan Indonesia di ASEAN masih menempati peringkat ke-7 di bawah Malaysia dan Filipina. "Hal ini dipengaruhi oleh kualitas dan talenta SDM yang dimiliki, jadi perlu pula peningkatan kualitas pendidikan yang turut menjadi tanggung jawab guru," kata Ashary.

Guru, lanjut Ashary, dituntut bisa melakukan inovasi dalam pembelajaran. Sehingga Kemendikbudristek menghadirkan program guru penggerak atau pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik aktif dan proaktif.

Webinar ini juga menghadirkan narasumber praktisi pendidikan Meidine Primalla, dosen IAIN Salatiga Abdul Latif, serta dimoderatori Rahmat Ibrahim juga Astira Vern selaku key opinion leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment