News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Ambil Hikmah Tradisi Sadran Tenong untuk Kearifan Budaya Digital

Ambil Hikmah Tradisi Sadran Tenong untuk Kearifan Budaya Digital



WARTAJOGJA.ID : Dalam masyarakat Temanggung, ada tradisi berbagi saat hendak panen atau jelang memasuki bulan Ramadan. Namanya Sadran Tenong. Inilah tradisi bersyukur dan berbagi sesuai dengan apa yang dimiliki tanpa mencari dan memaksakan diri.

Membagi sesuai yang dimiliki tanpa mengadopsi budaya dan tradisi orang, itulah pesan yang bisa kita petik dari tradisi sadran tenong yang terdapat di banyak desa di Temanggung.

"Jangan suka mengadopsi tradisi dan pola pikir orang tanpa menyeleksi dan menakar apa itu cocok dengan budaya kita. Pola dan pesan ini penting kita tiru dalam budaya berinternet saat ini," begitu kata Achmad Uzair. PhD, Staf Khusus Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, yang juga dosen UGM dan UIN Sunan Kalijaga dalam webinar literasi digital untuk masyarakat Kabupaten Temanggung, 9 Juni.

Mengusung tema “Manusia yang Berbudaya dalam Pergaulan di Dunia Maya“, webinar gelaran Kementerian Kominfo bersama Debindo ini diikuti lebih dari 150 peserta dari lintas latar belakang. Mulai dari pendidik, pengusaha hingga pelaku budaya.

Selain Achmad Uzair, hadir juga pemateri lain: Sigit Rachmanto jurnalis Radar Jateng, Anang Dwi Santoso dosen Universitas Sriwijaya, Palembang, Ismita Saputri dari Kaizen Room, dan Kneysa Sastrawijaya serta Tommy Romahorbo selaku moderator. 

Untuk bisa menjaga jatidiri, netizen tak perlu ikut menjadi produsen hoaks. Biasakan memeriksa situs-situs yang kredibel sebelum share info supaya kebenaran informasi lebih akurat. 

“Jadilah netizen yang tangkas. Biasakan juga membentengi akun-akun kita dengan password ganda agar aman dari peretasan," tutur konsultan digital safety dari Keizen Room Ismitra Saputri.

Yang jadi soal, sampai kini belum ada regulasi khusus berupa peraturan undang-undang yang memberi perlindungan khusus pada data pribadi kita di Indonesia.

Karena itu, manakala konten-konten positif dan negatif bertebaran di dunia nyata tanpa batas, budayakan untuk selalu saring sebelum sharing. Info yang kita dapat bisa menghindari masalah hukum dan citra diri kita sebagai netizen bertatakrama positif. 

"Dengan begitu, tatakrama bangsa kita yang bagus dan terjaga bisa tak rusak oleh cara kita berinternet yang kurang elok,“ papar Anang Dwi Santoso, dosen Unsri.

Revolusi digital juga mengubah perilaku manusia dalam menyebar informasi sosial. Dulu, butuh modal besar untuk bikin koran dan televisi. Sekarang melalui chanel YouTube orang bisa bikin beragam konten berita atau tontonan dengan biaya lebih murah. Dulu bikin percakapan siaran radio mahal, sekarang bikin podcast percakapan bisa lebih murah

Cuma, memunculkan tanggung jawab pribadi pembuat konten dan podcast lebih hati-hati, edit dan sharing sebelum broadcast agar tidak memunculkan tanggung jawab hukum," ujar Sigit Rahmanto. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment