News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Indonesia Dikenal Ramah, Namun Dianggap Tak Sopan di Dunia Maya

Indonesia Dikenal Ramah, Namun Dianggap Tak Sopan di Dunia Maya






Pemalang – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menggelar webinar literasi digital bagi masyarakat di Pemalang, Jawa Tengah Kamis (10/6/21). Kegiatan tersebut dikupas oleh lima narasumber dan melihatnya dari empat pilar literasi digital yang meliputi budaya digital, keamanan digital, kecakapan digital dan etika digital. 

Dalam kegiatan itu, Dwiyanto mengatakan, beretika di dunia digital sangat diperlukan. Bahkan diketahui saat ini, lebih banyak anak usia mulai dari lima tahun ke atas yang mengakses internet. Tak hanya itu, banyak dari mereka yang tidak didampingi orang tua. 

"Dikenal ramah di dunia nyata, tapi dianggap tidak sopan di dunia maya. Jakarta menjadi urutan Ketujuh kota paling ramah di dunia. Dengan sikap ramah kepada orang asing mendapatkan skor 85 persen dan keramahan secara umum 89 persen," terangnya dalam webinar tersebut. 

Ia menambahkan, berdasarkan data dari Kominfo, ada 10 hoaks paling berdampak di tahun 2018. Di antaranya yang paling terkenal adalah hoaks Ratna Sarumpet. Sementara, informasi hoaks yang paling fenomenal hingga menelan korban jiwa yakni penyerangan ulama Indonesia. 

"Terhitung ada enam hoaks di Indonesia yang menjadi sorotan media asing sepanjang tahun 2020. Yaitu hoaks banjir bandang di Cicurug, Sukabumi. Maka dari itu, etika digital diperlukan dalam bermedia sosial, " jelasnya. 

Menurutnya, etika digital adalah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan dan menyesuaikan diri dalam berinternet di kehidupan sehari-hari. Alasan perlunya beretika yakni setiap pengguna internet meningkat setiap tahun. Netizen memiliki latar belakang berbeda dan kebebasan berekspresi dibatasi penghargaan pada harkat dan martabat manusia lain. 

"Ancaman disintegrasi bangsa di dunia digital cukup banyak. Bisa menjaga harkat dan martabat manusia itu sangat penting. Serta latanagn merendahkan harkat dan martabat manusia. Selain itu, pengguna internet juga menjadi lebih menikmati perseteruan antara individu dan perkelahian antar kelompok," jelasnya. 

Narasumber Diana Belienda menyatakan, liberasi digital untuk meningkatkan wawasan kebangsaan. Pasalnya, cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri sendiri dan lingkungannya sangatlah penting. Seseorang pengguna internet yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat. 

"Pengguna yang cakap literasi digital juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab. Hal ini lah yang susah sekali dilakukan pengguna media sosial di saat sekarang ini,” paparnya dalam webinar tersebut. 

Ia menambahkan, manfaatkan literasi digital untuk pemberdayaan masyarakat desa digital yakni mampu memperluas kehadiran di dunia digital. Serta mendapatkan peluang baru di dunia maya. Hingga memiliki cara yang baik dan benar dalam mendapatkan informasi baru.

"Internet telah memungkinkan siapapun dapat mengambil peran dalam memperkaya lautan informasi. Media sosial tidak hanya memungkin adanya koneksi. Ini memungkinkan kita lebih mengontrol kualitas dan tingkat hubungan yang kita jaga dengan orang lain, " lanjutnya. 

Dipandu moderator Fajar Adhi Putra, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber Sunaji Zamroni, dan Fathorrohman, serta Julia RGDS selaku key opinion leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment