News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Tingkatkan Keamanan Siber,Tinggalkan Jejak Digital yang Pancasilais

Tingkatkan Keamanan Siber,Tinggalkan Jejak Digital yang Pancasilais




Kabupaten Semarang - Program nasional literasi digital terus bergulir sejak dicanangkan pada Mei 2021 lalu. Melalui program ini pemerintah Indonesia akan mewujudkan sumber daya manusia yang cakap digital untuk menghadapi transformasi digital.

Pelaksanaan program ini dibungkus melalui diskusi virtual yang digelar secara serentak di seluruh kabupaten/kota di lndonesia. Salah satunya webinar yang digelar oleh Kementerian Kominfo untuk masyarakat di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, pada 22 Juni 2021 ini. 

Kegiatan yang dipandu oleh Dannys Citra kali ini menghadirkan sejumlah narasumber. Mereka adalah Jackelin Lotulung (dosen Universitas Sam Ratulangi), Agus Supriyo (co-founder Jelajah.life), Abdul Rohim (redaktur Langgar.co), Ali Formen (dosen Universitas Negeri Semarang), serta key opinion leader Syafinaz Nachiar (news anchor).

Masing-masing pemateri memantik diskusi dengan tema "Membumikan Pancasila Melalui Media Digital" dari sudut pandang pilar literasi digital yang meliputi digital ethics, digital culture, digital skill, digital safety. 

Jackelin Lotulung dalam paparannya terkait digital culture atau budaya digital menjelaskan bahwa dalam dunia maya tak ubahnya di dunia nyata. Budaya-budaya Indonesia yang biasanya diterapkan di kehidupan nyata, seharusnya juga diterapkan di dunia maya yaitu dengan berlandaskan nilai-nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.

Dengan menerapkan nilai yang terkandung pada butir-butir Pancasila, warga digital akan mampu berperilaku dan berbudaya digital yang baik. Yaitu dengan mendukung toleransi keberagaman, memprioritaskan cara berdemokrasi, menciptakan harmoni, dan menginisiasi kerja gotong royong. 

"Kalau kita hidup sesuai dengan butir-butir Pancasila, kemana pun dan di mana pun kita berada kita pasti tidak akan bertentangan dengan orang lain. Karena dalam Pancasila kita diajarkan menghargai orang lain, saling menghormati, dan bisa bermusyawarah untuk mencapai kemufakatan," jelas Jeckelin. 

Di era transformasi digital, kata Jeckelin, platform digital menjadi ruang praktik berbudaya melalui aktivitas di dunia maya. Yakni dengan memproduksi konten-konten positif, mewujudkan cinta Tanah Air, mempromosikan gaya hidup berkualitas. 

 "Lalu saling menghargai, bersikap santun saat berinteraksi, menguatkan kebersamaan dan harmoni antar warga digital, dan menciptakan ruang diskusi yang sehat," pungkasnya. 

Melanjutkan dengan pilar digital safety, Agus Supriyo mengatakan bahwa budaya bermedia yang baik juga akan meninggalkan jejak digital yang positif.

"Segala aktivitas yang kita lakukan di dunia digital yang wajib kita sadari poinnya adalah jari-jari kita di dunia maya, jejak digital yang kita tinggalkan adalah reputasi di masa depan," ujar Agus. 

Jejak-jejak digital berupa riwayat pencarian, riwayat pesan, foto dan video, gps, geotagging, interaksi di internet bahkan pencarian saat menggunakan mode penyamaran, akan tertinggal di dunia digital. Bahkan ketidakbijakan menggunakan platform media sosial bisa mengakibatkan seseorang kehilangan kesempatan mendapatkan pekerjaan. 

Setiap pengguna internet dan media digital dituntut dapat menciptakan keamanan digital dengan menghapus informasi yang tidak perlu, menyaring segala informasi sebelum diunggah atau dibagikan. 

"Menjaga keamanan digital dengan rajin memeriksa pengaturan keamanan privasi, membuat dan mengganti password secara berkala. Selain itu juga penting membentuk dan menjaga jejak digital, sebab aktivitas dan interaksi di dunia maya itu sekaligus menjadi personal branding penggunanya," imbuh Agus. 

Selanjutnya, Agus Supriyo berpesan kepada pengguna media digital harus mampu mengontrol diri ketika menerima informasi atau berita sebelum mengambil aksi untuk disebarkan. 

"Terapkan pada diri sendiri untuk memastikan benar tidaknya suatu berita. Pertimbangkan juga kebermanfaatannya. Jika yakin berita itu benar dan bermanfaat, silahkan dibagikan, namun sebaliknya jika ragu kebenaran berita itu maka berhentilah. Jangan disebarkan agar tidak memperkeruh lingkungan," jelasnya. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment