News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Berbagai Ancaman Pergeseran Media Ekspresi ke Lingkup Digital

Berbagai Ancaman Pergeseran Media Ekspresi ke Lingkup Digital




Kebumen – Media sosial nampaknya menjadi sarana baru dalam berekspresi, bahkan bersifat bebas, karena masing-masing individu dapat membuat akunnya sendiri. Tema “Kebebasan Berekspresi di Dunia Digital” kembali diangkat sebagai tema diskusi dalam webinar oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Senin (30/8/2021). Kegiatan ini adalah bagian dari Program Nasional Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital yang dilaksanakan untuk mendukung percepatan transformasi digital di Indonesia. 

Diskusi pada pagi hari ini dipandu oleh Nadia Intan (presenter) dengan menghadirkan empat narasumber: Mohammad Adnan (CEO Viewture Creative Solution), M. Solahudin (Ketua Pergunu Kebumen), Dewi Bunga (dosen UHN IGB Sugriwa Denpasar), dan Ahmad Ghozi (fasilitator ketangguhan keluarga). Diskusi virtual ini juga menghadirkan Ones (seniman) sebagai key opinion leader. Masing-masing narasumber menyampaikan materi diskusi dengan pendekatan empat pilar literasi digital: digital ethics, digital culture, digital skills, dan digital safety. 

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyampaikan kata sambutan dalam diskusi virtual ini. Kata Gubernur, transformasi digital telah mengubah tatanan pola hidup dengan cepat. Oleh sebab itu, masyarakat harus cepat beradaptasi dengan menyelami lebih dalam lagi dunia digital. Bukan sebagai tempat hiburan saja, tetapi menyebarkan hal-hal positif, serta tidak memperkeruh dengan hal-hal negatif. 

Dalam paparannya, Muhammad Solahudin menjelaskan, sebelum memulai aktivitas di ruang digital warga digital harus paham dengan internet safety atau keamanan dalam menggunakan internet. Saat menggunakan internet harus mampu melindungi diri sendiri serta orang lain dari kemungkinan bahaya atau risiko di dunia online. Sebab, dunia digital tak ubahnya seperti dunia nyata, khususnya dalam konteks berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. 

Warga digital perlu keamanan internet agar terhindar dari kejahatan siber seperti penipuan, pembajakan akun, perundungan siber. Keamanan digital adalah proses memastikan penggunaan layanan digital dapat dilakukan secara aman dan nyaman. 

“Keamanan digital itu selain menyangkut pengamanan perangkat digital juga pengamanan identitas digital yang mengandung data pribadi penting yang harus dijaga agar tidak bocor. Pengguna digital bebas menggunakan nama asli atau samaran sebagai identitasnya yang semua itu ada konsekuensinya. Hindari menampilkan identitas digital yang dapat disalahgunakan untuk kejahatan siber. Pastikan keamanan surat elektronik dengan secara rutin memperbarui password,” jelas M. Solahudin. 

Selain itu, pastikan untuk selalu menggunakan website dan aplikasi resmi serta tidak menggunakan wifi publik karena keamanannya tidak terjamin. Hal itu untuk menghindari bocornya data pribadi kita. Namun jika data pribadi telanjur dicuri, pengguna dapat menghubungi pihak terkait, call center, atau menulis surat pembaca dengan menyertakan bukti dan mempublikasikannya di media sosial atau jaringan pertemanan. 

Ahmad Ghozi menambahkan dari sisi keamanan dalam melakukan aktivitas di internet dengan menekankan bahwa sejatinya posisi kita di media digital tak ubahnya di dunia nyata. Media di internet merupakan kelanjutan dari dunia yang sudah ada. Jika dulu media penyiaran bersifat satu arah, kini sudah bisa dua arah dengan adanya internet dan teknologi.

Perubahan budaya digital juga membuat ruang produksi konten lebih mudah dan murah. Semua orang bisa mengakses, sehingga bukan hanya banjir informasi tapi tsunami informasi. Hal ini tentu memberikan sisi positif dan negatifnya kebebasan bereskpresi di ruang digital.

“Kebebasan dalam menggunakan media digital kita bisa sekaligus berperan sebagai produsen dan penyebar konten informasi. Interaksi sosial menjadi borderless atau tanpa batas, ruang ekspresi yang murah, variasi konten beragam dan mudah diakses. Namun tak bisa disangkal konten negatif banyak ditemukan, begitu juga tindak kriminal. Literasi digital masyarakat yang rendah juga mengakibatkan mudah terpapar konten negatif hingga ketergantungan gadget,” tutup Ghozi. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment