News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Vitamin D Bikin Kebal Covid-19, Fakta Atau Mitos ?

Vitamin D Bikin Kebal Covid-19, Fakta Atau Mitos ?


Ilustrasi Vitamin D (ist)

WARTAJOGJA.ID : Vitamin D diyakini masyarakat dapat mencegah bahkan membuat tubuh kebal dari serangan Covid-19.

Selama pandemi ini, orang tak hanya berjemur di bawah terik matahari. Namun juga ramai-ramai memburu suplemen Vitamin D itu, bahkan ada yang dikabarkan sampai mengkonsumsi dalam dosis berlebih.

Benarkah Vitamin D membuat tubuh lebih kebal dari serangan Covid-19?

"Tidak benar hanya dengan minum Vitamin D kita jadi kebal Covid-19, itu tidak masuk akal," ujar pakar imunologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Deshinta Putri Mulya dalam dialog daring bertajuk 'Kebal Covid: Fakta dan Mitos Vitamin D' yang digelar Jumat 30 Juli 2021.

Deshinta menjelaskan, Vitamin D secara patofisiologi memang memiliki peran baik sebagai prefensi (pencegahan) maupun sebagai kurasi (pengobatan) dalam menghadapi Covid-19.

"Vitamin D tak hanya bersifat kuratif atau tidak hanya berfungsi sebagai imun respon saja, namun juga berfungsi menguatkan renin-angiotensin system (RAS) dalam tubuh," ujar Deshinta yang juga menjabat sebagai Kepala Divisi Alergi Imunologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKKMK UGM itu.

Renin angiotensin system sendiri merupakan peptida yang dapat mengatur tekanan darah, pertumbuhan sel, apoptosis, serta keseimbangan elektrolit di dalam tubuh.

Ketika meningkatkan sistem renin ini, Vitamin D akan bekerja menekan terjadinya inflamasi atau peradangan, lalu meningkatkan kerja kardiovaskuler kemudian mengontrol komorbiditas dan mengganggu serangan virus Covid-19.

"Jadi kalau kita punya asupan Vitamin D yang cukup, maka komorbid-komorbid (penyakit penyerta) akan lebih mudah terkontrol," kata Deshinta dalam dialog yang dihelat Alumni Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM itu.

Deshinta menambahkan Vitamin D pun memiliki peran sebagai antivirus pada beberapa kasus infeksi pernafasan dan membuat antibodi tubuh lebih baik. 

Namun Deshinta mewanti-wanti, meski Vitamin D memiliki banyak manfaat, namun untuk pemberian dosis-dosis tinggi masyarakat harus berhati-hati. Apalagi konsumsi itu dilakukan setiap hari.

"Penggunaan Vitamin D dosis tinggi harus dengan pengawasan ketat dan dibicarakan dengan dokter, sehingga bila ada tanda-tanda toxic bisa dikenali lebih dini," ujar Deshinta.

Jika ingin kebal dari Covid-19, ujar Deshinta, cara yang bisa ditempuh masyarakat hanyalah menjalani program 3T (testing, tracing and treatment). 

Deshinta juga meminta masyarakat mematuhi protokol kesehatan 5M, yaitu memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas. 

"Vitamin D, suplementasi, gaya hidup sehat, istirahat cukup, itu semua hanya berfungsi untuk menambah kondisi tubuh dan imunitas tetap terjaga, tapi bukan lantas kebal dari Covid-19," ujar Deshinta.

Pakar kulit FKKMK UGM yang juga mantan Direktur Utama Rumah Sakit Akademik UGM Arief Budiyanto dalam dialog itu menuturkan Vitamin D saja tak akan membuat masyarakat kebal dari Covid-19.

"Seperti halnya vaksin, Vitamin D tidak membuat kebal dari Covid-19. Tetapi dengan vaksin dapat menekan tingkat keparahan serangan virus itu," kata Arief.

Arief pun merujuk sebuah penelitian Scientific Reports 2020 lalu yang membandingkan kadar Vitamin D3 pasien Covid-19 asimptomatik (tanpa gejala) dan pasien Covid-19 yang kondisinya kritis. Pada pasien tanpa gejala kadar serum Vitamin D3 di tubuhnya lebih dari 20 nano gram. Sedangkan pada pasien kritis di bawah 20 nano gram per mililiter.

"Hal itu dapat sebagai acuan, bahwa penting juga menjaga kadar Vitamin D3 kita normal di angka 30 nano gram per mililiter," kata Arief.

Lalu mana yang lebih baik antara mendapatkan Vitamin D3 dari berjemur di bawah sinar matahari atau suplemen? 

Arief mengatakan masing masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

Dari aktifitas berjemur, orang mendapatkan asupan Vitamin D3 dari dalam atau eksogen yang sifatnya gratis. Aktifitas berjemur paling baik direkomendasikan pukul 10.00 dan berlangsung sekitar 10 menit saat matahari mulai memancarkan secara kuat cahaya ultraviolet B.

Dari berjemur tidak ada resiko intoksikasi atau gangguan fungsi tubuh. 

"Hanya saja resiko berjemur bisa juga memiliki resiko kulit terbakar (sunburn) dan kronis seperti kanker kulit jika paparan mataharinya berlebihan," kata Arief.

Adapun beda berjemur dari suplemen Vitamin D3 yang dikonsumsi, artinya orang mendapat asupan dari luar atau eksogen dan harus mengeluarkan biaya atau tidak gratis. Resiko intoksikasi juga lebih besar jika dosis berlebihan.

"Jadi kalau berjemur dan minum suplemen itu bedanya hanya caranya. Yang berjemur harus ada sedikit usaha seperti kalau kita mau makan makan mangga harus manjat pohon dulu. Sedangkan kalau suplemen kita tingga minum," kata Arief. (Han/Ben) 

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment