News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Media Digital Bisa Memunculkan Ilusi di Ruang Pribadi

Media Digital Bisa Memunculkan Ilusi di Ruang Pribadi




Purworejo – Gawai adalah pintu ke dunia digital. Seperti di dunia nyata, seseorang tidak akan keluar pintu tanpa persiapan. Pada ruang digital terdapat ruang pribadi dan ruang publik. Dua ruang itu sebenarnya bertentangan namun sering terjadi media digital bisa memunculkan ilusi di ruang pribadi.

“Ruang pribadi adalah ruang di mana kerahasiaan kita terjamin. Sedangkan ruang publik atau umum adalah ruang di mana perilaku kita akan bersinggungan dengan orang lain,” ungkap Gilang Jiwana Adikara, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Yogyakarta, saat menjadi narasumber webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Kamis (28/10/2021).

Anggota Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) ini menjelaskan betapa tingginya tingkat aktivitas digital masyarakat Indonesia. Dia menyebutkan dari total populasi Indonesia 274,9 juta jiwa, pengguna internet tercatat 202,6 juta. Pengguna media sosial mencapai 170 juta orang. Rata-rata pengguna internet adalah generasi milenial dan generasi Z.

Mau tidak mau, lanjut dia, generasi muda harus bisa melindungi diri sendiri dan orang lain. Di sinilah perlunya kemampuan pengamanan digital. Prinsip keamanan digital melibatkan tiga komponen yaitu brainware atau user adalah komponen yang paling krusial, serta hardware dan software.

“Upaya pengamanan perangkat digital dimaksudkan untuk menghindari penipuan, pengamanan identitas serta mewaspadai rekam jejak,” jelasnya.

Adapun bentuk-bentuk pengamanan itu antara lain meliputi password, mengunci perangkat, memasang fitur ekstra, menghindari scam dan phising. Satu yang sangat krusial adalah pengamanan identitas personal mulai dari nomor KTP, KK maupun informasi perbankan.

Narasumber lainnya, Bismoko Rahadrian Suseno (Researcher), pada webinar bertema ”Pentingnya Pendidikan Karakter di Era Digital” kali ini menyinggung soal etika digital.

Baginya, etika sangat membantu untuk membedakan mana yang buruk mana yang baik di media sosial, mana yang berguna mana yang merugikan.

Diakui, ada banyak isu di media sosial, salah satunya hoaks alias berita bohong yaitu informasi yang direkayasa untuk menutupi informasi sebenarnya.

Berdasarkan laporan dailysocial.id, diketahui ada tiga aplikasi yang paling banyak dipakai untuk menyebarkan hoaks di Indonesia yaitu Facebook 81,25 persen, Whatsapp 56,55 persen dan Instagram 29,48 persen.

“Hoaks dapat dicapai dengan cara apa pun sehingga informasi bohong dapat dikomunikasikan secara langsung dari mulut ke mulut melalui kata-kata yang dicetak di atas kertas. Teknologi komunikasi memudahkan penyebaran hoaks akan semakin cepat,” kata dia.

Dipandu moderator Dannys Citra, webinar juga menghadirkan narasumber Ari Ujianto (Fasilitator Komunitas), Sani Widowati (Princeton Bridge Year On-site Director Indonesia), Ganjar Pranowo (Gubernur Provinsi Jawa Tengah) sebagai Keynote Speech dan Rayhandika Renarand (Paskibraka Nasional 2015) sebagai Key Opinion Leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment