News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Digitalisasi Sekolah Adalah Sebuah Keniscayaan

Digitalisasi Sekolah Adalah Sebuah Keniscayaan





Wonogiri – Kemampuan yang didapat dalam literasi digital, di antaranya mampu berpikir krtitis, kreatif, dan inovatif. Selain itu, literasi digital memberikan ketrampilan dalam memecahkan masalah, berkolaborasi dengan lebih banyak orang, dan berkomunikasi dengan lebih lancar.

Hal itu disampaikan oleh pengajar Universitas Terbuka (UT) Raflen Aril Gerungan saat menjadi narasumber pada webinar literasi digital bertajuk ”Menjadikan Institusi Pendidikan Ramah Digital” yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, Jumat (22/10/2021).

Raflen menyatakan, dari perspektif etika digital (digital ethics), setidaknya ada tiga tantangan etika digital. Pertama, pemanfaatan
internet yang sangat tinggi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Kedua, perubahan perilaku masyarakat yang berpindah dari
madia konvensional ke media digital.

”Ketiga, situasi pandemi Covid-19 yang menyebabkan intensitas orang berinteraksi dengan gawai semakin tinggi, sehingga memunculkan berbagai isu dan gesekan,” ujar Raflen Gerungan dalam webinar.

Sedangkan prinsip etika digital yang harus diterapkan dalam menggunakan media digital, yakni: kebajikan, kesadaran, integritas, dan tanggung jawab. ”Artinya, empat prinsip etika menjadi tersebut menjadi ujung tombak self-control setiap individu dalam bermedia digital,” tegas Raflen Gerungan.

Untuk dapat meningkatkan kompetisi etika digital, lanjut Raflen, maka penting menerapkan etika dalam berinternet (netiket). Kompetisi yang lain, mewaspadai konten negatif (hoaks, ujaran kebencian, pornografi, perundungan, dan konten negatif lainnya). 

”Kompetisi penting lainnya, melakukan interaksi bermakna di tuang digital, berinteraksi dan bertransaksi dengan bijak,” tandas Raflen Gerungan.

Indikator etika digital perlu ditingkatkan, menurut Raflen, yakni paham dan menerapkan etiket di ruang digital saat berkomunikasi, paham dan waspada pesan hoaks, perundungan, ujaran kebencian, dan konten negatif lainnya. 

Kemudian juga, paham dan melakukan interaksi, partisipasi, dan kolaborasi dengan penuh tanggung jawab, integritas, bermanfaat, dan bermakna, serta paham dan melakukan interaksi, dan transaksi elektronik penuh tanggung jawab, integritas, sesuai aturan.

Agar institusi pendidikan ramah digital, menurut Raflen, maka perlu strategi tambahan yakni, sosialisasi, aktualisasi, dan habituasi atas literasi digital khusunya terkait etika digital. ”Strategi ini meliputi aktivitas mengakses, berinteraksi, berpatisipasi, dan berkolaborasi,” tutup Raflen Aril Gerungan.

Narasumber laiinya, wartawan seior Teguh Setiawan berpendapat, digitalisasi sekolah adalah sebuah keniscayaan. Hal itu terkaait dengan cara menemukan respons yang sama sekali baru terhadap bagaimana, di mana, dan kapan peserta didik belajar. Kemudian, memperluas jangkauan guru dan membantu menghadiran pengajaran yang unggul.

”Penting juga meningkatkan peran guru dari sekedar menyampaikan pengetahuan menjadi pelatih, mentor, dan evaluator. Dengan begitu, Guru bekerja dengan murid sebagai calon pencipta teknologi baru,” ujar Teguh Setiawan.

Dengan pengajaran digital di sekolah, maka pembelajaran siswa menjadi terpersonalisasi, adaftif, dan menarik. Skenario pelajaran berkisar dari konten digital hingga tugas interaktif. Hal ini memungkinkan siswa mengakses materi dalam berbagai format, sehingga sekolah tidak berakhir setelah jam pelajaran usai. ”Siswa dapat melanjutkan di sekolah, menyelesaikan tugas, dan lainnya,” tegas Teguh Setiawan.

Lalu, bagaimana digitalisasi pendidikan dimulai? Hal itu sangat bergantung pada kesiapan dan kompetensi guru serta sarana dan prasarana yang ada di sekolah. ”Metode pembelajaran digital harus mulai diterapkan, dan seluruh sistem di sekolah perlahan tapi pasti harus terdigitalisasi,” kata Teguh Setiawan berharap.

Webinar kali ini juga menghadirkan narasumber Mia Angeline (pengajar Universitas Bina Nusantara), Puput Gunadi (Tim Pengembang Kurikulum Kemenristekdikti). (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment