News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Masyarakat Dipaksa Lebih Cepat Memasuki Dunia Digital

Masyarakat Dipaksa Lebih Cepat Memasuki Dunia Digital




Yogyakarta –  Digital skill masyarakat Indonesia dihadapkan pada Indeks pembangunan teknologi informasi dan komunikasi (ICT Development Index) yang menempatkan Indonesia pada posisi 114 dunia atau kedua terendah di G20 setelah India.

“Artinya, digital skill tidak cukup hanya mampu mengoperasikan berbagai perangkat TIK dalam kehidupannya sehari-hari, tetapi juga harus bisa mengoptimalkan penggunaannya untuk sebesar-besar manfaat bagi dirinya dan orang lain,” ujar Slamet Rosyadi, Editor in Chief Journal of Public Policy and Management Inquiry, Editor in Chief Journal of Public Administration ASIAN, saat menjadi narasumber webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kota Yogyakarta, DIY, Selasa (22/6/2021).

Menurut dia, dalam laporan terbaru Digital Civility Index (DCI) itu, netizen Indonesia menempati urutan terbawah se-Asia Tenggara, alias paling tidak sopan di wilayah tersebut.

“Kita sering tidak menyadari bahwa kemampuan penggunaan aplikasi percakapan dapat memunculkan beragam permasalahan jika tidak diikuti dengan kompetensi penggunanya,” kata dia.

Kompetensi tersebut adalah mengakses, menyeleksi, memahami, menganalisis, memverifikasi, mengevaluasi, mendistribusikan, memproduksi, berpartisipasi dan berkolaborasi di media sosial.

Pada bagian lain Slamet Rosyadi menjelaskan mengenai lokapasar atau marketplace, tempat jualan gratis di internet. Lokapasar adalah satu platform yang menawarkan produk dan layanan dari banyak penjual yang dapat dibeli oleh klien/pembeli.

Sebagian besar produk dan layanan yang dijual berasal dari perusahaan eksternal, meskipun beberapa platform juga dapat menawarkan produk mereka sendiri.

Lokapasar tertentu adalah pilihan terbaik bagi para penjual dalam menjual produk dan jasa, karena bisa menekan biaya yang harus dikeluarkan, demi efisiensi dan profitabilitas untuk promosi dalam rangka peningkatan pendapatan.

Narasumber lainnya, Yusuf Mars selaku Content Creator PadasukaTV dalam kesempatan itu mengupas seputar tindakan berbudaya dalam pergaulan di dunia maya.

Diakui, saat ini banyak anggota masyarakat seolah-olah dijajah oleh media sosial. Banyak perkataan yang diputarbalikkan sehingga memberikan informasi yang menyesatkan, menimbulkan fitnah, perpecahan. “Menyebar hoaks bukan sifat dan budaya bangsa kita,” kata dia.

Media sosial memiliki peranan penting dalam membangun karakter bangsa, budaya, bisnis, dan ekosistem suatu bangsa. Jika Media sosial diisi dengan konten-konten hoaks, bukan kemajuan yang didapat oleh suatu bangsa melainkan perpecahan.

“Mari bersama membangun budaya bersosmed yang positif untuk Indonesia maju, kuat, beradab dan berbudaya luhur yang penuh dengan toleransi,” ajaknya.

Dipandu moderator Mansyah, webinar bertema “Manusia yang Berbudaya dalam Pergaulan di Dunia Maya” ini juga menghadirkan narasumber Waryani Fajar (Dosen/Pengajar UIN Suka), M Jadul Maula (Penulis & Budayawan) dan Ones (Seniman) sebagai Key Opinion Leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment