News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Guru mesti Pandu dan pilihkan materi belajar Siswa agar tak terpapar Noise Negatif

Guru mesti Pandu dan pilihkan materi belajar Siswa agar tak terpapar Noise Negatif



Bantul – Ruang digital, ruang baru belajar bagi siswa yang terpaksa ditekuni lebih dini karena serangan pandemi memang memberi kamandirian dan kebebesan baru dalam belajar siswa. Guru tidak lagi jadi satu-satunya sumber materi informasi dalam belajar siswa. Dengan kecakapan mengakses konten digital yang borderless, siswa makin mandiri berburu link informasi mata pelajaran untuk memperkaya wawasan belajarnya. Semua makin mudah dan cepat juga tak terbatas. 


”Tapi Guru mesti tetap selalu mendampingi siswa, memilah dan pilihkan link yang boleh diakses dengan bijak, jangan bebaskan semaunya siswa memilih materi. Kalau dibebaskan, besar risiko anak dalam belajar terpapar konten negatif. Bukan hanya mengkonsumsi hoaks atau berita bohong, bisa mencandu game online, mengarah perjudian, pornografi dan ajaran radikal yang kadang dibungkus dalam tontonan film yang menarik tapi dibumbui ajaran radikalisme. Kalau Guru tak ambil alih peran membimbing dengan bijak, kalau sampai alami kecanduan konten yang negatif, jelas akan membuat proses belajar di kelas online bukan hanya tak maksimal tapi bisa gagal mencapai target: mencetak siswa mandiri dan berpretasi, kompeten di bidangnya”, papar Daru Wibowo, konsultan digital marketing, saat mengurai topik ”Literasi Digital, Dalam Meningkatkan Prestasi Siswa dan Guru”, dalam program Indonesia Makin Cakap Digital oleh Kementrian Kominfo dan Debindo untuk warga Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, 26 Oktober 2021.


Diikuti lebih dari 750an peserta secara daring dari seantero kabupaten Bantul, webinar yang dibuka dengan Keynote Speech wakil Bupati Bantul, Joko B Purnomo yang sangat berharap masyarakat Bantul manfaatkan webinar untuk meningkatkan kecakapan digitalnya dengan event ini, dan ambil ilmunya, tangkap peluangnya dan tingkatkan kecakapanya. Selain Daru Wibowo yang dipandu moderator cantik Cherryl Hatumesen yang juga penyiar radio, tampil juga pembicara lain, Edy Budiarso, wartawan senior yang juga Managing Director Indoplus Comunication, Choirul Fadjri, Kapala Biro Kemahasiswaan Universitas Ahmad Dahlan Yogjakarta, dan Yuni Wahyuning, praktisi pendidikan serta Cynthia Ardilla, entertainer dan CEO CV Nirwasita Hutama sebagai key opinion leader.


Yang mulai luntur tapi terus mesti dijaga adalah kesantunan dan etika siswa di dunia maya. ”Memang, ruang digital memudahkan dan mempercepat silaturahmi, tapi siswa tetap harus menjaga tatakrama saat berinteraksi dengan guru. Ada guru yang egaliter, tapi yang semestinya dilakukan tetap sama seperti dunia nyata. Hargai waktu istirahat guru jangan tengah malam chat guru, saat mau ijin sekolah atau melakukan kesalahan biasakan permisi atau minta maaf pada guru, etiket dalam berdigital sama dengan dunia nyata, saling hargai, santun tetap mesti dijaga,” pesan Yuni Wahyuning.


Guru dan orang tua juga mesti melatih sikap kritis dan bijak bagi siswa saat menemukan atau menerima informasi yang kebenarannya diragukan, ”Chek kebenaran informasi di bergam aplikasi chek fakta di Google, Yahoo dan banyak aplikasi lain. Jaga sikap kritis, kalau siswa menemukan hal yang maragukan walau berasal dari sumber teman atau bahkan guru, pikir ulang jangan keburu sharing ke teman. Atau ruang public digital. Karena jejak digital kalau sampai salah posting akan rusak dan susah dihapus, pikir risikonya sebelum berbagi info di ruang digital, meski bebas tapi tetap bijak dan cerdas mensikapinya,” pesan Yuni Wahyuning wanti wanti. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment