News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Waspadai Senjata Paling Mematikan Era Digital: Screenshot!

Waspadai Senjata Paling Mematikan Era Digital: Screenshot!




JEPARA : Pertumbuhan pengguna internet di Indonesia pada awal 2021 ini kian melesat hingga menembus 202,6 juta jiwa atau meningkat 15,5 persen jika dibandingkan awal 2020 lalu dari total jumlah penduduk Indonesia saat ini berkisar 274,9 juta jiwa.

Namun, yang menjadi pertanyaan besar, apakah dari semua pengguna internet itu paham benar mengenai jejak digital yang selalu terekam dan susah dihapus secara permanen? Jawabannya: jelas tidak, jika berkaca dari kasus-kasus yang terus bermunculan terkait rekam jejak digital.

"Ingat, di era digital yang kian pesat ini ada senjata berbahaya bernama screenshot yang bisa membuat orang dengan digitalnya berurusan dengan hukum dan bisa dipenjara hingga denda," ujar Redaktur Betanews.id Ahmad Muhlisin saat menjadi pembicara dalam webinar literasi digital bertema "Internet Sehat Anak Cerdas" yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Selasa (7/9/2021).

Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Muhlisin menuturkan, jejak digital merupakan jejak data yang kita buat dan kita tinggalkan saat menggunakan perangkat digital. Jejak ini bisa berupa riwayat situs web yang dikunjungi, email, komentar pada media sosial, foto transaksi di situs atau platform belanja daring, dan segala informasi yang kita kirimkan ke berbagai layanan daring yang ada.

"Oleh sebab itu, jejak digital bisa digunakan orang lain untuk menyerang kita, karena bisa menjadi barang bukti kejahatan di masa lalu, dan bisa seketika pula menghancurkan reputasi karena peran senjata bernama screenshot itu," tegas Muhlisin.

Muhlisin menuturkan, banyak warganet yang terjerat hukum atau terkena masalah di kemudian hari akibat rekam jejak digitalnya. Mereka rata-rata terjerat pasal-pasal di UU ITE yang memang mengatur soal informasi elektronik, dokumen elektronik, transaksi elektronik, dan lain-lain. 

"Karena itu jadilah pengguna internet yang baik," pesan Muhlisin. Dengan cara menjadi pengguna yang smart atau cerdas. Di mana bisa berpikir kritis apakah informasi yang akan disebar berdampak baik atau tidak. Jangan mudah terprovokasi dengan isu-isu yang beredar, sehingga lengah dan ikut-ikutan.

"Pengguna yang smart tidak akan menyebarkan informasi sensitif seperti nomor telepon, paspor, KTP, password dan alamat rumah," kata dia.

Muhlisin menambahkan, selain menjadi pengguna yang smart juga menjadi pengguna atau warganet yang alert. Sehingga tidak mudah percaya dan membagikan informasi yang tidak masuk akal atau yang belum terbukti kebenarannya. Dengan menyebarkan rumor atau membagikan cerita atau foto yang menyakitkan atau membuat malu seseorang (hal yang dianggap sebagai lelucon) bisa jadi menyakitkan bagi orang lain. 

"Jadilah pengguna media digital yang strong dalam arti gunakan password yang sulit, agar tidak mudah diretas, baik untuk akun maupun gawai. Biasakan menggunakan two step authentication dan jangan mudah percaya dengan segala permintaan one time password yang masuk pesan atau Whatsapp," urai Muhlisin.

Narasumber lain yang juga seorang entrepreneur dan juga graphologist Diana Balienda menimpali, di era digital ini orangtua perlu beradaptasi demi mengawasi anak.

"Orangtua perlu memahami digital parenting zaman now," kata Diana. Menurutnya, sejumlah pakar sepakat masa anak-anak berada pada rentang usia 0 sampai 18 tahun. Pada rentang usia ini seorang anak berada pada masa pertumbuhan, baik secara fisik, kognitif, atau moralnya.

"Oleh sebab itu, jadilah orangtua 'paket lengkap', dalam arti bisa menjadi sosok suri tauladan anak sekaligus bisa menjadi sahabat dan teman mereka. Orangtua yang lengkap salah satunya tidak gaptek dengan perkembangan teknologi, dan tahu aplikasi yang tepat," katanya.

Dimoderatori oleh Dannys Citra, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber: dosen Universitas Budi Luhur Denik Iswardani Witarti, penulis dan budayawan Muhammad Jadul Maula, serta seniman Dibyo Primus selaku key opinion leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment