News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Dua Sisi Perubahan Sosial di Era Digital

Dua Sisi Perubahan Sosial di Era Digital





Pati - Transformasi digital menghadirkan perubahan sosial yang ada di dunia nyata bergeser ke dunia digital. Akan tetapi perubahan itu masih memiliki benang yang saling menghubungkan dan saling mempengaruhi.

Dua sisi koin perubahan sosial di era digital tersebut dibahas dalam webinar literasi digital yang diselenggarakan untuk warga Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Senin (5/7/2021). Literasi digital merupakan program nasional yang dicanangkan Presiden RI Joko Widodo pada Mei 2021 lalu. Program ini diperuntukkan untuk seluruh warga dan masyarakat Indonesia dalam mendukung percepatan transformasi digital menuju masyarakat yang cakap digital.

Literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mempunyai empat pilar penting, yaitu digital culture, digital ethics, digital skill, dan digital safety. 

Pada kegiatan yang dipandu oleh entertainer Bobby Aulia, hadir juga empat narasumber yang cakap di bidangnya yaitu Annisa Choiriya Muftada (social media communication PT Cipta Manusia Indonesia), Freesca Syafitri (dosen UPN Jakarta), Kamilia Hamidah (dosen IPMAFA), Isyrokh Fuaidi (dosen IPMAFA). Serta Nadia Intan (presenter) sebagai key opinion leader.

Freesca Syafitri mengatakan dalam kaitannya dengan perubahan sosial di era digital, internet dan teknologi digital memiliki dua sisi berbeda, positif dan negatif. Dua poin itu bisa terjadi tergantung bagaimana pengguna media digital mengambil manfaatnya. 

"Dari sisi positif, digitalisasi dapat menambah pengetahuan karena informasi di jejaring internet sangat beragam. Komunikasi sosial juga lebih mudah dan interaktif meski berbeda waktu dan jarak. Internet dan platform media digital mempermudah pengguna dalam mencari info lowongan pekerjaan, begitu juga dengan perusahaan dapat mengecek para pelamarnya melalui media sosial yang dimiliki," jelas Freesca terkait manfaat digitalisasi. 

Selain itu wawasan seputar kesehatan juga mudah diakses, mulai dari artikel kesehatan bahkan konsultasi dengan dokter secara online. Di bidang ekonomi dan bisnis pun tak luput menjadi lebih mudah dan praktis dengan digitalisasi.

Akan tetapi, lanjut Freesca, ancaman atau dampak negatif dari digitalisasi juga perlu diwaspadai khususnya terhadap anak-anak. Pasalnya, di era digital dan kondisi pandemi anak-anak sudah dikenalkan dengan teknologi digital sejak dini. Sehingga peran orangtua dan keluarga menjadi penting dan juga perlu menguasai dan memahami literasi digital. 

"Informasi yang beragam dan banyak jumlahnya ini tak terelakkan dari hoaks. Hal ini yang harus diwaspadai dan membutuhkan partisipasi serta kolaborasi bagi pengguna internet untuk bisa mencegah, menekan, dan meminimalisir persebarannya. Peran orangtua penting di sini untuk mengedukasi anaknya," imbuh Freesca. 

Orangtua bertanggung jawab untuk mengawasi anak dalam penggunaan gadget agar tidak terpapar dampak negatif digitalisasi. Termasuk saat menggunakan media sosial, sebab di dunia maya ini merupakan tempat di mana segala bentuk informasi bisa ditemukan di dalamnya.

"Diperlukan filter dari diri sendiri saat menggunakan media sosial. Pengguna harus memahami informasi bermuatan negatif yang melanggar UU ITE. Sebab, sekali pengguna memproduksi konten yang negatif, bukan tidak mungkin ia akan terus berhadapan dengan masalah. Jadi, penting bagi pengguna untuk berpartisipasi dan berkolaborasi untuk membuat konten positif dan bertindak secara bijak saat menemui informasi yang negatif," pungkasnya. 

Dari sisi digital skill, Annisa Choiriya Muftada menjelaskan, di era digitalisasi masyarakat harus mampu beradaptasi dan mampu menggunakan teknologi digital. Perubahan yang terjadi di era digital ini selain membawa perubahan cara berinteraksi juga aktivitas sosialnya, sehingga diperlukan kecakapan untuk menguasai teknologi. 

"Saat ini lingkungan kita sudah mulai berubah sebagai digital society di mana segala aktivitas kini sudah bertransformasi ke digital. Dari segi pendidikan, belajar sudah tak lagi bertatap muka dan digantikan dengan pembelajaran online, dari ranah ekonomi bisnis pun sudah merambah ke e-market, ada Shopee, Tokopedia dan lainnya. Bahkan bagi mereka yang senang dengan kegiatan freelance juga ada platformnya sendiri, bisa melalui aplikasi Fiverr," jelas Annisa.

Ia menyebutkan, aplikasi yang mendukung aktivitas kerja pun saat ini sangat beragam dan dapat dilakukan secara real time serta dilakukan bersama-sama. Ada Google Sheets, aplikasi pesan elektronik, penyimpanan data secara digital menggunakan Google drive, microsoft word dan excell dan aplikasi-aplikasi lain yang bisa digunakan dengan teknologi digital saat ini. 

"Untuk mengetahui tren yang sedang diperbincangkan misalnya, kita bisa memanfaatkan Google Trends. Di dunia digital ini kita bukannya tidak tahu, tapi hanya belum tahu. Jadi jangan lelah untuk beradaptasi," terangnya. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment