News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Semangat Bela Negara Wujudkan Nawacita, Jadikan Pancasila Ideologi Pembangunan Nasional

Semangat Bela Negara Wujudkan Nawacita, Jadikan Pancasila Ideologi Pembangunan Nasional


Kepala Staf Kepresidenan Jend (Purn) Dr Moeldoko SIP

WARTAJOGJA.ID : Menyongsong Indonesia Emas pada tahun 2045, Presiden Joko Widodo dalam empat tahun ke depan memiliki sembilan cita-cita (Nawacita). Di antaranya terkait dengan pembangunan nasional, baik pembangunan SDM, maupun infrastruktur.

Sumber dan dasar perumusan Nawacita adalah pancasila. Selain itu, bersumber juga dari Trisakti Soekarno, yakni berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang budaya.

Itu disampaikan Kepala Staf Kepresidenan Jend (Purn) Dr Moeldoko SIP saat memaparkan tentang konsepsi dan relasi Nawacita dan Pancasila, dalam seminar daring nasional yang diinisiasi oleh Pusat Studi Pancasila (PSP) Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta (UPNVY), Kamis (17/9). Webinar membedah dan menganalisis Nawacita, Pancasila, dan ideologi pembangunan nasional di Indonesia, dan mencari solusi bersama terhadap ketimpangan pembangunan yang terjadi hari ini. Peserta berjumlah 200 orang, dari kalangan pelajar, mahasiswa, akademisi, dan birokrat, dari dalam dan luar negeri.

Pemerintah pusat dan daerah harus segaris dalam menjalankan strategi pembangunan. Jangan ada tumpang tindih antar lembaga atau instansi dalam menjalankan program dan visi misinya.  

"Semua hal itu harus dipahami dan diimplementasikan dalam pembangunan nasional untuk membawa Indonesia ke arah yang lebih maju," ujar Moeldoko.

Rektor UPNVY Dr Drs Mohamad Irhas Effendi MSi menyoroti tentang paradigma pembangunan Indonesia. Di era reformasi seperti sekarang ini, banyak terjadi pergeseran atau perubahan paradigma, terutama dalam hal pembangunan nasional. Dengan begitu, Pancasila dan UUD 1945 menjadi hal penting dalam pembangunan nasional tersebut. 

Irhas Effendi menuturkan, sering terjadi pergeseran atau perubahan paradigma karena paradigma yang lama sudah tidak mampu menyelesaikan permasalahan yang ada. Kemudian, muncul pemikiran baru yang lebih cocok untuk menyelesaikan masalah tersebut. 

"Termasuk juga dalam pembangunan nasional yang memiliki tujuan untuk menjadikan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur," ungkap Irhas Effendi.

Rektor UPNVY Dr Drs Mohamad Irhas Effendi

Menurut Irhas Effendi, perubahan paradigma di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di antaranya, berkurangnya peran pemerintah, dan adanya upaya melakukan pemberdayaan masyarakat. 

Kemudian, adanya pembangunan berkelanjutan dan globalisasi. Perubahan-perubahan tersebut juga terjadi seiring dengan pergantian kepemimpinan. 

Meski demikian, visi misi pembangunan harus memiliki ideologi. Yakni, pancasila sebagai sebuah nilai yang mewarnai semua arah gerak masyarakat dalam berbangsa dan bernegara. Selain itu juga harus memilik tujuan inti, yakni yang tertuang pada Pembukaan UUD 1945 yang tidak akan berubah dalam jangka waktu yang lama. 

"Jadi jika Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) itu bisa berubah, Pancasila sebagai nilai inti dan UUD 1945 sebagai tujuan intinya tidak bisa diubah," tegas Irhas Effendi.

Irhas Effendi mengingatkan, suatu pembangunan dapat berjalan dengan baik jika ada keselarasan dan kesinambungan. Saat ini, tantangan mendasar pembangunan di era reformasi adalah menjaga keselarasan dan mereduksi ketidaksinambungan itu.

"Karena terjadinya perubahan kepemimpinan dan kebijakan maka akan terjadi ketidaksinambungan. Itu yang menjadi tantangan ke depan dalam menyelesaikan pembangunan nasional yang berkelanjutan saat ini," terang Irhas Effendi.

Semantara itu, Guru Besar UPNVY Prof Dr Ir C Danisworo MSc berkenan menjelaskan Wimaya Pancasila dan Bela Negara dalam rangka pembangunan nasional. Dia menyampaikan, UPNVY memiliki lambang yang di dalamnya terkandung makna yang mendalam, yakni 'Widya Mwat Yasa'. Hal tersebut merupakan jati diri UPNVY yang memiliki arti ilmu atau belajar untuk membangun.

Prof Danisworo menyebutkan, itu yang selalu tertanam bagi para civitas akademika UPNVY dan selalu menumbuhkan rasa bela negara termasuk dalam konteks pembangunan nasional. Selain itu, juga selalu menjunjung tinggi nilai pancasila.

"Pancasila itu sebuah kesepakatan. Kalau pancasila digeser, maka yang akan terjadi ya bubarlah Indonesia," jelas Prof Danisworo.

Saat ini, gagasan Nawacita menjadi gagasan mendasar pascareformasi, saat arah orientasi pengembangan nasional mengalami berbagai macam dinamika.

Pemateri berikutnya adalah Deputi PM2K Bappenas Dr Ir Subandi Sardjoko MSc yang menjabarkan perencanaan pembangunan nasional dalam perspektif Pancasila. Menurut dia, strategi pembangunan nasional, selain demi kemajuan juga harus menjamin berkembangnya kreativitas sosial dan tersedianya ruang partisipasi bagi masyarakat.

Kemudian dilanjutkan oleh Praktisi dan Akademisi Forum BumDes Indonesia Rudy Suryanto SE MACC AK CA yang mengupas implementasi Nawacita dan Pancasila dalam perencanaan pembangunan nasional atau desa berkelanjutan melalui BumDes. Dia menjelaskan bahwa pembangunan harus dari desa. Paradigma tentang desa harus dirubah, desa jangan selalu dijadikan obyek tapi harus menjadi subyek.  

Kepala PSP UPNVY Ir Lestanta Budiman MHum berpesan agar kita jangan lelah menyampaikan Pancasila sebagai ideologi bangsa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Jadikan sebagai landasan untuk menentukan arah pembangunan. 

"Kita merupakan bangsa pejuang yang mandiri. Kita harus membangkitkan Pancasila sebagai gerak hidup, bukan sekedar angan-angan. Pancasila jangan sampai meredup bahkan menghilang dari keseharian kita," kata Adi Lobo, sapaannya. (Rio Ardian)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment