News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Adaptasi Belajar Online Agar Aman, Begini Caranya

Adaptasi Belajar Online Agar Aman, Begini Caranya

 




Wonogiri - Etika bermedia digital atau digital ethics merupakan kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, mengembangkn tatakelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari.


Kepala MTs Negeri 3 Purworejo, Fitriana Aenun mengatakan etika berinternet bisa meliputi menulis email dengan ejaan yang benar dan kalimat sopan, tidak menggunakan huruf kapital semua. 


“Kemudian juga membiasakan menuliskan subject email untuk mempermudah penerima pesan,” katanya dalam webinar literasi digital dengan tema “Adaptasi Pembelajaran Online di Masa Pandemi Covid-19” yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo bagi warga Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, pada 26 Juli 2021.


Fitriana mengatakan etika berinternet juga termasuk menggunakan BCC (Blind Carbon Copy) bukannya CC (Carbon Copy) untuk menghindari tersebarnya email milik orang lain. 


Lalu, tidak mengirim email spam, surat berantai, surat promosi dan surat lainnya yang tidak berhubungan dengan mailing list, menghargai hak cipta orang lain. “Serta, menghargai privasi orang lain, Jangan menggunakan kata-kata jorok dan vulgar,” kata dia. 


Menurutnya, dalam berinternet juga harus menyadari mengenai netiket. Adapun beberapa hal yang perlu diketahui yakni pengguna semua manusia bahkan sekalipun saat berada di dunia digital, jadi ikutilah aturan seperti dalam kehidupan nyata. 


Pengguna internet juga berasal dari bermacam negara yang memiliki perbedaan bahasa, budaya dan adat istiadat. “Pengguna internet merupakan orang yang hidup dalam anonymouse yang mengharuskan pernyataan identitas asli dalam berinteraksi,” tuturnya. 


Fitriana mengatakan bermacam fasilitas di internet memungkinkan seseorang untuk bertindak etis maupun tidak etis. Untuk itu, warga harus belajar bersikap dan menyeleksi perilaku. 


“Ingatlah akan keberadaan orang lain di dunia maya. Taat kepada standar perilaku online yang sama dengan yang kita jalani dalam kehidupan nyata. Tidak melakukan hal-hal yang dapat merugikan para pengguna internet lainnya,” ujarnya.  


Pengguna internet juga harus membentuk citra diri yang positif, menghormati privasi orang lain, memberi saran atau komentar yang baik. Hormati waktu dan bandwith orang lain, mengakses hal-hal yang baik dan bersifat tidak dilarang, tidak melakukan seruan atau ajakan yang sifatnya tidak baik. 


Adapun beberapa metode pembelajaran jarak jauh dalam jaringan (daring), yang pertama yakni Synchronous melalui media video conference, misal e-learning madrasah, zoom meeting, webex, google meet atau video call maupun platform digital lainnya. 


Kemudian, Asynchronous melalui media dokumen, gambar, foto yang dikirim melalui media sosial, whatsapp, atau telegam atau melalui email. Lalu, blended learning, kombinasi antara online dengan daring. 


“Tapi pada era pandemi ini yang paling cocok adalah pembejaran online denan memanfaatkan multi media Synchronous dan Asynchronous,” katanya. 


Narasumber lainnya, Pengawas Madrasah Kantor Kemenag Jepara, Musta'in mengatakan ada beberapa tips mendidik anak generasi Z di masa pandemi. Di antaranya, membangun komunikasi anak dan orang tua, antara lain memalui salat berjamaah dengan keluarga, beri batasan waktu. 


“Temani atau mendampingi anak saat bermain gadget. Jangan berikan handphone sekedar menenangkan emosi anak serta menjadi figure atau teladan yang baik, memperkuat religiusitas,” ucapnya. 


Dipandu moderator Ayu Perwari, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber Septa Dinata (Researcher Paramadina Public Policy), Ziaulhaq (Teacher at Global Islamic School 3 Yogyakarta), dan News Anchor RCTI, Shafinaz Nachiar, selaku key opinion leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment