News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Sarasehan Pembentukan Karakter Pemuda di Era Digital Menyikapi Dinamika Sosial Politik Soroti Peran Seni Untuk Kebebasan Berpikir

Sarasehan Pembentukan Karakter Pemuda di Era Digital Menyikapi Dinamika Sosial Politik Soroti Peran Seni Untuk Kebebasan Berpikir

WARTAJOGJA.ID :  Di tengah derasnya arus informasi dan perubahan sosial, kekhawatiran akan lunturnya nilai-nilai moral dan kebangsaan di kalangan generasi muda menjadi sorotan penting. 

Menyikapi kondisi tersebut, Dahana Pramoda, sebagai Pelopor Pemuda Produktif, menyelenggarakan Forum Group Discussion (FGD) bertema kebangsaan dengan pendekatan budaya dan kepemudaan pada Minggu (6/07). 

Acara yang dikemas dalam format sarasehan santai ini menghadirkan narasumber yang berkompeten di bidangnya. Yakni Mohammad Dhani Febriadi atau yang akrab disapa Momo ZIMA (praktisi seni dan aktivis komunitas) 

Momo ZIMA membawakan diskusi tentang Peran Lingkungan dan Literasi Digital Menyikapi Isu yang Berkembang. 

Dari sisi budaya dan kreativitas, Momo ZIMA menambahkan, “Anak muda itu sebenarnya punya semangat juang yang tinggi, cuma sering di salah pahami. Lewat seni dan ekspresi budaya, kita bisa ajak mereka bicara soal bangsa dengan cara yang lebih organik dan jujur.” 

Sarasehan ini berangkat dari keresahan nyata terhadap anggapan bahwa generasi muda—khususnya Gen Z—cenderung kurang sopan dalam bersosial dan apatis terhadap politik dan kebudayaan, bahkan di lingkungannya sendiri. 

Jika tidak direspons dengan pendekatan yang tepat, hal ini dikhawatirkan akan berdampak pada lemahnya kepedulian terhadap kemajuan bangsa dan stabilitas sosial di masa depan. 

Acara ini menjadi bukti bahwa forum dialog yang inklusif, kreatif, dan terbuka masih sangat relevan untuk memperkuat identitas dan semangat kebangsaan di tengah tantangan zaman. 

Dalam forum tersebut, Momo menyoroti peran seni sebagai benteng terakhir dalam menjaga kebebasan berpikir di tengah derasnya arus informasi.

Menurut Momo, meski musik kini semakin dikendalikan oleh tren dan algoritma, masih ada ruang bagi pelaku seni untuk menyampaikan kritik dan pemikiran. “Seni, nggak cuma musik ya hari ini masih bisa jadi tameng terakhir kebebasan berpikir. Walaupun sudah mulai kelihatan arah setirnya, kritik sosial masih bisa lewat situ,” ujarnya. 

Dalam konteks karakter pemuda, eks vokalis Captain Jack itu menilai generasi saat ini banyak yang kehilangan suara pribadi akibat dominasi media sosial dan budaya FOMO (fear of missing out). “Tantangan kita hari ini adalah membentuk karakter yang tidak ikut-ikutan. Anak muda harus punya wawasan dan suara sendiri. Karakter itu esensial,” ujarnya.

Ia juga menyinggung peran media sosial yang kerap hanya dijadikan alat validasi diri, bukan ruang aktualisasi. “Sosial media itu alat. Bisa dipakai untuk jadi sesuatu yang baik, tapi juga bisa jadi penjara buat diri sendiri. Masalahnya, kebanyakan orang cuma cari validasi,” tambahnya.

Momo menggarisbawahi pentingnya pemahaman terhadap akar persoalan sebelum bicara soal solusi. “Kita belum perlu bahas solusi dulu, yang penting tahu dulu masalahnya anak muda sekarang terlalu gampang disetir informasi,” ungkapnya.

Menanggapi peran pemerintah, Momo bersikap kritis. Ia menyebut bahwa di satu sisi, pemerintah diuntungkan dengan masyarakat yang mudah diarahkan. “Kalau masyarakat bisa disetir, ya tentu menguntungkan pihak tertentu. Namun yang harus kita perjuangkan adalah jadi manusia yang pikirannya merdeka,” ujarnya.

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Next
This is the most recent post.
Previous
Older Post

Post a Comment