News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Ini 7 Jurus Yogya Jinakkan Kasus Covid-19 di Titik Vital

Ini 7 Jurus Yogya Jinakkan Kasus Covid-19 di Titik Vital



WARTAJOGJA.ID : Bulan Agustus- September menjadi hari-hari padat bagi tim penanganan Covid-19 Kota Yogya Daerah Istimewa Yogyakarta.

Bagaimana tidak, kasus penularan Covid-19 yang selama Maret hingga Juli lebih banyak menerjang tiga kabupaten Sleman, Bantul, dan Gunungkidul seolah berpindah episentrum penularannya ke pusat kota.

Rentetan kasus khususnya, sejak muncul kasus corona di kawasan Malioboro seolah menjadi kisah berlanjut yang diikuti kasus lain di  penjuru kota dan membuat Kota Yogya nyaris masuk tiga besar wilayah yang penularannya tertinggi di DIY. 
 
Sebut saja seperti kasus Covid-19 di Kelurahan Kotabaru, Kantor Urusan Agama (KUA) Danurejan, kantor perbankan BUMN, Pasar Beringharjo, Warung Soto Lamongan Umbulharjo, yang baru pertengahan September tracing-nya dinyatakan selesai hingga tak sampai menjadi klaster baru (penularan generasi ke tiga).

Laju kasus di pusat kota itu pun membuat grafik penularan di Kota Yogya melonjak tajam hanya dalam kurun satu bulan. Namun Pemkot Yogyakarta akhir September ini mengumumkan bahwa kasus penularan itu mulai menurun. 

Ketua Harian Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi menuturkan pihaknya menerapkan dua metode kunci ketika muncul titik kasus agar tak sampai meluas menjadi klaster. 

"Misalnya dalam penanganan kasus di Malioboro, sebenarnya prinsip kami untuk penanganan adalah tracing dan blocking," ujar Heroe 
Jumat 2 Oktober 2020.

Tracing dan blocking itu diwujudkan dalam tujuh langkah.



Pertama, tracing dilakukan untuk menelusuri orang yang terpapar covid dan kontak erat yant dilakukan dalam masa proses inkubasi virus. Sehingga saat melakukan tracing tidak hanya dalam keluarga, atau pedagang terdekat, tetapi menelusuri aktifitas dan kontak erat yang pernah dilakukan.

Dalam kasus di Malioboro, pedagang yang terpapar dan kebetulan meninggal dunia memang sempat rumit. Upaya tracing sedikit terhambat untuk mengetahui kontak eratnya. Namun jika tidak dilakukan upaya serius, maka tracing akan terhenti. 

"Maka untuk menelusuri kontak erat orang yang terpapar pedagang meninggal itu kami rekonstruksi kegiatan orang yang terpapar dari pihak keluarga, pedagang terdekat, teman akrabnya dan komunitas pedagang," ujarnya.

Heroe mengatakan, komunitas di Malioboro itu sendiri ada lebih dari lima kelompok atau komunitas pedagang. Merekalah yang dilibatkan untuk merekonstruksi kegiatan pedagang pertama yang terpapar itu. Sehingga berhasil ditemukan kontak erat keluarga, kontak erat pedagang dalam satu ruas, kontak erat dengan pedagang di ruas lainnya, sampai kontak erat jemaah shalat.



Merekalah yang di tracing sehingga kota bisa menemukan sejumlah kontak dengan orang lain, yang semuanya oleh pihak surveillance atau petugas survey menjadi bahan untuk dipetakan. Siapa yang cukup penanangannya dengan isolasi mandiri, siapa yang perlu rapid test dan siapa yang wajib swab.

" Jadi saat muncul kasus mapping seperti ini penting sekali, untuk mengetahui sejauh mana penularan untuk segera dihentikan," ujarnya.

Kedua, blocking. Sempat ada pertanyaan mengapa tidak seluruh Maioboro segera ditutup saja ? Heroe menjelaskam dengan proses tracing dan mapping yang digencarkan, Pemkot mencoba untuk menyelesaikan kasus per kasus dan sebarannya. 

Setiap menemukan kontak erat, dilakukan swab. Jika ada yang positif langsung tracing dan blocking. Sehingga untuk meyakinkan bahwa sebaran di Malioboro adalah masih lokal, maka dilakukan sampel swab, di ruas ruas pedagang lainnya. Untuk mengetahui seberapa banyak atau seberapa luas kasusnya telah menyebar. 

"Kami memang menemukan beberapa kasus dari ruas pedagang lainnya, tapi tidak meluas pada semua pedagang dalam banyak ruas," ujarnya.

Sehingga pemerintah kota pun melanjutkan tracing dan blocking lagi. Dan blocking ini selalu dilakukan dalam banyak kasus. Prinsipnya bila ketemu yang terpapar segera isolasi, rapid dan swab. 

Ketiga dengan upaya pengendalian dan pengorganisasian pedagang. Yaitu dengan dilakukan
pengosongan pedagang dalam satu ruas untuk dilakukan pembersihan dengan disinfektan, serta memberikan shock terapy bagi pedagang agar benar benar serius menjalankan protokol kesehatan.



Keempat melibatkan masyarakat secara aktif. Penemuan orang oranf yang kontak erat atau dicurigai punya kontak dengan yang terpapar melibatkan masyarakat. 

Di Malioboro komunitas juga aktif menelusuri kontak eratnya. Begitu juga di dalam keluarga RT/RW atau ketua kampung juga aktif menelusuri kontak eratnya. Sehingga pemerintah bisa mendapat informasi, yant selanjutnya di tracing dan bisa kategorisasikan mana yang perlu isolasi mandiri atau rapid atau swab. Dan hal itu dilakukan secara pro aktif. 

"Kami aktif menanyakan ke masyarakat dan masyarakat juga aktif memberitahukan informasi yg diterimanya. Sehingga blocking kasus bisa lebih cepat. Kuncinya memutus rantai sebaran kasus covid adalah kecepatan melakukan blocking. Semakin cepat, maka sebaran semakin terbatas, semakin lama maka sebaran akn semakin luas," ujar Heroe.

Kelima, dengan bekerjasama dengan semua pihak. Dengan munculnya kasus di Malioboro, maka kepada para pedagang kembali dilakukan himbauan agar pedagang berusia lanjut dan punya riwayat penyakit diminta tidak jualan dan digantikan oleh anaknya atau keluarga lainnya yang fisiknya muda dan sehat. Pedagang yang tidak sehat, tidak diijinkan berjualan. Setiap pedagang melakukan protokol kesehatan yg dikoordinasikan oleh komunitasnya.
Selain itu juga melibatkan polisi, TNI dan Satpol PP Kota dan DIY untuk mengkondisikan Malioboro. 

Pemkot Yogya juga gencar melakukan operasi yustisi, yaitu langsung menindak bagi warga, pelaku usaha yang kedapatan tidak menjalankan protokol kesehatan. 

"Diingatkan, jika masih ngeyel ya ditindak dengan sanksi sosial dan di denda. Operasi yustisi dilakukan secara terus menerus, untuk memberikan efek jera dan shock therapy," ujarnya.

Itu dilakukan tidak hanya di kawasan Tugu, Malioboro, Alun Alun Utara atau Keraton. Tetapi juga di seluruh ruas jalan di Kota Yogyakarta.

Keenam, mengetatkan penerapan QR Code. Hal ini ujar Heroe, mampaknya sepele tapi memberikan efek kehati-hatian bagi wisatawan yang berkunjung. Bagi pemkot Yogya itu berguna untuk melakukan pendataan pengunjung secara mudah dan bisa dilakukan tracing. 

"Sebab dari QR Code itu kami akhirnya punya nomer HP semua pengunjung di Malioboro," ujarnya.

Malioboro sendiri terbagi dalam lima zona untuk bisa mengawasi pergerakan dan kemudahan tracing. 

Seperti kasus Covid-19 di Malioboro lalu hanya terjadi pada tiga ruas dan di zona 3 saja. Otomatis wisatawan yang tercatat nomor HP dalam kurun waktu masa inkubasi sebaran, bisa dilakukan pemberitahuan secara langsung untuk isolasi mandiri atau periksa dilayanan terdekat secara cepat.



Terkahir, Pemkot Yogya mengubah mindset dari Covid yang menjadikan terpuruk dan menakutkan menjadi peluang dan harus disikapi. Agar warga tidak saling menyalahkan. 

"Sejak awal kami mengajak masyarakat agar kondisi ekonomi pulih, maka satu satunya jalan adalah menjalankan protokol covid secara sungguh sungguh dan ketat," ujarnya.

Aktivitas sosial dan ekonomi bisa dijalankan asal ada jaminan di tempat itu dijalankan protokol covid. Para pembeli akan merasa senang dan nyaman jikalau memasuki aktifitas sosial dan ekonomi dilakukan pemeriksaan dengan baik. 

"Artinya pelaku usaha ingin melindungi para pembeli dan pelanggannya. Masyarakat tidak akan pernah datang pada tempat yang bebas dan tanpa mengindahkan protokol kesehatan," ujarnya.

Oleh sebab itu, ujar Heroe, ketika kasus Malioboro muncul waktu itu, yang dilakukan dengan menggencarkan tindakan operasi yustisi untuk meyakinkan bahwa Maioboro semuanya sudah menjalankan protokol kesehatan. Bahkan, ujar Heroe, setiap pelaku usaha yang sudah melakukan protokol kesehatan dibantu promosi bahwa tempat usaha itu sudah diverifikasi protokol kesehatannya lewat sebuah tanda stiker.

Heroe mengatakan tidak semua pelaku usaha yang mengajukan stiker verifikasi protokol kesehatan ke pemkot Yogya otomatis dapat stikernya. Karena ada pula beberapa yang tidak lulus. Bahkan ada yang dua kali mengajukan belum lulus.  (Cak/Rls)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment