News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Gaungkan Toleransi dan NKRI Harga Mati, GASSAK Launching Film Rumah Di Atas Pasir

Gaungkan Toleransi dan NKRI Harga Mati, GASSAK Launching Film Rumah Di Atas Pasir


Gaungkan Toleransi dan NKRI Harga Mati, GASSAK Launching Film Rumah Di Atas Pasir


WARTAJOGJA.ID : Rumah yang dibangun di atas pasir tentunya akan lebih mudah runtuh, karena tidak memiliki fondasi yang kokoh seperti rumah yang dibangun di atas tanah. 

Analogi ini digunakan dalam Film 'Rumah Di Atas Pasir' (RDAP) untuk menggambarkan kondisi bangsa Indonesia yang multikultural dan pentingnya toleransi menjadi fondasi. Demi bersatunya aneka suku, bahasa, dan agama. Tanpa fondasi yang kuat, intoleransi bisa menjadi ancaman yang merongrong keutuhan sebuah bangsa.

Film RDAP resmi dilaunching oleh Gerakan Sigap Sosial Kemanusiaan (GASSAK) di Sleman, Yogyakarta, kemarin (17/3/2021). Film Pendek yang menceritakan kesadaran dan pentingnya toleransi di NKRI ini, merupakan inisiasi dari gerakan yang bertujuan membangun jiwa sosial dan sisi kemanusiaan dalam menjaga keamanan, dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas).

Ketua Umum GASSAK Zan Yuri  Faton yang akrab disapa Anton mengungkapkan, bersama dengan Aliansi Bela Garuda (ABG), konsep awal Film RDAP dilandasi semangat bersama untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa radikalisme dan intoleransi di masyarakat sangat berbahaya bagi kamtibmas.

"Pada dasarnya, tidak hanya lembaga negara seperti Polri dan TNI yang aktif menjaga tolerasi akan tetapi toleransi juga harus bersuara dari kelompok-kelompok masyarakat yang sadar akan keutuhan bangsa dan negara," ujar Anton, didampingi Ketua DPP ABG Totok Ispurwanto.

Anton menuturkan, film berdurasi 10 menit, yang mengambil waktu produksi 6 bulan ini, dikerjakan bersama SANG dan Paksinema. Mengangkat juga tentang potensi bahaya paham radikalisme yang bisa menjadi embrio munculnya aksi-aksi intoleransi di masyarakat.

"Film yang disutradarai oleh M. Shodiq Sudarti ini mengisahkan tentang seorang pemuka agama yang sering bersikap intoleran dan berlindung di balik kearifan lokal. Namun, pandangannya berubah setelah musibah menimpa keluarganya. Sebab, bantuan justru datang dari golongan orang yang selama ini sering menerima perlakuan intoleran darinya. Dengan mengucap 'Toleransi dan NKRI Harga Mati' maka pemutaran Film Pendek dengan judul 'Rumah Di Atas Pasir' kami persembahkan," ungkap Anton.

Anton menyampaikan, ide pembuatan film ini berawal dari semangat dan kepedulian bersama terhadap pentingnya toleransi. Baik toleransi dalam perbedaan agama, suku, ras, maupun perbedaan pendapat. Maka, sangat penting untuk memupuk rasa tolerasi sejak dini.

"Dari rekan-rekan yang diwadahi oleh ABG, dan beberapa elemen termasuk GASSAK, mempunyai visi dan misi yang sama. Kemudian berinisiatif untuk membuat suatu media sosialisasi mengajak masyarakat untuk mengedepankan toleransi melalui pesan dalam film," imbuh Anton.

Menurut Anton, film tersebut memuat pesan tentang pentingnya membangun dan memupuk toleransi. Karena tanpa toleransi dikuatirkan akan muncul anarkisme dan radikalisme. 

"Radikalisme muncul seiring dengan intoleransi dalam beragama. Sehingga, GASSAK tergugah untuk menyempaikan pesan toleransi kepada masyarakat," ucap Anton.  

Anton juga memberikan apresiasi yang tinggi atas peran besar TNI-Polri dalam menjaga Kamtibmas menjadi lebih kondusif lagi. Karena, menurutnya TNI-Polri adalah Garda terdepan menjaga ketertiban bangsa.  

Anton mengharapkan semua elemen bangsa memikul tanggungjawab menjaga toleransi. Hal ini, tidak bisa semata-mata diserahkan pada guru atau orangtua untuk melakukan peran tanggungjawab dalam memupuk toleransi.

"Ini merupakan tanggung jawab kita bersama untuk saling mengingatkan. Sebagai warga negara harus mengingat kebhinnekaan di NKRI. Suatu kebanggaan kita sebagai bangsa Indonesia adalah perbedaan suku, dan perbedaan adat istiadat. Harus kita lestarikan budaya, dan selalu junjung tinggi kearifan lokal tanpa harus bersikap intoleran," imbuh Anton.

Anton berpesan, mengenalkan apa itu toleransi dalam keberagaman seharusnya sudah diberikan sejak dini dalam keluarga. Sejak anak memiliki kemampuan untuk merasakan dan membedakan berbagai macam hal. Beri pengertian dan tumbuhkan wawasan tentang indahnya keberagaman. Sebab sejatinya, sikap dan kepribadian anak dibentuk pertama kalinya melalui keluarga dan lingkungan.

Selain itu, Anton meminta orangtua untuk menjadi teladan bagi buah hatinya dengan cara selalu menghormati siapapun juga, dan tidak mengolok-olok orang lain berdasarkan suku, agama, dan ras. Berikan keleluasaan kepada anak untuk bergaul dengan teman-teman yang memiliki budaya atau kepercayaan yang berbeda juga sangat disarankan. 

"Melalui film ini, orangtua diharapkan bisa mendampingi dan memberikan pemahaman, agar anak bisa lebih berpikiran terbuka dan mengenal indahnya perbedaan," terang Anton. 

Melalui silaturahmi GASSAK ini, Anton mengajak seluruh komponen untuk selalu menghilangkan rasa curiga mencurigai di tengah masyarakat yang berbeda suku, agama, ras, budaya dan adat istiadat. Untuk selalu berdampingan dalam kerukunan, agar dapat mengatasi semua permasalahan secara arif dan bijaksana.

GASSAK percaya kerukunan dan toleransi antar sesama merupakan sumbangan besar umat dalam menegakkan persatuan dan kesatuan bangsa, dan mendorong lajunya pembangunan. Maka, penekanan kerukunan hidup dan toleransi antar sesama hendaknya diletakkan pada upaya terbentuknya kerukunan dinamis, produktif, otentik yang bercorak toleransi positif, dan berwawasan nasional. 

"Perbedaan faham, pendapat dan pemikiran jangan membuat kita pecah tetapi hal itu merupakan rahmat bila kita dapat menggalinya, dan masalah keyakinan adalah persolan yang tidak dapat dipaksakan dan merupakan Hak Asasi Manusia yang paling asasi yang harus dihargai," jelas Anton.

Untuk itu, GASSAK akan selalu mensukseskan dan mendukung pembangunan yang akan datang serta dalam rangka pro aktif dengan TNI POLRI dalam menjaga Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas) di NKRI agar selalu dalam  suasana kondusif, aman, dan terkendali.

Anton menegaskan, radikalisme dan intoleransi juga dapat berpotensi memecahbelah persatuan dan keberagaman bangsa Indonesia. Harapannya dengan ditayangkannya film tersebut secara luas akan memudahkan akses oleh masyarakat. Dan, secara tidak langsung memberikan gambaran tentang keberagaman bangsa Indonesia.

"Toleransi dapat dipahami dan diresapi dengan mengumandangkannya melalui kegiatan-kegiatan berbasis seni dan budaya. GASSAK, terus bergerak mengembangkan pola dan strategi agar isu-isu toleransi toleransi bisa menjadi kebiasaan dan kesadaran kolektif dalam berbangsa dan bernegara," kata Anton.

Anton yakin, keragaman merupakan modal kekayaan budaya bangsa yang sangat berharga serta menjadi kebanggaan kita dan akan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya dalam pembangunan.

Namun sebaliknya, lanjut Anton, kemajemukan ini dapat menimbulkan kemudaratan bahkan akan menimbulkan konflik sosial, suku, ras bahkan agama yang sangat mengancam perpecahan dan integrasi nasional jika kita salah mengelolanya. 

"Kehidupan beragama saat ini dalam suasana yang sangat kondusif. Ini semua tidak lepas dari peran tokoh atau pemuka agama dan majelis agama dari masing-masing agama. Kita juga tidak bisa menutup mata terhadap peran besar TNI POLRI dalam memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat," beber Anton.

Hal ini, kata Anton, agar setiap pemeluk agama, suku, ras dan adat istiadat pada masing-masing daerah dapat menjalankan ajaran agamanya, adat istiadatnya dan mampu mambawa daerah/suku/rasnya dengan sebaik-baiknya.

"Sehingga akan tumbuh rasa persaudaraan diantara sesama dan tidak mempertentangkan perbedaan karena pada dasarnya setiap agama, suku, ras dan adat istiadat serta kebudayaan mengajarkan tentang kebaikan dan perdamaian," tandas Anton.

Sementara itu, Totok menjelaskan, GASSAK sebagai sebuah organisasi bergerak melakukan kegiatan sosial kemanusiaan dalam bentuk aksi sosial kepada masyarakat dan korban bencana alam dengan menggalang dukungan dana dan kemanusiaan untuk disalurkan ke masyarakat yang membutuhkan.

"GASSAK saat ini bersama dengan ormas lainnya di Yogyakarta bergabung dalam sebuah wadah gerakan kebangsaan bernama ABG yang berkantor pusat di Bugisan Yogyakarta. Dan, sudah beberapa kali berkolaborasi dengan ABG dalam berbagai kegiatan bertemakan kebangsaan dan melawan radikalisme, intoleransi, dan mendukung keberagaman," kata Totok. (Subiyantoro)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment