News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Adab Berteknologi untuk Pembelajaran Daring

Adab Berteknologi untuk Pembelajaran Daring




Tegal – Kementerian Komunikasi dan Informatika RI kembali menggelar webinar literasi digital untuk masyarakat Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Kamis (7/10/2021). Diskusi kali ini mengangkat tema “Transformasi Digital untuk Pendidikan yang Lebih Bermutu” yang disampaikan oleh empat narasumber dengan sudut pandang dari empat pilar literasi digital: digital ethics, digital skills, digital safety, dan digital culture.

Narasumber Ahmad Faozy (trainer) mengatakan di era digital pendidik dituntut untuk bisa menjadi guru yang hebat. Artinya tidak hanya memiliki skill mengajar tetapi juga pandai dalam memanfaatkan teknologi untuk memberikan pembelajaran kepada peserta didiknya. Era transformasi digital menuntut guru untuk lebih peka terhadap perubahan, reflektif, namun tetap mengedepankan pola pikir kritis dan humanis. 
Oleh sebab itu literasi digital sangat penting, bagi guru dan murid, karena dapat mengasah kemampuan berpikir kritis, kreatif dan inovatif dalam memecahkan masalah, berkomunikasi dan berkolaborasi dengan lancar dan dengan lebih banyak orang. 
“Cara pembelajaran guru akan berdampak pada pemahaman murid. Oleh sebab itu guru tidak hanya harus cakap digital tapi juga bertanggungjawab atas jiwa nasionalisme siswa. Serta berperan sebagai figur yang memberikan teladan yang baik dan menciptakan kultur pendidikan sesuai kebutuhan anak didik,” jelas Ahmad Faozy. 
Di era digital, guru dapat memilih model pembelajaran yang disesuaikan apakah dengan e-learning, blended learning, atau secara konvensional. Maka dari itu kecakapan memahami dan menggunakan video conference, platform e-learning, editing video, dan pemanfaatan cloud software harus menjadi sahabat dalam setiap pembelajaran. 
“Namun diluar kecakapan teknis tersebut, kebiasaan pembelajaran daring dan luring sangat berhubungan dengan etika. Sebab manusia yang beretika akan menghasilkan budaya yang beretika pula,” imbuhnya. 
Ada etika digital yang mesti dipahami oleh guru dan murid selama pembelajaran daring. Yaitu saling menghormati orang lain dan tidak pernah menyinggung SARA ketika berinteraksi, tidak melakukan plagiat baik dalam membuat konten atau mengerjakan tugas. Menghargai privasi dan waktu orang lain. Teliti dalam memahami konteks pesan dan berkomunikasi dengan menggunakan huruf kapitas sesuai pada tempatnya. 
Terakait etika bermedia digital tersebut juga diamini oleh narasumber Ryan Sugiarto (dosen Universitas Sarjanawiyata Taman Siswa Yogyakarta). Ia menjelaskan bahwa etika digital sangat penting sekalipun itu diluar konteks pendidikan, sebab etika adalah pondasi dasar dalam melakukan interaksi dan komunikasi. 
“Tata etika digital adalah tentang kesadaran bahwa di dunia digital kita bukan satu-satunya orang sehingga apa yang kita posting mesti memikirkan keberadaan orang lain. apakah akan menyinggung orang lain, memberikan manfaat atau membawa celaka. Lalu integritas atau kejujuran mengajarkan agar kita tidak lagi posting sesuatu yang bukan milik kita,” lanjutnya. 
Etika digital juga tentang tanggung jawab, bahwa setiap tindakan di ruang digital itu ada risiko yang harus ditanggung. Ada jejak digital yang menjadi bukti baik buruknya perilaku peggunanya. Oleh sebab itu mengunggah konten haruslah sesuatu yang mengandung kebajikan. 
“Langkah pencegahan dan tindakan pelanggaran etika pada e-learning adalah dengan memberikan motivasi belajar yang cukup dan mengajarkan strategi belajar siswa. Menyesuaikan proses dan evaluasi belajar dengan output yang dikehendaki. Menghargai pemikiran siswa dan mengajarkan untuk berpikir kritis,” jelasnya. 
Guru juga perlu memberikan edukasi terkait kebijakan melawan plagiarisme, bahwa menggunakan karya atau tulisan orang lain itu melanggar hukum. Ketika menggunakan karya orang lain harus dilakukan dengan etika yang baik. Yaitu mencantumkan nama dan sumber karya.
Diskusi siang ini dipandu oleh Subki Abdul presenter) dan diisi juga oleh narasumber lainnya Tomy Widiyanto (pengembang media seni), Cokorde Istri Dian Laksmi Dewi (dosen Universitas Ngurah Rai). Serta Reni Risty (presenter) sebagai key opinion leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment