News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Era Digital, Generasi Produktif Harus Adaptif dan Kembangkan Soft Skill Teknologi

Era Digital, Generasi Produktif Harus Adaptif dan Kembangkan Soft Skill Teknologi




Blora - Berdasarkan data Burning Glass dari hampir 1 miliar lowongan kerja saat ini, satu dari delapan lowongan kerja sekarang merupakan  pekerjaan hybrid roles. Teknologi berperan penting dalam tren pekerjaan hybrid roles. 

Hal tersebut dikatakan oleh Sekretaris Nur Uman Foundation Mlangi Yogyakarta, muhammad Mustafid dalam webinar literasi digital dengan tema “Tren Usaha dan Pekerjaan di Dunia Digital” yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo bagi warga Kabupaten Blora, Jawa Tengah, pada Jumat (22/10/2021).

“Ketrampilan yang dibutuhkan untuk hybrid roles menurut Burning Glass adalah big data and analytics, intersection of design and development, sales and customer service dan emerging digital technologies,” kata dia. 

Pada era perkembangan teknologi yang sangat pesat ini memang telah mengubah sendi-sendi kehidupan manusia. Segala aktivitas semakin dipermudah seiring bermunculan inovasi-inovasi yang berbasis teknologi. 

Semisal saja cara jual beli yang telah memunculkan banyak perusahaan marketplace atau toko online, seperti Bukalapak, Blibli, Tokopedia, dan lainnya. 

Menurut Mustafid, perusahaan-perusahaan besar yang berbasis teknologi mulai tak lagi bertanya mengenai ijazah dalam menggaet calon karyawannya. “Melainkan yang ditanya adalah portofolio dan kompetensinya,” katanya. 

Mustafid mengatakan perkembangan teknologi ini juga bisa dimanfaatkan untuk para generasi produktif, misal menambah skillnya dengan mengikuti kurus atau kuliah online yang gratis atau bayar murah. 

Kuliah atau kursus online di era teknologi, kata Mustafid, juga telah banyak yang diakui oleh industri. Selain itu juga bisa diakses kapan saja tanpa harus hadir. 

Mustafid menyebut kursus online ini juga semakin banyak digemari. Ia mencontohkan seperti Coursera, penyedia kursus online terbuka besar-besaran Amerika yang didirikan pada 2012 oleh profesor ilmu komputer Universitas Stanford, Andrew Ng dan Daphne Koller. 

Coursera bekerja dengan universitas dan organisasi lain untuk menawarkan kursus online, sertifikasi, dan gelar dalam berbagai mata pelajaran. “Sebanyak 50 sampai 100 ribu siswa mengakses materi dari profesor terbaik dunia,” ujarnya. 

Kemudian Udacity yang merupakan organisasi pendidikan nirlaba Amerika yang didirikan oleh Sebastian Thrun, David Stavens, dan Mike Sokolsky yang menawarkan kursus online terbuka besar-besaran. “Udacity salah satu kurus bahasa pemrograman diikuti oleh 200 ribu siswa dari berbagai penjuru dunia,” ucapnya. 

Narasumber lainnya, Dosen D4 bahasa Inggris SV UGM, Ahmad Muam lebih menekankan pada kemampuan beretika di dalam ruang digital. “Etika berdigital berupa kesadaran mengunakan teknologi, berperilaku jujur di tengah ruang digital atau tidak manipulatif dan berani bertanggung jawab. 

Etika digital ini juga sama dengan etika dalam beraktivitas di dunia nyata. “Etika digital merupakan kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital atau netiquet dalam kehidupan sehari-hari,” ucapnya. 

Dipandu moderator Thommy Rumahorbo, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber Tejo Prabowo (Ketua Majelis Kepedulian Masyarakat Blora), Maisaroh (Dosen Prodi Manajemen D3 Manahement FBE UII), dan MomPreneur, Tya Yuwono, selaku key opinion leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment