News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Lindungi Perangkat Digital dari Ancaman Malware

Lindungi Perangkat Digital dari Ancaman Malware




BREBES – Pengajar memiliki fungsi menyampaikan secara verbal, menunjukkan contoh, dan mempraktikannya dalam sebuah aksi. Dengan fungsi seperti itu, diharapkan ia juga mempunyai kecakapan digital yang sesuai dengan zamannya.
Staf Pengajar Administrasi Publik Universitas Negeri Yogyakarta Dwi Harsono menegaskan, salah satu strategi membangun kecakapan digital bagi pengajar ialah dengan meningkatkan pemahaman dan kemampuan digital safety.
”Digital safety ialah kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, dan meningkatkan kesadaran keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Dwi Harsono pada webinar literasi digital yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Sabtu (24/7/2021).
Diskusi virtual bertajuk ”Strategi Membangun Kecakapan Digital bagi Pengajar” yang dipandu moderator Dannys Citra itu, juga menampilkan narasumber: Riant Nugroho (Direktur Institute for Policy Reform), Juair (Kasi Kurikulum dan Kesiswaan Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah), Rindang Andarini (Asisten Ahli FISIP UNSRI), dan Musisi Nanda Chandra selaku key opinion leader.
Digital safety bagi pengajar, kata Dwi Harsono, meliputi pemahaman yang cukup terhadap: fitur proteksi perangkat keras dan lunak, penipuan digital, proteksi identitas digital dan data pribadi, dan rekam jejak digital.
Fitur proteksi perangkat keras maupun lunak, lanjut Dwi Harsono, adalah sebuah perlindungan yang bertujuan untuk melindungi perangkat digital dari berbagai ancaman malware.
”Proteksi perangkat keras terdiri dari kata sandi, fingerprint authentication, dan face autentification. Sedangkan untuk proteksi perangkat lunak bisa berupa find my device, back up data, antivirus, enkripsi full disk, dan shredder,” ungkap Dwi.
Baik fingerprint authentication dan face autotentification, masih menurut Dwi Harsono, keduanya memberikan perlindungan cukup baik karena memiliki tingkat keamanan yang tinggi terhadap perangkat keras seperti ponsel. Bedanya, fingerprint menggunakan deteksi sidik jari, sedangkan face autotentification dengan cara menyocokkan wajah pengguna untuk membuka kunci perangkat.
Find My device, sambung Dwi Harsono, merupakan fitur yang bisa diaktifkan untuk mencari perangkat digital yang hilang, mengunci file, bahkan melakukan remote wipe. Fitur tersebut mampu melakukan penghapusan jarak jauh dan akan mengatur ponsel kita kembali ke mode pabrik serta menghapus semua data dan aplikasi yang ada di dalamnya.
Membuat cadangan data merupakan langkah yang digunakan untuk mencegah kehilangan data yang ada di telepon pintar, tablet, komputer dan laptop. Back up data secara rutin ke internet maupun melalui aplikasi yang dapat dipasang di perangkat, seperti Dropbox, OneDrive, dan iCloud.
”Proteksi perangkat lunak bisa dilakukan dengan antivirus yang merupakan perangkat lunak yang baik untuk melindungi sistem perangkat digital. Antivirus juga menjadi perlindungan bagi berbagai perangkat komputer, termasuk ponsel pintar,” papar Dwi Hartono.
Pengamanan perangkat lunak banyak dilakukan dengan cara memberikan enkripsi, atau proses penyandian pesan sehingga hanya mereka yang berwenang untuk melihat data yang dapat membacanya. Biasanya, seluruh kapasitas hard drive computer dienkripsi, mencakup sistem, program, dan semua data yang tersimpan di dalamnya tidak dapat diakses tanpa mengetahui kata kunci yang telah diatur.
Proteksi perangkat lunak terakhir ialah shredder atau memusnahkan data secara total sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh pihak lain, sebab menghapus data saja tidak menjamin data terhapus sepenuhnya, data tersebut tetap bisa dimunculkan kembali dengan perangkat lunak tertentu.
Berikutnya, Direktur Institute for Policy Reform Riant Nugroho menyatakan, guru hendaknya memiliki ekspektasi yang realistis mengenai apa yang dapat dicapai dengan pembelajaran jarak jauh, dan menggunakan penilaian profesional untuk menilai konsekuensi dari rencana pembelajaran tersebut.
Menurut Riant, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru. Pertama, menyadari peran sebagai guru telah berubah sebagai akibat dari penutupan sekolah dan menyadari kesiapan untuk mengambil peran yang berubah ini secara fisik, intelektual, mental, dan emosional.
Kedua, menyikapi segala kekhawatiran atau ketakutan untuk mengajar jarak jauh dan menyiapkan diri dengan lebih baik agar merasa lebih mampu untuk mengambil tantangan ini. Ketiga, menyiapkan sarana teknologi dan sumber daya yang tersedia yang dapat digunakan secara nyaman, dan mendapatkan akses lebih banyak terhadap teknologi yang dibutuhkan.
Keempat, menyadari kemampuan diri terhadap teknologi, mengikuti pelatihan ekstra untuk pengajaran jarak jauh jika diperlukan sesuai kebutuhan pribadi.
”Yang tidak kalah penting ialah menyiapkan dan membuat alat serta sumber daya sesuai waktu yang tersedia dan target kurikulum yang telah ditetapkan,” pungkas Riant. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment