News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Orangtua Perlu Tingkatkan Kewaspadaan, Lindungi Anak dari Bahaya Pornografi di Dunia Digital

Orangtua Perlu Tingkatkan Kewaspadaan, Lindungi Anak dari Bahaya Pornografi di Dunia Digital




CILACAP : Sudah setahun lebih Indonesia dan negara lain di dunia berada dalam masa pandemi Covid-19 yang turut membuat anak-anak lebih banyak beraktivitas dengan gadget. Baik untuk belajar maupun hanya sekadar mengisi waktu luang atau bermain game dan berselancar. 

Pada momen makin banyaknya akses internet anak inilah, peran dan kewaspadaan orangtua dalam melakukan pengecekan penggunaan gadget anak-anak saat berselancar di dunia maya justru makin perlu ditingkatkan. Utamanya untuk menghindari konten-konten pornografi yang bisa muncul setiap saat di berbagai platform.

”Jika pengawasan orangtua terhadap anak kurang ketat atau lalai, kita perlu segera mengubah dan mempersiapkan kecakapan dalam mengawasi aktivitas digital, terutama dari bahaya konten pornografi,” kata Founder Yayasan Suadra Warna Indonesia Farah Aini Astuti, saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema "Lindungi Diri dari Bahaya Pornografi di Dunia Digital" yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Rabu (25/8/2021).

Dalam webinar yang diikuti 325 peserta dan dimoderatori Nabila Nadjib, serta Billy Wardana selaku key opinion leader itu, Farah mengungkapkan ada banyak cara untuk melindungi konten seksual dari penelusuran anak ketika berselancar sendiri di dunia maya. Satu yang populer adalah fitur Safe Search yang disediakan platform mesin pencari Google.

"Dengan fitur Safe Search ini, anak-anak bisa memfilter konten seksual dari setiap penelusuran mereka, jadi mereka tak akan menemukan konten-konten pornografi yang bisa bebas berkeliaran di dunia maya," kata Farah.

Farah menjelaskan cara kerja fitur Safe Search ini yang, begitu diaktifkan, akan mengaktifkan filter konten di seluruh gambar, video, dan situs, serta membantu memblokir hasil pencarian yang bersifat pornografi, dari penelusuran Google. 

"Fitur pemfilter ini penting, khususnya ketika orangtua sibuk dengan aktivitasnya sehingga kurang konsentrasi mengawasi seluruh aktivitas anak mereka dengan gawainya. Perlu dipahami, internet dan dunia maya menjadi media yang menyediakan informasi secara bebas, termasuk konten-konten yang tidak pantas dikonsumsi usia anak," jelas Farah.

Selain Safe Search, Farah juga mendorong para orangtua mau belajar dan mengenal berbagai macam aplikasi Parental Control, yang bisa juga untuk melindungi anak agar tak mudah mengakses atau menemukan konten pornografi di internet.

"Dalam melindungi anak dari kejahatan dunia digital termasuk pornografi, bukan berarti menghalangi anak menggunakan gadgetnya. Bisa dicoba berbagai aplikasi parenting untuk mengontrol anak menggunakan gadgetnya," lanjut Farah.

Farah lantas memberi satu contoh aplikasi Parental Control yang populer, yakni aplikasi Google Family Link. Aplikasi ini dapat membantu orangtua yang sibuk dalam memantau aktivitas anak-anak ketika menggunakan gadget, termasuk membatasi waktu pemakaian perangkat dan mengunci perangkat sesuai yang telah diatur orangtua.

"Dari aplikasi Google Family Link ini kita akan lebih gampang memandu anak ketika mereka belajar, bermain, dan berselancar di internet, bahkan ketika kita sebagai orangtua akan menyetujui atau memblokir aplikasi yang akan di-install anak lewat Google Play Store," kata Farah.

Tak hanya itu. Kontrol aplikasi Google Family Link ini, juga cukup lengkap karena bisa membantu menyembunyikan aplikasi tertentu di perangkat yang kurang sesuai dengan kebutuhan dan usia anak-anak. "Termasuk yang disediakan aplikasi ini, orangtua pun bisa mengetahui keberadaan anak pada saat itu ada di mana, jadi bisa mengetahui aktivitas anak dari jarak jauh," jelas Farah.

Narasumber lain dalam webinar, Kasi Kelembagaan Kementerian Agama Jateng H.M. Nurkholis menambahkan, pesatnya teknologi berpengaruh pada semakin besarnya ancaman produksi dan penyebarluasan konten-konten pornografi yang bisa mempengaruhi perkembangan sosial dan mental anak.

"Anak-anak lebih berisiko menjadi korban kejahatan di ruang siber termasuk pornografi dalam tingginya penetrasi arus informasi ini. Anak-anak merupakan kelompok paling rentan pula mendapatkan kejahatan secara seksual dan pornografi di dalam ruang siber," ujar Nurkholis.

Webinar berlangsung semarak dengan hadirnya dua narasumber lain, yakni dosen UIN Surakarta Abd. Halim dan Kepala Kantor Kemenag Cilacap Imam Tobroni. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment