Tim Kolaborasi ITB, BINUS Bandung, dan ISI Yogya Ajak SD Gandok Yogyakarta Bermain Sambil Belajar Kenali Lingkungan Berkelanjutan
WARTAJOGJA.ID : Ruang kelas merupakan tempat digunakan oleh para siswa dan guru untuk belajar di sekolah setiap harinya. Aktivitas yang dilakukan di dalam kelas pun sangat beragam, mulai dari aktivitas akademik seperti menulis, membaca buku, mengerjakan tugas, hingga mendengarkan dan bertanya kepada guru, maupun aktivitas non akademik, seperti bermain, makan, dan bersosialisasi bersama dengan teman. Guru wali kelas berperan sebagai fasilitator untuk menjaga agar segala aktivitas dapat berjalan dengan baik. Berperan sebagai pengguna utama, seringkali siswa tidak diberikan kesempatan untuk terlibat lebih jauh mengenal ruang-ruang yang ada di sekolah. Bagaimana jika siswa dilibatkan untuk menggali potensi yang dimiliki oleh ruang kelasnya sendiri? Seperti apakah desain ruang kelas yang diinginkan oleh siswa? Serta, bagaimana pola aktivitas yang dilakukan oleh siswa setiap harinya?
Tim desain dari Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung, yang diketuai oleh Kukuh Rizki Satriaji ini, beranggotakan beberapa dosen dan mahasiswa dari latar belakang desain, yaitu Yogie Candra Bhumi, Aldian Kholid, dan Hilmi Arianta, berusaha untuk menjawab kondisi tersebut secara kreatif. Pada kegiatan yang berlangsung pada hari Kamis, tanggal 20 November 2025, melibatkan sekitar 60 siswa kelas 4 dan 5 dan 2 orang guru dari SD Gandok, Yogyakarta.
Para siswa diberikan pemahaman mengenai ruang kelas melalui berbagai kegiatan berbasis aktivitas, baik secara individu maupun kelompok. Kegiatan workshop tersebut terbagi menjadi beberapa bagian yaitu, pertama adalah perkenalan tim disertai dengan penyampaian maksud dan tujuan workshop.
Pada bagian kedua, para siswa diminta untuk mengamati kondisi ruang kelas yang digunakan saat ini, kemudian mengambil sebuah elemen ruang untuk didesain ulang dengan versi yang siswa inginkan. Ide desain dapat siswa tuangkan dalam bentuk gambar pada kertas dan alat tulis yang telah disediakan sebelumnya.
Pada bagian ketiga, siswa dibagi menjadi 6 kelompok dengan jumlah sebanyak 9-10 siswa dalam satu kelompok sesuai dengan jenjang kelas, kemudian mengerjakan bagian ketiga dari rangkaian kegiatan. Siswa diberikan denah sekolah kemudian diminta untuk mengidentifikasi tempat yang biasa mereka kunjungi dari sejak masuk, jam pelajaran, jam istirahat, hingga jam pulang sekolah. Caranya adalah dengan meletakkan jarum sesuai warna pada denah sekolah untuk menandakan pergerakan siswa di sekolah.
Pada bagian keempat, setiap kelompok diberikan sebuah modul maket miniatur meja dan kursi sekolah yang dapat disusun dan dirakit sendiri oleh siswa. Untuk memudahkan, siswa juga diberikan panduan cara perakitan setiap komponen modul. Desain set modul miniatur maket terdiri dari 4 lembar, yaitu pertama lembar alas, yang memiliki fungsi untuk dasar perakitan meja dan kursi. Lembar kedua adalah lembar komponen miniatur kursi beserta aksesoris tambahan ruang kelas. Dan terakhir adalah dua lembar komponen miniatur meja yang beserta aksesoris tambahan berikutnya. Semua modul maket dalam kondisi belum dirakit dan masih terangkai satu dengan lainnya.
Aksesoris yang dimaksud di sini terdiri dari obyek yang biasa ditemukan di ruang kelas, seperti buku, botol minum, gelas, dan papan nama, ditambah dengan beberapa obyek yang tidak berkaitan secara langsung dengan ruang kelas, seperti bola, tanaman, akuarium, dan lampu belajar. Warna yang dipilih untuk menjadi modul adalah warna-warna yang cerah sesuai dengan karakteristik anak, seperti oranye, abu cerah, dan putih.
Untuk mendukung kelancaran kegiatan ini, tim berkolaborasi dengan dosen dari BINUS University, Andriano Simarmata dan ISI Yogyakarta, yaitu Nandang Septian, Shabrina Tamimi, dan Katrin Brümmer, bersama beberapa mahasiswa, yaitu Johan Alexandro Maramis, Anindya Putri Kurniawan, Nabilla Insani Hanifah, dan Muhammad Fayyaz Syauqi. Program workshop ini merupakan Program Pengabdian Masyarakat PPMI Fakultas Seni Rupa dan Desain, ITB tahun 2025 pada bidang pendidikan sesuai SDGs no 4, terutama pendidikan di tingkat dasar.
Selama pelaksanaan kegiatan, terlihat siswa dengan serius mengerjakan semua instruksi yang diberikan serta sesekali bertanya jika ada hal yang tidak dipahami. Sebelum pergantian sesi kegiatan, beberapa siswa diminta untuk maju ke depan kelas menceritakan hasil karyanya, untuk melatih keberanian siswa dalam menyampakian pendapat. Hasil yang dapat dilihat secara umum, adalah bahwa setiap siswa telah memiliki kemampuan observasi yang baik dan dapat menyampaikan ide gagasan terkait ruang kelas yang diinginkan.
Komunikasi dan kerja sama dalam tim berlangsung dengan baik tanpa ada kendala. Siswa dapat membagi tugas diantara mereka, seperti tugas untuk menyimak instruksi, menggambar, bercerita, menempel, mengikat memotong komponen, dan tugas merakit model menjadi bentuk akhir. Diskusi akhir terjadi ketika siswa diminta untuk menempatkan obyek aksesoris yang disediakan. Setiap siswa berusaha menyampaikan pendapat mereka di dalam kelompok.
Gambar II. Siswa sedang membuat pola sirkulasi berdasarkan area-area yang sering mereka kunjungi di sekolah
Karya yang dihasilkan oleh setiap kelompok sangat beragam, yang semuanya bertujuan untuk membuat area belajar di sekitar mereka menjadi lebih nyaman. Melalui kegiatan seperti ini, diharapkan tercipta kesadaran dan kepedulian dari dalam diri siswa terhadap area sekitar ruang kelas yang mereka gunakan di sekolah. Guru dapat mendorong para siswa untuk dapat melakukan personalisasi area belajar yang mereka gunakan setiap hari tanpa merusak fasilitas yang telah ada sehingga dapat memotivasi mereka untuk terus datang ke sekolah. Desain modul miniatur meja dan kursi ini juga mengajak siswa untuk dapat teliti mengikuti instruksi, melatih kemampuan motorik seperti memotong, merakit dan mengelem, serta kemampuan bekerja bersama dalam sebuah tim.
Gambar III. Siswa merakit model meja dan kursi kelas secara berkelompok
Manfaat lainnya bagi guru adalah secara tidak langsung dapat mengamati kondisi ruang kelas seperti apa yang dikehendaki oleh siswa selama aktivitas berlangsung. Guru juga dapat melakukan diskusi dengan siswa kelasnya untuk berkala melakukan perubahan di dalam kelas untuk menciptakan suasana baru sehingga siswa tidak merasa bosan.
Kegiatan seperti ini berpeluang untuk dilakukan berulang pada sekolah yang berbeda untuk memberikan gambaran aktivitas bermain sambil belajar kepada siswa sekolah dasar di berbagai wilayah di Indonesia.
Post a Comment