News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Membangun Toleransi Melalui Konten Sejarah dan Kearifan Lokal

Membangun Toleransi Melalui Konten Sejarah dan Kearifan Lokal




Cilacap – Ada tiga permasalahan yang kini dihadapi bangsa Indonesia.Di antaranya, masalah intoleransi (konflik sosial dan terorisme), masalah pendidikan belum optimal (skill, daya saing, toleran), dan masalah korupsi dan kapasitas birokrasi (politisi).

”Kemudian ada problem baru berupa dampak negatif media sosial yang berupa pencemaran nama baik, ujaran kebencian, dan hoaks,” ujar dosen Hubungan Internasional President University Endi Haryono saat menjadi pembicara pada webinar literasi digital yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Jumat 23 Juli 2021 lalu.

Dalam diskusi virtual bertajuk ”Membangun Toleransi Beragama Melalui Media Sosial”, Dekan Fakultas Humaniora President University Cikarang itu menyebut beberapa manfaat media sosial. Di antaranya, pendidikan, advokasi dan kampanye, profesional dan bisnis, dan sebagai media hiburan.

”Media sosial bisa dijadikan sarana untuk berkontribusi positif dan berguna, mendorong kita berkreasi maupun memposting karya, bahkan kini banyak membantu bidang pendidikan dalam sistem pembelajaran jarak jauh,” tutur Endi Haryono.

Namun, media sosial juga memiliku dampak negatif seperti intoleransi, ujaran kebencian, ataupun hoaks yang menyertainya. Untuk itu, Endi menyarankan agar ruang digital media sosial lebih dimanfaatkan untuk membangun toleransi melalui konten. ”Caranya dengan memahami sejarah, memahami Pacasila dan Bhinneka Tunggal Ika, dan memahami kearifan lokal untuk dijadikan konten,” sebut Endi Haryono.

Narasumber lain dalam webinar ini,  Penulis Joko Priyono menyatakan, kemajukan Indonesia telah dibingkai dalam oleh Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, agar memiliki kebijaksanaan dalam sikap dan perilaku.

Menurut Joko Priyono, pertemuan antara norma Pancasila (dan Bhinneka Tunggal Ika) dengan dunia digital seharusnya makin membuka ruang dialog yang sehat untuk berdemokrasi. Tantangannya ialah bagaimana menciptakan ruang digital yang bebas dari konten negatif, agar toleransi dan demokrasi makin berkembang.

”Sayangnya ruang digital dan media sosial kita masih dipenuhi dengan konten negatif ujaran kebencian dan hoaks. Butuh kemampuan memilah dan memilih informasi maupun pengetahuan dalam dunia digital, saring sebelum sharing (membagikan), menghargai hak cipta, dan menjauhi perdebatan yang tidak sehat,” Jelas Joko Priyono.

Dalam bermedia digital, lanjut Joko, pemahamanan akan keamanan hal yang tidak boleh dikesampingkan. Seperti: tidak membagikan informasi privat, perlindungan pada perangkat lunak, membuat pasword yang serahasia mungkin, dan tidak asal klik.

”Ruang digital akan lebih berfaat jika diisi dengan konten yang kreatif, inspiratif, dan inovatif. Seperti: mengedepankan semangat keberagaman, mengenalkan produk dan kebudayaan lokal, memperkuat demokrasi, dan ajang kolaborasi,” tutup founder @bukurevolusi itu.

Dipandu moderator entertainer Dwiky Nara, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber Ahmad Faridi (Plt Kasi Sarana Bidang Penma Kanwil Kemenag Provinsi Jateng), Imam Tobroni (Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Cilacap), dan influencer Mellynda Alvinia selaku key opinion leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment