PPP Yogya Gelar Diskusi Sapa Aruh: Menggali Peran Parpol Islam Di Era Modern
WARTAJOGJA.ID – Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Kota Yogyakarta menggelar agenda diskusi bertajuk "Sapa Aruh" di SM Tower Yogyakarta, Minggu (14/12/2025).
Diskusi yang mengusung tema besar "Perspektif Partai Islam di Kancah Politik Regional dan Nasional" ini menghadirkan sejumlah tokoh, termasuk politikus senior PPP, Alfian Darmawan, dan Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo.
Dalam paparannya, politikus senior PPP, Alfian Darmawan, menyoroti krisis integritas di kalangan politisi yang berujung pada maraknya penyimpangan dan korupsi.
"Saya rasa bahwa persoalannya saat ini politisi tidak ada yang ditakuti, sama Tuhan pun tidak takut," ujar Alfian.
"Sehingga namanya korupsi, penyimpangan itu terjadi di mana-mana. Jadi memang ini kaprihatinan awal yang harus sama-sama diperhatikan, bagaimana kita menegakkan keadilan di tengah-tengah masyarakat."
Ia membandingkan situasi saat ini dengan era Orde Baru, di mana figur pemimpin masih memiliki wibawa yang ditakuti. Menurutnya, satu-satunya pihak yang bisa menjadi 'hakim' bagi politisi saat ini adalah rakyat.
"Satu-satunya yang bisa menghukum politisi nakal adalah rakyat. Jadi apakah nanti mestinya yang paling ditakuti politisi itu kalau dia tidak terpilih," tegasnya.
Untuk itu, Alfian menekankan pentingnya proses pemberdayaan (empowering) dan peningkatan kesadaran memilih di kalangan masyarakat.
Ia bahkan menyampaikan kekhawatirannya akan adanya desain yang sengaja membuat rakyat tetap miskin dan bodoh agar segelintir elite tetap berkuasa, di mana dalam kondisi tersebut, "yang menang orang yang punya duit."
Mengenai peran Partai Islam, Alfian Darmawan berharap Partai Islam harus menjadi teladan nyata.
"Partai Islam tetap diharapkan, dan partai Islam harus memberi sebuah contoh yang konkret, bagaimana politik yang santun, politik yang menjunjung tinggi keadilan, politik yang selalu mencari kebenaran," jelasnya.
Ia mengingatkan agar partai-partai berbasis Islam tidak menyamai praktik partai lain. "Kita tidak akan menjual Islam untuk kepentingan dunia, tapi justru Islam digunakan untuk menyejahterakan dunia," pungkasnya.
Sementara itu, Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menyoroti adanya paradoks antara tingginya Indeks Demokrasi dengan rendahnya tingkat kesejahteraan. Ia mengajak semua pelaku politik untuk melakukan introspeksi mendalam.
"Tadi sudah saya sampaikan, berpartai, berpolitik itu punya tugas untuk menjaga demokrasi. Indeks demokrasi kita cukup tinggi tapi kesejahteraan kita belum tinggi," kata Hasto.
Ia merasa bahwa sebagai pelaku politik yang menjalankan roda demokrasi dan bertanggung jawab, mereka perlu mengkritisi diri sendiri. "Itu kritik bagi diri saya sendiri dan kepada para pelaku politik," tambahnya.
Hasto Wardoyo kemudian menyerukan agar semua partai politik meninggalkan konflik internal dan fokus pada musuh bersama demi kemaslahatan rakyat.
"Saya berharap musuh kita itu sama, kebodohan, kemiskinan, kekumuhan," tegasnya.
Ia menekankan pentingnya visi bersama, terlepas dari latar belakang partai. "Jadi kita jangan bertarung antar partai. Tapi marilah kita punya musuh bersama... Kalau musuh bersama kita kemiskinan, apapun partainya itu yang harus kita perhatikan," ujarnya.
Wali Kota Hasto menutup dengan pesan spiritual mendalam, mengingatkan bahwa fokus utama politisi seharusnya adalah kesejahteraan rakyat, bukan pertarungan ideologi.
"Karena di akhirat kita tidak akan ditanya dulu partaimu apa, yang ditanyakan orang miskin sudah diurus apa belum. Jadi kita seharusnya zero conflict antar partai politik," tutup Hasto Wardoyo.
Post a Comment