News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Social Skill untuk Kebebasan Ekspresi di Dunia Digital

Social Skill untuk Kebebasan Ekspresi di Dunia Digital



Kebumen – Teknologi hadir untuk memudahkan kehidupan kita. Namun, tidak dapat dimungkiri, kemajuan-kemajuan teknologi yang ada juga menyertakan tantangan baru bagi masyarakat digital.

Head of Operation PT Cipta Manusia Indonesia Rizqika Alya Anwar mengawali diskusi virtual bertema ”Kebebasan Ekspresi di Dunia Digital” dengan tinjauan dari perspektif digital skill pada webinar literasi digital yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Senin (26/7/2021).

Selain Rizqika Alya Anwar, acara diskusi yang dipandu moderator Harry Perdana itu juga menampilkan narasumber Budhi Hermanto (Peneliti Media), Ahmad Muhlisin (Redaktur Betanews.id), Fikria Najitama (IAINU Kebumen), dan seniman Ones selaku key opinion leader.

Rizqika menyatakan, digital skill ialah kemampuan individu untuk mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak teknologi informasi dan komunikasi (TIK) serta sistem operasi digital (website hingga aplikasi di smartphone).

Menurut Rizqika, nilai utama dunia digital yang harus dipahami pengguna digital adalah pada kreativitas, kolaborasi, dan sikap kritis. Kreativitas berarti kemampuan dan kemauan untuk menjelajahi berbagai sudut pandang dan potensi media digital.

”Kolaborasi di media digital untuk mengasah kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi, serta berpikir kritis dalam bermedia dan memanfaatkan media digital untuk kegiatan positif,” ujar Head of Operation Kaizen Room itu di depan ratusan partisipan webinar.

Mengutip data Hootsuite hingga Januari 2021, kata Rizqika, pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta dengan pengguna aktif media sosial mencapai 170 juta pengguna. Jumlah itu menyebar di beragam platform media sosial seperti: Facebook, Youtube, Instagram, Twitter, dan sebagainya.

Rizqika berpesan, agar para pengguna media sosial cerdas menentukan pilihan media sosial yang baik dan cocok dengan keinginan dan tujuan bermedia digital disesuaikan dengan ciri serta karakter dari platform media sosial tersebut.

”Misalnya untuk kepentingan branding, bisa memilih facebook, instagram pinterest, podcast, youtube dan linkedin, tergantung produk yang ingin kita unggah. Kalau live video bisa pakai facebook atau intagram, untuk gambar bisa pakai instagram atau pinterest,” pungkas Rizqika.

Berikutnya, peneliti media Budhi Hermanto menyebutkan, banyak penelitian yang menyatakan tak ada perbedaan etika di dunia maya dengan dunia nyata. Apa yang berlaku di dunia nyata juga berlaku di dunia maya.

Budhi Hermanto berpendapat, persoalan etika tak akan selesai di ruang literasi digital saja, namun juga membutuhkan intensitas pertemuan lainnya, baik antara murid dengan guru maupun dengan orangtua dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan pengalamannya mengajar, Budhi juga menemukan perbedaan etika antara orang yang banyak baca buku dengan yang tidak atau jarang membaca literatur. Menurutnya, mereka yang suka membaca cenderung ”wise” dan punya etika dibanding yang tidak dan jarang membaca. ”Apalagi di media sosial mereka yang tidak suka baca buku biasanya akan membuat akun anonymus,” cetus Budhi.

Budhi menyatakan, apa yang tidak boleh di dunia nyata juga tidak boleh dilakukan di dunia maya. Ia memberikan contoh ada artikel berita di media mainstream yang menulis tentang seorang biduan dangdut cantik terpilih jadi kepala desa. 

Media, lanjut Budhi, mestinya tidak membuat tulisan yang memancing emosi dan menerapkan etika dalam pemberitaannya. Apalagi mengaitkan profesi seseorang dengan dengan jabatan tertentu.

Bagi Budhi, etika di media sosial maupun etika di kehidupan nyata itu sama saja. Keduanya membutuhkan social skill yang cukup. Maka, seseorang yang memegang tools bernama media sosial tetapi tidak memiliki kecakapan sosial yang baik akan bermasalah.

”Kemampuan social skill dibutuhkan untuk bermedia sosial. Tanpa sosskill akan bermasalah. Kritik boleh, tapi sampaikan dengan menyenangkan, bukan dengan cara memaki,” pungkasnya. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment