News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

ISI Yogyakarta Kukuhkan Dua Guru Besar Bidang Desain Komunikasi Visual dan Pedalangan

ISI Yogyakarta Kukuhkan Dua Guru Besar Bidang Desain Komunikasi Visual dan Pedalangan

WARTAJOGJA.ID : Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta menyelenggarakan pengukuhan dua guru besar pada 14 Oktober 2025, di Concert Hall ISI Yogyakarta.

Dua guru besar yang dikukuhkan melalui prosesi Sidang Senat Terbuka itu adalah Prof. Dr. Prayanto Widyo Harsanto, M.Sn. (Guru Besar bidang Desain Komunikasi Visual) Fakultas Seni Rupa dan Desain dan Prof. Dr. Junaidi, S.Kar., M.Hum. (Guru Besar bidang Pedalangan) Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta.

Rektor ISI Yogyakarta Dr. Irwandi, S.Sn., M.Sn..mengatakan pengukuhan guru besar ini memberi tambahan kekuatan atau daya dobrak lembaga secara akademis, khususnya ISI Yogyakarta untuk bisa semakin berkiprah dalam dunia akademis yang berdampak kepada masyarakat.

"Jadi, dengan jabatan akademik Guru Besar ini tentu juga mahasiswa akan merasakan dampaknya, kampus, serta tentu akan terekognisi juga secara internasional," kata Rektor.

Saat ini, kata Rektor, ISI Yogyakarta memiliki 13 guru besar. Jumlah ini akan terus didorong agar jumlah guru besar di ISI Yogyakarta bisa semakin banyak.

"Tahun depan tentu kita akan mendorong lagi ada guru besar-guru besar baru di ISI Yogyakarta. Saat ini sudah disiapkan berapa calon guru besar, paling tidak bisa bertambah 3-4 orang, kami akan mendorong untuk mulai mengajukan kenaikan jabatan akademik di sini," kata Rektor.

Rektor mengatakan dampak dengan semakin banyaknya guru besar bagi sebuah kampus sangat banyak.

"Kalau dampak nyatanya tentu kepada mahasiswa, kepada masyarakat, dimana mereka bisa memberi percerahan. Para guru besar itu kan merupakan salah satu sumber pengetahuan, sumber ilmu untuk bidangnya. Nah tentu kalau secara sistem kelembagaan, ya kreditasi tentu akan berdampak," kata Rektor.

"Kemudian pemeringkatan internasional, jumlah guru besar itu menjadi hal yang penting bagi kampus untuk menunjukkan dayanya dalam dunia pendidikan. Dan itu yang direkognisi oleh lembaga-lembaga survey atau lembaga kreditasi dunia," kata Rektor.

Prof. Dr. Prayanto Widyo Harsanto, M.Sn. (Guru Besar bidang Desain Komunikasi Visual) Fakultas Seni Rupa dan Desain dalam orasi iImiahnya mengusung tajuk Pendidikan Desain Komunikasi Visual di Era Kecerdasan Buatan: Antara Estetika dan
Etika.

"Topik orasi saya ini memaparkan disrupsi teknologi digital, khususnya teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) yang berkaitan dengan pendidikan Desain Komunikasi Visual (DKV)," kata dia

Prayanto mengungkap ketika kita berbicara tentang DKV, ada tiga hal penting yaitu DKV dalam konteks produk, profesi, dan pendidikan.

DKV dalam konteks produk yaitu hasil kreatif dari seorang desainer dalam menghasilkan rancangan karya, contohnya: desain grafis (logo, branding, brosur), desain multimedia (animasi, ilustrasi, video, game), desain untuk media digital seperti antarmuka aplikasi dan situs web. 

Karya-karya hasil rancangan DKV tersebut sering digunakan oleh industri, dunia usaha, maupun personal. 

DKV dalam konteks profesi merupakan keahlian tertentu yang dimiliki seseorang yang berkarya di sub-bidangnya seperti desainer grafis, animator, ilustrator, web desainer, UI/UX designer, art director, video editor, content creator, social media manager dll. 

Selanjutnya DKV dalam konteks pendidikan adalah upaya instistusi/lembaga untuk penyiapan dan menciptakan tenaga professional di berbagai bidang kreatif, berkontribusi untuk pertumbuhan industri kreatif.  

"Pendidikan DKV merupakan disiplin ilmu yang mengajarkan cara menciptakan solusi visual yang efektif untuk menyampaikan pesan, informasi, dan ide kepada publik," kata Prayanto.

"Pendidikan DKV mengajarkan mahasiswa untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan dan kreativitas dalam bidang komunikasi visual dengan tujuan mempersiapkan mereka menjadi profesional yang siap berkontribusi pada berbagai sektor industri kreatif," kata dia.

Sedangkan Prof. Dr. Junaidi, S.Kar., M.Hum. (Guru Besar bidang Pedalangan) Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta dalam orasi iImiahnya mengusung tema Wayang Kulit Purwa untuk Manusia
Multiusia.

"Wayang dan manusia multiusia ini telah mendapatkan perhatian dari para orang kaya uang (sugih dhuwit), untuk memberikan permainan (kanggo ndolani) dan sekaligus dipakai untuk mendidik anaknya (ngiras pantes dianggo ndhidhik) dengan cara menciptakan dua macam format dari wayang kulit purwa biasa/normal/padhalangan menjadi format wayang kaper dan kidangkencanan," kata dia.

Selain itu, juga membuat format pertunjukan dengan waktu pendek. Wayang kaper merupakan miniature dari wayang kulit purwa padhalangan, sedangkan wayang  kidangkencanan berukuran diantara wayang padhalangan dan wayang kaper, maka juga disebut wayang tanggung . 

Kaper merupakan binatang serangga semacam kupu-kupu kecil (klaper) yang beraktivitas berterbangan pada malam hari (pating kleper) mendekati cahaya di kegelapan. Kidangkencanan berupa hewan omnivore yang memakan daun, buah, rumput, kadang-kadang telur dan serangga.  

Kijang juga dikenal sebagai  hewan yang soliter  dan aktif di malam hari, meskipun juga bisa terlihat di siang hari hari.

Dari ketiga format wayang tersebut yang paling akrab dengan manusia multiusia adalah wayang padhalangan .

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment