News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Perempuan dan Kesenjangan Antar Gender di Dunia Digital

Perempuan dan Kesenjangan Antar Gender di Dunia Digital




Brebes - Isu kesetaraan gender dan kelas sosial masih menjadi topik hangat di Tanah Air, termasuk dalam penggunaan media digital dan media sosial. 
Topik tersebut menjadi bahan diskusi dalam webinar literasi digital pada 16 Juni 2021 bagi warga Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari program nasional literasi digital yang dicanangkan oleh Presiden RI Joko Widodo untuk menciptakan masyarakat yang cakap digital. 
Bersama Nabila Nadjib sebagai pemandu acara, webinar menghadirkan beberapa pemateri: Diana Aletheia (Kaizen Room), Siska Sasmita (dosen Universitas Negeri Padang), Muhammad Thobroni (dosen Universitas Borneo), dan Saeroni (Kepala Pusat Studi UNU Yogyakarta), serta key opinion leader Ayonk (seniman). 

Masing-masing  narasumber menyampaikan materi dari sudut pandang empat pilar utama Literasi Digital yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).

Diana Aletheia dalam paparannya menyampaikan bahwa dalam konteks pemakaian internet penelitian dari United Nation Women pada 2021 menunjukkan perempuan lebih banyak menggunakan internet untuk keperluan bisnis. Bahkan, dalam tataran usaha mikro 54% perempuan telah mengadopsi penggunaan internet dalam memasarkan dan menjual produk dibandingkan laki laki yang hanya 36%. 

Bahkan, dewasa ini, stereotip penggunaan internet perempuan lebih terkenal sebagai pihak yang gemar belanja secara langsung dibawa ke ranah daring.  

Meski demikian, dalam komunikasi bisnis, perempuan dinilai lebih responsif dalam melayani pelanggan. "Kalau online, gender laki-laki dan perempuan itu sudah tidak ketahuan. Apalagi jika dalam hal bisnis online. Biasanya perempuan lebih ramah dalam memberikan respons kepada customer, berbeda dengan laki-laki yang cenderung memberi feedback secara singkat," ujar Diana.

Menyinggung salah satu pilar literasi digital, digital skill, Diana membagikan beberapa aplikasi yang bisa digunakan dalam mempermudah aktivitas berbisnis. Yakni menggunakan aplikasi WhatsApp bisnis yang memiliki fitur lebih komunikatif; Google Drive untuk menyimpan dan berbagi data; dan Primer yang bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan pelatihan dan informasi seputar bisnis.

Sementara, narasumber lain, Siska Sasmita, menyampaikan bahwa di ranah digital kesenjangan penggunaan internet oleh perempuan lebih rendah daripada laki-laki. Literasi digital menurut data dari Hootsuite menyebutkan pada perempuan usia 15 tahun ke atas sebesar 94% sedangkan laki-laki 97% atau ada gap sebanyak 3%. 

"Kesenjangan gender di ruang digital terlihat pada bahasa. Perempuan lebih sering menjadi objek pembicaraan di media sosial dan menjadi sasaran pembicaraan oleh laki-laki," jelasnya.

Oleh sebab itu dalam hal etika bermedia digital dibutuhkan modifikasi perilaku baik dari sisi perempuan maupun laki-laki untuk memotong kesenjangan tersebut. 

"Modifikasi yang dilakukan adalah dengan inkulturasi norma sosial budaya dalam bermedia. Hal ini berkaitan dengan apa yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan di ruang digital. Lalu memahami ruang bicara, lawan bicara, dan topik pembicaraan, dan memperhatikan pilihan kata dan tata bahasa dalam bermedia, serta melakukan filter sosial. Sebab, kita yang bertanggung jawab terhadap apa yang kita posting dan apa yang kita posting itu merefleksikan diri kita," pungkas Siska. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment