Sari Husada Kembangkan Inovasi Pupuk Organik Sludge untuk Dukung Ketahanan Pangan Nasional
WARTAJOGJA.ID : Indonesia saat ini menghadapi tiga krisis utama: perubahan iklim, degradasi tanah dan air, serta hilangnya keanekaragaman hayati. Kontaminasi bahan kimia dari sarana produksi pertanian (pupuk dan pestisida), pestisida rumah tangga, maupun cemaran industri di sekitar lahan menjadi tantangan yang serius.
Tingginya biaya usaha tani dengan hasil yang tidak pasti juga membuat minat generasi muda untuk terjun ke pertanian semakin menurun.
Sensus Pertanian 2023 mencatat, mayoritas petani di Indonesia berusia 43–58 tahun (42,39%), disusul usia 59–77 tahun (27,61%), dan usia 27–42 tahun (25,61%).
Menanggapi kondisi ini, sejak 2022 PT Sarihusada Generasi Mahardhika Plant
Prambanan bersama Gita Pertiwi mengembangkan program pertanian regeneratif (Regenerative Agriculture). Program ini bertujuan mengurangi potensi cemaran tanah dan air melalui praktik pertanian ramah lingkungan yang sekaligus mampu meningkatkan pendapatan petani.
Inisiatif ini merupakan bagian dari peta jalan keberlanjutan perusahaan Danone Impact Journey, yang berfokus pada tiga pilar utama: kesehatan, lingkungan, serta karyawan dan komunitas.
Program ini juga sejalan dengan misi kedua Asta Cita Presiden Prabowo tentang “Penguatan Pertahanan dan Keamanan Nasional”, khususnya dalam mencapai kemandirian pangan, energi, dan air guna memastikan ketahanan nasional yang komprehensif.
Penerapan Regenerative Agriculture dilakukan dengan prinsip-prinsip meningkatkan kesuburan tanah melalui aplikasi bahan organik, sistem tumpang sari atau pergiliran tanaman, pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) dengan pestisida nabati, peningkatan keanekaragaman hayati, manajemen air, serta pemberdayaan perempuan dan generasi muda. Diharapkan, penerapan prinsip ini mampu memperbaiki kualitas tanah sekaligus meningkatkan hasil produksi.
Selama ini, petani sangat bergantung pada sarana produksi dari luar, khususnya pupuk kimia, pestisida, dan benih. Untuk mengurangi ketergantungan tersebut, potensi limbah dari PT Sarihusada Generasi Mahardhika dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk organik, yakni sludge, yaitu limbah padat organik dari proses pengolahan susu, dan arang sekam.
Bekerja sama dengan BSIP Yogyakarta, dilakukan uji laboratorium, uji efektivitas, dan uji desiminasi untuk menemukan formula pupuk organik berbasis sludge. Dosis pupuk sludge yang direkomendasikan adalah 1,5 ton per hektare per musim tanam (Ha/MT) untuk padi dan hortikultura. Hasil uji coba menunjukkan dampak positif, di antaranya:
1. Jagung – aplikasi sludge 1 ton/Ha meningkatkan produksi sebesar 4,59% (dari 8,60 ton/Ha menjadi 8,99 ton/Ha).
2. Terong – penggunaan sludge mengurangi kebutuhan pupuk kimia sebesar 30% (NPK dari 200 kg menjadi 140 kg, dan Phonska dari 350 kg menjadi 245 kg) serta meningkatkan produksi hingga 13%.
3. Padi – aplikasi sludge meningkatkan hasil panen sebesar 20,8% (dari 7,7 ton/Ha menjadi 9,8 ton/Ha)
Petani juga merasakan manfaat nyata penggunaan pupuk ini. Pak Yuwono, Ketua Gapoktan Kemudo Rukun, Desa Kemudo, mengatakan “Setelah memberikan pupuk sludge pada 10 bedeng cabai sebanyak 225 kg (dosis 1,5 ton/ha), satu bulan kemudian pertumbuhannya lebih cepat dibanding yang tidak diberi sludge. Daunnya hijau gelap, segar, dan tahan lama. Tanah lebih gembur dan mudah diolah. Biasanya setelah hujan tanah menjadi keras, tapi setelah pakai sludge lebih ringan dan akar tanaman tumbuh lebih kuat.”
Senada dengan itu, Pak Slamet, petani dari Desa Sanggrahan, menyebut bahwa aplikasi pupuk sludge juga mengurangi pertumbuhan gulma.
Standar Operasional Prosedur (SOP) budidaya sehat untuk padi dan hortikultura disusun secara partisipatif bersama petani, generasi muda, penyuluh (BPP/PPL), dan pemerintah desa. SOP ini menjadi panduan penerapan budidaya sehat di lahan. Saat ini, terdapat 25 petani champion (16 di antaranya perempuan) yang aktif menyebarkan pengetahuan ini kepada petani lain, baik melalui forum maupun pendampingan langsung
Hingga kini, lahan seluas 16,8 hektare telah menerapkan prinsip Regenerative Agriculture, termasuk pengurangan pupuk kimia, peningkatan penggunaan pupuk organik, aplikasi pestisida nabati, dan manajemen irigasi. Program ini telah berkembang di dua desa, Kemudo dan Sanggrahan, mencakup 4 kelompok tani, 6 Kelompok Wanita Tani (KWT), dan 1 Karang Taruna RW, dengan lebih dari 400 penerima manfaat.
Panen raya padi di Desa Sanggrahan, Kecamatan Prambanan, menjadi momentum perayaan keberhasilan aplikasi pupuk sludge. Dua Gapoktan, Rejeki Subur Sanggrahan dan Kemudo Rukun, kini memproduksi pupuk organik sludge secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan petani, dengan cita-cita mewujudkan Desa Mandiri Pupuk.
Post a Comment