Cara Masyarakat Digital dalam Bermedia Telah Jauh Bergeser
WARTAJOGJA.ID : Masyarakat modern telah memanfaatkan teknologi internet menjadi kebutuhan yang pokok. Segala sesuatu telah terkoneksi dengan internet dan masyarakat hampir tidak bisa dipisahkan dengan jaringan internet.
Pemerhati komunikasi Agus Sudibyo menjelaskan, cara masyarakat digital dalam bermedia telah jauh mengalami pergeseran atau perubahan ekologi media.
"Kita memasuki era "internet of everything", menggunakan teknologi internet untuk bekerja, mengakses informasi, mencari hiburan. Kini, interaksi sosial, mengekspresikan hidup, menyampaikan empati solidaritas telah berubah melalui teknologi," ujarnya pada acara webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) yang digelar kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Senin (31/5).
Agus mencontohkan isu Palestina. Masyarakat bisa menyampaikan simpati dan dukungan serta menggalang dana untuk disumbangkan. "Sebelum era media sosial hanya orang dan tokoh-tokoh narasumber berita saja yang bisa menyampaikan ekspresi, kini masyarakat awam dapat mengungkapkan dan dukungan terkait isu-isu di Palestina," katanya.
Digitalisasi juga membuka ruang-ruang kreativitas. Teknologi digital membuat masyarakat berkembang semakin dinamis. Generasi milenial sudah mampu memanfaatkan penggunaan teknologi untuk berwirausaha. "Di Mojokerto Jawa Timur, siswi kelas XII mempunyai usaha online bidang fashion yang sudah berjalan tiga tahun. Di Amerika seorang remaja menggeluti bisnis penjualan kaos kaki online dengan omzet milliaran rupiah justru berawal dari bully-an," tuturnya.
Di sisi lain, anggota Dewan Pers ini menilai digitalisasi internet di Indonesia bukan tanpa persoalan. Ia melihat masyarakat digital tidak ingat berapa lama waktu yang dihabiskan untuk membuka smartphone tiap harinya. "Masyarakat kita mulai kecanduan internet (internet addiction), kecanduan game online, media sosial, ini menjadi masalah serius dan memprihatinkan," katanya.
Agus menggambarkan, saat mulai terbangun dari tidur di pagi hari misalnya, yang pertama kali dilihat adalah ponsel. Juga ketika selesai ibadah, belajar, reuni, dan masih banyak hal lain.
Penetrasi produk ponsel pintar masih terus meluas ke berbagai penjuru dunia dan di Indonesia. Beragam merek smartphone dirilis tiap bulan. Agus mendata banyaknya jumlah smartphone yang beredar di Indonesia berperan membuat ketergantungan masyarakat pada teknologi. "Lebih dari 300 juta smartphone ada di indonesia, melebihi jumlah penduduk 274 juta. Artinya, satu orang kemungkinan memiliki lebih dari satu gadget," katanya.
Penulis buku _best seller_ Jagat Digital dan Tarung Digital ini lantas menganjurkan perlunya membatasi penggunaan gadget atau diet teknologi dengan cara membatasi waktu penggunaan gadget.
Agus Sudibyo menambahkan, di media sosial, lompatan komunikasi dari komunikasi yang bersifat privat ke publik sering tidak terduga "Di grup Whatsapp dan media sosial yang sifatnya memfasilitasi komunikasi antar orang, kelompok dan publik, sering terjadi miss komunikasi. Ini yang membuat penggunaan medsos kebingungan," tambahnya.
Terakhir, Agus memberi tips kepada pengguna medsos ihwal pentingnya menerapkan prinsip etis atau menganggap media sosial sebagai sebuah ruang publik dan "think before you click", karena informasi yang disampaikan di medsos atau WA group berpotensi menyebar ke mana-mana.(Rls)
Post a Comment