News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Dosa Atau Pahala Tergantung dari Jempol

Dosa Atau Pahala Tergantung dari Jempol







Kudus – Peneliti & Antropolog, M Nur Arifin, mengakui smartphone bisa menjadi sarana menuju kebaikan atau sebaliknya menjerumuskan ke tindakan buruk dan tercela. Jempol dinilai menentukan apakah seseorang mendapatkan dosa atau pahala.

Hal itu disampaikan saat menjadi narasumber webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Kamis (7/10/2021). 

Menurut dia, banyak nasihat agar seseorang mengikuti aturan termasuk saat berada di dunia maya. “Mereka akan memikul dosa-dosanya dengan penuh pada hari kiamat, dan berikut dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan).” (QS. an-Nahl: 25)

“Mereka menanggung dosa mereka sendiri dan dosa orang lain yang mengikutinya. Dan mereka sama sekali tidak diberi keringanan azab karena dosa orang yang mengikutinya.” (Tafsir Ibn Katsir, 4/566).

“Siapa yang mengajak kepada kesesatan, dia mendapatkan dosa, seperti dosa orang yang mengikutinya, tidak dikurangi sedikitpun.” (HR. Ahmad 9398, Muslim 6980, dan yang lainnya).

Fakta, kata Nur Arifin, saat ini telah terjadi perubahan dari budaya analog ke digital. Perubahan budaya sebagai keniscayaan. Indonesia yang memiliki keragaman flora dan fauna terdapat 13.446 pulau serta 111 pulau terluar. Di negeri ini hidup 1.331 suku, terdapat 716 bahasa daerah dan enam agama plus 245 kepercayaan.

Menurut dia, digital culture mau tidak mau harus dikuasai. Kompetensi digital individu difungsikan agar mampu berperan sebagai warga negara dalam batas-batas formal yang berkaitan dengan hak, kewajiban dan tanggung jawabnya dalam ruang negara dengan nilai nilai Pancasila Bhinneka Tunggal Ika. “Indonesia adalah negara majemuk, multikultur dan demokratis,” ucapnya.

Narasumber lainnya, Dahlia selaku Dosen STAI Al Husain, sepakat bahwa literasi digital sangat diperlukan pada era digital saat ini agar mampu berpikir kritis, kreatif, inovatif, memecahkan masalah, berkomunikasi dengan lebih lancar serta berkolaborasi dengan lebih banyak orang.

Literasi digital adalah kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber yang sangat luas yang diakses melalui teknologi digital.

Dalam kesempatan itu Dahlia juga mengajak untuk cerdas, kreatif, produktif dan beretika ketika menggunakan internet, antara lain tidak memposting data dan masalah-masalah pribadi.

Dipandu moderator Bobby Aulia, webinar bertema ”Bijak Beretika di Internet” kali ini juga menghadirkan narasumber Daru Wibowo (Marketing Consultant), Yusuf Mars (Content Creator PadasukaTV), Ganjar Pranowo (Gubernur Provinsi Jawa Tengah) sebagai Keynote Speech dan Nindy Gita (Professional Public Speaker) sebagai Key Opinion Leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment