News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Ketika Kaki dan Tangan Berkata: Selaraskan Ulah Jemari dengan Hatimu

Ketika Kaki dan Tangan Berkata: Selaraskan Ulah Jemari dengan Hatimu





GROBOGAN: Saat menulis lagu religi untuk Chrisye yang kemudian hits, ”Ketika Tangan dan Kaki Berkata”, sastrawan Taufik Ismail tak membayangkan era digital bakal seriuh rendah seperti sekarang. Segalanya kini ditentukan polah jemari tangan manusia, yang kelak bakal memunculkan tanggung jawab di hari akhir. Tak terbayangkan risiko digital akhirat, dari ulah jemari kita. Dengan lembut, Chrisye melantun syair. ”Akan datang hari, mulut dikunci… kata tak ada lagi. Akan tiba masa, tak ada suara… dari mulut kita… Berkata tangan kita, tentang apa yang dilakukannya.”

Jadi benar, kata Dr. Waryani Fajar Riyanto, dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, kalau jejak digital tidak dijaga, kalau tidak bijak dan hati-hati, abadi hukumannya, sampai akhirat nanti pertanggungjawabannya. Tidak main-main. Jangan sampai jemari kita dalam berpolah di ruang digital lepas dari kendali hati kita, serius dampaknya.

”Hadist Rasulullah sudah sejak berabad silam menuntun soft skill digital, betapa segala pikiran, sikap, perilaku manusia, sangat ditentukan oleh hatinya. Hati itulah yang memunculkan niat seseorang untuk membuat atau mendistribusikan informasi dari jemarinya,” papar Waryani Fajar saat berbicara dalam Webinar Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk warga Kabupaten Grobogan, 28 Oktober 2021.

Lebih jauh, Waryani mengurai bahaya dampak ulah jemari di jejak digital dalam bahasa agama. Hadist Riwayat Buhari Muslim menyebut, ”Jika hati itu baik, maka akan baik segalanya. Sebaliknya, jika hati itu buruk, maka buruklah segalanya. Karena segala perbuatan dinilai dari niat yang ada di dalam hati.” 

Karena itu, lanjut Waryani Fajar, penting sekali dalam berinteraksi di ruang digital agar selamat bukan hanya menyelamatkan jejak digital di ruang digital, tapi juga menyelamatkan dari pengadilan akhirat kelak. Berusahalah agar menyelaraskan apa yang ada di hati dengan ulah jemari di ruang digital. 

Biasakan sabar dan pikir dua-tiga kali sebelum merespons informasi yang diterima. Cek kebenaran dan akuntabel tidaknya sumber berita. Jangan asal posting dan sharing kalau memang meragukan. ”Kalau tak ada manfaatnya, biasakan stop. Tak perlu jadi distributor berita bohong yang tak berguna dan mengundang mudharat,” pesan Waryani tegas.

Mengupas topik ”Dampak Pengetahuan Agama Melalui Medsos”, webinar yang diikuti ratusan peserta lintas profesi dan dibuka dengan keynote speech Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Kakanwil Kemenag Jateng Mustain Ahmad. Dipandu moderator presenter TV Nabila Nadjib, serta Nanda Candra, musisi yang tampil sebagai key opinion leader, webinar juga menghadirkan tiga pembicara lain: Hery Nugroho; Septa Dinata, peneliti Paramadina Pubick Policy; dan Andrie Wardhana, Creative Head Foiniks Digital.

Di era digital, menjadi penting sekali bagi kita semua, menurut Hery Nugroho, meningkatkan kecakapan literasi media digital. Setidaknya untuk pertama memperkuat proteksi diri dari segala ancaman dampak negatif medsos. Itu saat jadi konsumen medsos yang banjir, sehingga bisa bijak memilah dan memilih informasi yang beredar. 

”Dan, ketika hidup berinteraksi dengan ruang digital yang kini dijalani, kita bisa menjaga sikap kritis dan tak mudah terpapar dampak yang tak diinginkan. Dampak yang berisiko merusak jejak digital, karena kita bisa bentengi diri secara cerdas dan bertanggung jawab saat bertemu dengan informasi yang tak bisa dijamin kebenarannya,” kata Hery, memungkas diskusi. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment