Cakap, Cerdas, dan Cermat Bermedia Sosial dalam Menjaga Aliram Positif Ruang Digital
Boyolali - Perkembangan teknologi yang pesat membawa kultur baru yaitu budaya digital. Segala aktivitas manusia beralih di ruang digital yang tidak memiliki sekat ruang dan waktu. Dari sini terlihat bahwa dalam beradaptasi ke dunia digital memerlukan literasi digital agar dunia yang bebas dan baru memiliki aliran dan resonansi positif bagi seluruh penggunanya.
Pemerintah Indonesia pun kini tengah menanamkan nilai-nilai literasi digital yang meliputi digital skill, digital safety, digital ethics, dan digital culture melalui program yang diwujudkan dalam diskusi virtual. Program ini sekaligus untuk menyiapkan masyarakat menyongsong transformasi digital dan mengakselerasi kecakapan dalam menggunakan dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Dalam diskusi virtual dengan tema "Sopan dan Beradab Berdigital di Masa Covid-19", Endi Haryono (dosen President University) sebagai salah satu narasumber mengatakan munculnya berbagai platform media sosial banyak memberikan manfaat. Media sosial baik yang konvensional dan digital pada dasarnya memberikan ruang untuk berekspresi dan aktualisasi diri. Medsos juga menjadi media untuk mengembangkan profesi yang dimiliki atau mengembangkan bisnis. Media juga menjadi tempat untuk promosi, kampanye, dan advokasi, dan yang paling sering dimanfaatkan adalah media merupakan sarana mencari hiburan.
"Pada intinya kalau teknologi dan media digital dimanfaatkan untuk hal yang positif dapat menyumbang kemajuan negara. Namun, peralihan media konvensional ke media digital itu memunculkan hal negatif juga. Di medsos banyak ditemukan kasus pencemaran nama baik, ujaran kebencian, dan banyaknya informasi hoaks yang tersebar," ujar Endi kepada peserta diskusi di Kabupaten Boyolali.
Endi menyebutkan bahwa untuk menekan hal negatif mengalir di ruang digital perlu kecakapan, kecerdasan, dan kecermatan dalam bermedia sosial. Cakap bermedia sosial menurut Endi dapat dilakukan untuk mengaktualisasikan diri, membuat karya sendiri dan ditekuni dengan konsisten. Juga cakap menggunakan media sosial untuk mengembangkan skill pribadi, salah satunya yang paling banyak diminati adalah mengembangkan kemampuan bahasa. Hal ini tentu dapat menjadi nilai lebih, bahkan dapat diaktualisasikan di dunia nyata.
"Lalu bermedia sosial yang cerdas, media sosial sebagai tempat untuk menguatkan toleransi, silaturahmi dan berjejaring. Toleransi dalam bermedia itu penting karena di dunia digital semua orang dengan segala perbedaan ada di sana. Artinya mereka sekaligus bisa menjadi ladang dalam meluaskan jejaring," imbuhnya.
Terakhir adalah cermat dalam bermedia sosial. Yaitu bagaimana dalam bermedia sosial harus punya sensor pribadi, apa yang layak dan tidak layak dilakukan. Cermat dengan menerapkan etika saat berinteraksi di ruang digital dan menyadari bahwa aktivitas di internet itu juga ada hukum yang mengaturnya.
"Intinya bagaimana menggunakan medsos harus digunakan dengan baik. Kenapa? Karena faktanya hampir separuh waktu kita digunakan di dunia digital. Maka apa yang sudah baik itu bisa kita jaga dan melanjutkan untuk menjadi lebih maju di masa depan," tutupnya.
Anggityas Serinasih (dosen UIN Purwokerto) menambahkan selain manfaat yang ada di dunia digital, netizen juga harus memahami keamanan yang mesti dijaga. Digital safety menjadi sabuk yang memastikan penggunaan media digital itu aman dan nyaman baik secara daring maupun luring. Sebab kejahatan yang ada di dunia digital itu memiliki efek yang nyata.
Pandemi Covid-19 dan penggunaan internet yang masif rupanya menghadirkan tsunami informasi yang di dalamnya terdapat berita, informasi, atau konten hoaks. Dan di masa pandemi informasi hoaks tentang Covid-19 banyak sekali ditemukan kasusnya. Bahkan media sosial menjadi platform penyebaran hoaks secara masif.
"Adanya data hoaks yang luar biasa itu, mari kita bijak bermedia sosial agar jejak digital kita baik dan bersifat positif. Kenapa, sekali kita menyebarkan konten hoaks itu akan tetap tersimpan dan menjadi salah satu jejak digital," jelas Anggi menambahkan.
Jejak digital adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas yang kita lakukan di internet. Ia bisa berupa unggahan foto dan video, riwayat pencarian, tulisan di blog, takarir, riwayat komunikasi video call dan telepon. Serta yang paling riskan adalah saat berkomentar, jika tidak cerdas dan cermat komentar di media sosial bisa menjadi bumerang.
"Jejak digital harus dibuat sebaik mungkin karena faktanya banyak penyalahgunaan jejak digital untuk publikasi info pribadi yang mengarah pada penindasan atau pelecehan daring, bisa juga disalahgunakan untuk serangan manipulasi psikologis. Jejak digital harus dijaga karena di era digital media sosial kita bisa menjadi bahan pertimbangam orang lain ketika melamar pekerjaan atau kegiatan lainnya," lanjutnya.
Gunakanlah media sosial untuk hal positif, karena jarimu adalah harimaumu dan jejak digital tidak bisa hilang meskipum telah dihapus. (*)
Post a Comment