News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Brak ! Warga Bersorai Saat Sultan HB X Rubuhkan Tembok Masjid Gedhe Yogya

Brak ! Warga Bersorai Saat Sultan HB X Rubuhkan Tembok Masjid Gedhe Yogya

WARTAJOGJA.ID : Ribuan warga memadati komplek Masjid Gedhe Keraton Yogyakarta menyaksikan prosesi Kondur Gongso dalam rangkaian Hajad Dalem Sekaten yang digelar Keraton Yogyakarta memperingati Kelahiran Nabi Muhammad SAW, Kamis malam 4 September 2025.

Salah satu momen yang dinanti para warga tak lain prosesi langka Jejak Banon atau Jejak Benteng yang berlangsung di sisi selatan kompleks Masjid Gedhe.

Prosesi itu langka, karena hanya dilakukan delapan tahun sekali oleh Raja Keraton bertahta, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X. 

Dalam prosesi itu, Sultan HB X menjejakkan kaki untuk merubuhkan tumpukan batu bata yang sebelumnya telah disusun di akses selatan Masjid Gedhe. Hal itu sebagai prosesi mengenang pendiri Keraton Yogya atau Pangeran Mamgkubumi (Sultan HB I) saat dulu menyelamatkan diri dari musuh selepas salat Jumat di Masjid Gedhe.

Selepas mendengarkan pembacaan kisah nabi di Masjid Gedhe sekitar pukul 22.00 WIB, Sultan HB X yang mengenakan busana kebesaran dengan dominan warna biru, melangkah menuju arah gerbang sisi selatan Masjid Gedhe yang telah disusun batu bata setinggi 1,5 meter.

Para prajurit bregada membawa tombak menbentuk pagar betis sebagai akses jalan Sultan. Sebab warga dan wisatawan berebut mendekat baik dari sisi utara tembok maupun selatan (Jalan Kauman).

Sekitar lima menit kemudian, Sultan pun melakukan prosesi Jejak Benteng yang telah ditunggu para warga.

'Brak' tak sampai lima detik susunan tembok batu bata yang dijejak Sultan langsung berhamburan dan warga yang berada di balik tembok itu bersorai ikut senang.

Reruntuhan itu masih menyisakan susunan batu bata hanya setinggi sekitar 30 sentimeter. 

Dipandu oleh menantu tertuanya, Kanjeng Pangeran (KPH) Wironegoro, Sultan pun melangkahi reruntuhan batu bata yang berserakan itu. Di belakang Sultan turut mengikuti putrinya seperti Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi dan GKR Bendara.

Sepanjang menunggu prosesi acara Jejak Benteng itu, sejumlah warga terpantau pingsan diduga karena kelelahan menunggu dalam situasi yang cukup panas. Tim medis yang berjaga langsung bergerak memberi pertolongan dengan mengevakuasi warga yang pingsan ke area aman, di luar kerumunan.

Dalam komplek Masjid Gedhe Kauman sendiri dipadati ribuan warga dan wisatawan sejak pukul 18.00 WIB. 

Jejak Banon sendiri menjadi prosesi penutup pada prosesi Kondur Gongso atau pengembalian gamelan pusaka yakni Gamelan Kanjeng Kiai Sekati yakni Kanjeng Kiai (KK) Gunturmadu dan KK Nagawilaga dari Masjid Gedhe ke Keraton Yogyakarta.

Selain Jejak Banon, yang menarik dari prosesi Kondur Gongso ini adalah prosesi penyebaran udhik-udhik oleh Sultan HB X. Udhik-udhik ini berupa uang koin yang kemudian diperebutkan masyarakat yang hadir sebagai lambang ngalap berkah.

"Udhik-udhik ini melambangkan sedekah dari Raja untuk masyarakat dan tamu yang hadir," kata Koordinator Rangkaian Prosesi Garebeg Keraton,  KRT Kusumonegoro, Kamis.

Penyebaran udhik-udhik ini dilakukan di dua tempat depan Masjid Gedhe yang disebut Pagongan, semacam pendopo menyimpan dua gamelan pusaka yang terus dimaikan sejak tradisi ini digelar sepekan terakhir mulai 29 Agustus 2025.

"Penyebaran udhik-udhik dilakukan di Pagongan Kidul kemudian dilanjutkan ke Pagongan Lor, juga dari dalam area masjid," kata dia.

Penyebaran udhik-udhik dilakukan sebelum Sultan HB X masuk ke dalam area serambi masjid untuk mendengarkan pembacaan riwayat Nabi Muhammad SAW.

Pasca prosesi Kondur Gongso, pada Jumat 5 September 2025, digelar acara puncak Sekaten yakni Grebeg Maulud mulai pukul 09.00.WIB di Keraton Yogyakarta dan Masjid Gedhe.

Dalam Garebeg Mulud kali ini akan terdapat enam jenis gunungan yang akan dikeluarkan. 

Keenam jenisnya adalah Gunungan Kakung, Gunungan Estri/Wadon, Gunungan Gepak, Gunungan Dharat,  Gunungan Pawuhan, dan Gunungan Brama.  
 
Gunungan Brama hanya sekali dikeluarkan bertepatan dengan Tahun Jawa Dal dan ini membedakan dengan prosesi Hajad Dalem Garebeg Mulud seperti tahun-tahun sebelumnya. 

Gunungan Brama tersebut secara khusus diperuntukan untuk Sri Sultan, keluarga, dan Sentana Dalem. 

“Khusus Garebeg Mulud Tahun Dal, akan dikeluarkan salah satu pareden, yakni Gunungan Brama, yang nantinya juga diarak dan diboyong dari keraton menuju Masjid Gedhe,” ungkap Kusumonegoro.

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment