Mengenal Destinasi Batu Kapal Bantul Yang Asyik
WARTAJOGJA.ID : Tidak hanya terkenal dengan tempat wisata Pantai, Kabupaten Bantul ternyata memiliki tempat wisata alam salah satunya Batu Kapal di Kapanewon Piyungan, Bantul. Batu Kapal menawarkan pemandangan aliran sungai opak diantara bentuk bebatuan yang unik dan Instagramable.
Berjarak 14 kilometer dari jantung Kota Yogyakarta, jalur menuju Taman Wisata Batu Kapal terbilang cukup mudah dijangkau. Nantinya setelah sampai Pedukuhan Klenggotan RT 01, Kalurahan Srimulyo, Kapanewon Piyungan, Bantul wisatawan cukup mengikuti penunjuk arah hingga sampai ke Batu Kapal.
Melihat lebih dekat, suasana di gerbang masuk Batu Kapal begitu asri karena banyak ditumbuhi tanaman bambu. Selain itu, tidak ada petugas yang memungut biaya masuk karena pengelola hanya menyediakan kotak dengan tulisan 'Dana Sukarela Destinasi Batu Kapal'.
Menyusuri Batu Kapal, wisatawan akan disuguhi pemandangan aliran sungai Opak yang melintasi bebatuan. Di mana beberapa batu menyerupai haluan kapal yang sangat instagramable. Suasana di Batu Kapal juga sangat teduh sehingga membuat wisatawan betah berlama-lama di atas bebatuan.
Koordinator Taman Wisata Batu Kapal Samsi Dwi Asaparudin (55) menjelaskan, bahwa sebelum menjadi taman wisata lahan tersebut berisi tanaman bambu yang sangat rimbun dan banyak orang mengambil pasir di sungai Opak. Namun seiring berjalannya waktu lokasi itu kerap digunakan untuk syuting film seperti 'Sang Maestro Ki Hajar Dewantara hingga KKN di Desa Penari.
"Dari situ timbullah niatan untuk membuka wisata di sini (Batu Kapal)," katanya saat ditemui di Taman Wisata Batu Kapal, Pedukuhan Klenggotan RT 01, Kalurahan Srimulyo, Kapanewon Piyungan, Bantul, Selasa (1/6/2021).
Hingga akhirnya niatan tersebut berlanjut dengan rapat pada tanggal 11 April 2020, rapat itu melibatkan komunitas di Pedukuhan tersebut. Akhirnya muncul kesepakatan untuk mulai membuat jalan hingga membersihkan bakal lokasi Batu Kapal.
"Terus kita kerjabakti dan itu dengan modal nol, saya menghindari iuran karena kondisi masyarakat yang sebagian besar buruh," ucapnya.
"Jadi untuk cari uang saya menginisiasi untuk jual bambu, terus uang hasil penjualan kita belikan plakat penunjuk arah, itu awalnya," lanjut Samsi.
Seiring berjalannya waktu, wisatawan mulai berdatangan ke Batu Kapal. Secara otomatis hal itu membuat isi kotak untuk dana sukarela yang terpasang di depan semakin banyak.
"Sedikit demi sedikit mulai ada pengunjung lalu mulai kita perbaiki pakai uang seikhlasnya dari pengunjung itu. Ahamdulillah sekarang bisa jadi seperti ini," katanya.
Menurutnya, wisatawan yang datang kebanyakan adalah pesepeda dan puncak kunjungan di Batu Kapal saat itu terjadi pada bulan Juni 2020. Di mana saat itu dalam sehari bisa puluhan ribu orang datang ke Batu Kapal.
"Saat booming bisa puluhan ribu (wisatawan datang) dalam sehari, tapi hari-hari ini kalau tidak weekend hanya ratusan orang dan saat weekend di kisaran 1000 orang. Nah, kebanyakan pengunjung itu malah dari Solo dan Semarang," ucapnya.
Menyoal latar belakang penamaan Batu Kapal, Samsi menyebut karena ada dua batu berukura besar yang bentuknya menyerupai kapal, khususnya bada bagian haluan. Telebih pada batu tersebut terdapat guratan garis-garis yang membuat batu itu bertambah unik.
"Namanya Batu Kapal karena ada 2 batu mirip kapal dan banyak guratannya sehingga menambah bagus batu untuk latar belakang foto," katanya.
Selain menawarkan pemandangan alam yang memanjakan mata, Batu Kapal juga menyediakan jasa cave tubing atau susur sungai. Selain itu wisatawan bisa bermain air di aliran sungai Opak.
"Ada tubing, susur sungai Rp 20 ribu 2 kali luncur dengan panjang jalur sekitar 500 meter. Ada juga ban untuk susur, bisa main air juga itu karena kedalamannya hanya sekitar 2 meter, terus kita juga siapkan fotografer kalau ada yang butuh jasa foto," ucapnya.
Samsi menambahkan, jika wisawatan lapar bisa memanjakan lidah sembari berisitirahat di pinggir Batu Kapal. Mengingat tersedia beberapa gazebo, tempat berisitirahat dan 22 lapak yang menjajakan berbagai macam menu.
"Untuk yang jualan itu warga sekitar terutama warga RT.1 dan RT.2 mas," ujarnya.
Terkait alasan untuk tidak mematok harga tiket masuk ke Batu Kapal, Samsi mengaku itu merupakan kesepakatan sejak dulu. Menurutnya dengan seikhlasnya dapat memudahkan semua kalangan untuk berwisata ke Batu Kapal.
"Tiketnya hanya seikhlasnya saja, dan itu sudah dari dulu. Nanti kalau dipatok harga terus cepat kaya gimana?," ujarnya sambil disusul tawa. (Cak/Bas)
Post a Comment