News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Orang Tua Wajib Tahu, Begini Cara Lindungi Anak di Dunia Digital

Orang Tua Wajib Tahu, Begini Cara Lindungi Anak di Dunia Digital




Pati – Mendidik anak di era teknologi digital masa kini terasa lebih menantang dibanding masa lalu. Sebab, tugas orangtua harus bertambah melindunginya dari dampak buruk internet.

Mengingat banyaknya aktivitas dalam kehidupan sehari-hari yang harus dilakukan secara online sekarang ini, orangtua juga perlu mengajarkan beberapa kebiasaan lain agar anak-anak tetap aman di dunia maya.

Mengutip data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Social Media Communication PT Cipta Manusia Indonesia, Annisa Choiriya Muftada, menyebut laporan kasus pengaduan anak terkait pornografi dan kejahatan online (baik menjadi korban dan pelaku) sejak 2017 hingga 2019 angkanya mencapai 1.940 kasus.

Sementara itu, jumlah anak yang menjadi korban kejahatan seksual online sebanyak 329 anak. Sedangkan anak pelaku kejahatan seksual online sebanyak 299 anak.

”Karena itu kita butuh digital safety atau keamanan berdigital. Yakni kemampuan individu untuk mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, dan meningkatkan keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari,” kata Annisa dalam webinar literasi digital bertema ”Kenali Upaya Melindungi Anak di Ranah Daring” yang digelar Kementerian Kominfo untuk warga Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Rabu (18/8/2021).

Annisa mengungkapkan beberapa cara yang dapat dilakukan orangtua untuk melindungi anak di ranah digital seperti dengan mengajari cara membuat sandi yang kuat dan tidak mudah ditebak. ”Hindari sandi sederhana yang menggunakan nama, tanggal lahir,” ujarnya. 

Kemudian, orangtua harus sadar bahwa saluran komunikasi ini juga bisa dimanfaatkan oleh orang tak dikenal yang berniat buruk untuk menghubungi anak-anak. Seperti di dunia nyata, orang tua juga harus tahu dengan siapa mereka bicara di internet.

Orang tua harus mencoba mengajak bicara anak tentang game yang dia mainkan atau video yang dia tonton, serta orang-orang yang dia temui di sana. 

Selain itu, orangtua juga sebaiknya menunjukkan konten yang sesuai dengan usia sang anak. Karena, ketakutan jika anak menemui konten yang tak pantas sudah lama menjadi salah satu kekhawatiran terbesar orangtua. 

Berikut beberapa fitur yang dapat digunakan, di antaranya Family Link. Ini memungkinkan Anda menambahkan filter pada Google Search, memblokir situs, hanya memberikan akses kepada orang yang diizinkan, atau melacak lokasi anak apabila dia memiliki perangkat sendiri.

Sedangkan ketika memakai platform YouTube, Anda bisa mengontrolnya dengan fitur di YouTube Kids. Orangtua dapat membatasi waktu penggunaan, hanya menampilkan video yang disetujui, atau memilih konten yang sesuai dengan usia anak.

Annisa juga mengatakan, untuk melindungi anak, orangtua sebisa mungkin meminimalkan mengekspor kegiatan anak di media sosial, karena berpotensi mengancam keamanan fisik dan kesehatan mental sang anak. 

Misalnya, membuatkan profilnya di media sosial, menurutnya akan menjadi rentan digunakan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. ”Coba kita kembali pikirkan mengenai hak privasi anak, dan perkembangan psiko-sosialnya,” ujar Annisa didepan 450-an partisipan webinar. 

Narasumber lainnya, Praktisi Pendidikan & Budaya, Oetari Noor Permadi mengatakan orang tua harus memenuhi hak anak. Ia mengutip dari konvesi Unicef, hak anak yaitu hak hidup, tumbuh-kembang sehat, bermain, istirahat, peran serta. 

Kemudian budaya dan kesenian secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan mengenal dan diasuh orang tua, serta ikatan keluarga dilindungi. 

Adapun untuk ancaman dari ranah daring terhadap anak di antaranya yakni perkembangan fisik anak terhambat karena radiasi, kecanduan, gangguan perkembangan otak dan kognitif. 

Lalu bisa stress, sulit mengenali emosi, sulit berempati dan gangguan perilaku, dan rentan terhadap bullying, SARA, serta ujaran kebencian. Dampak buruk lainnya yakni prestasi sekolah turun, hingga egois. 

Untuk itu, ia menyarankan agar orang tua bisa memiliki pola asuh yang baik dengan mengatur jadwal dan keamanan dalam menggunakan gawai. ”Tetap sabar, sayangi dan hadir dalam jiwa raga serta humor,” ucapnya. 

Diskusi virtual yang dimoderatori Oony Wahyudi itu, juga menghadirkan narasumber Konselor Psikologi Perempuan dan Anak sekaligus Pegiat Literasi Digital Budi Wulandari, Ketua Yayasan Quranesia Amrina Rasyada Zusdi F. Arianto, serta Foodblogger Arief Budiman selaku key opinion leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment