Galeri Pandeng ISI Yogyakarta Jadi Pusat Pameran Internasional Sense and Sensibility, Angkat Cerita Kemanusiaa
WARTAJOGJA.ID – Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta melalui Fakultas Seni Media Rekam mulai menggelar pameran seni internasional bertajuk "Sense and Sensibility: International Student Joint Exhibition" pada 22 Juni 2025.
Acara pembukaan diresmikan oleh Dr. Irwandi, S.Sn, M.Sn (Rektor ISI Yogyakarta) dan Konfir Kabo (Founder Project Eleven).
"Pameran ini menampilkan karya-karya terpilih dari mahasiswa dan akademisi, termasuk dari Fakultas Seni Media Rekam ISI Yogyakarta, serta perguruan tinggi dan seniman ternama dari Australia dan Indonesia," ujar Rektor, Minggu malam, 22 Juni 2025.
Pameran ini menjadi lebih bermakna karena berlangsung di Galeri Pandeng, Fakultas Seni Media Rekam ISI Yogyakarta, sebuah galeri berstandar internasional yang telah diakui oleh Fédération Internationale de l'Art Photographique (FIAP).
"Galeri Pandeng merupakan ruang pamer berstandar internasional di bawah Fakultas Seni Media Rekam ISI Yogyakarta, yang telah mendapatkan pengakuan dari Fédération Internationale de l'Art Photographique (FIAP)," ujar Rektor.
Dekan Fakultas Seni Media Rekam ISI Yogyakarta, Dr Edial Rusli SE M Sn, menambahkan Galeri Pandeng selama ini sudah kerap menjadi tuan rumah pameran seni kontemporer bertaraf global, mendukung perkembangan seni visual di Indonesia dan dunia.
"Pameran ini bertujuan untuk menciptakan ruang refleksi bagi publik tentang peran seni dalam merespons tantangan kemanusiaan kontemporer. Melalui karya-karya yang ditampilkan, para seniman berupaya menggali makna rasionalitas dan sensitivitas dalam konteks sosial yang kompleks, mengikuti jejak pemikiran John Berger dan Italo Calvino," kata Edial.
Selain menjadi ajang ekspresi kreatif, lanjut Edial, pameran ini juga menjadi wadah kolaborasi antara seniman muda Indonesia dan Australia, memperkuat dialog budaya melalui bahasa visual.
Pembukaan pameran Sense and Sensibility juga dihadiri oleh berbagai tamu dan undangan yang berasal dari berbagai negara yang tergabung dalam Indonesia Autralia Art Forum (IAIF) sebagai destinasi akhir mereka dalam rangkaian perjalanannya di Indonesia.
Dengan mengusung tema "Sense and Sensibility", pameran ini mengeksplorasi isu-isu global seperti konflik kemanusiaan, ketimpangan sosial, dan kekerasan terhadap perempuan dan anak melalui medium fotografi, seni cetak digital, animasi, dan video art.
Kurasi pameran dilakukan oleh Daniel Boetker-Smith (Director of Centre for Contemporary Photography, Melbourne) dan Wahyudin (Kurator Independen, Indonesia), yang menyeleksi karya berdasarkan kedalaman konsep dan relevansinya dengan tema.
Wahyudin selaku Kurator Independen mengatakan dari hasil kurasi yang dilakukan oleh kurator beberapa karya yang ditampilkan dalam pameran Sense and Sensibility dari akademisi Fakultas Seni Media Rekam ISI Yogyakarta antara lain: karya berjudul, The Earth is Angry and Protesting, Authority, Film Tari "Cunduk", Urip iku Urub, Anam Cara, The Silence That Prostrates, BERKACA PADA LUKISAN KACA KUSDONO RASTIKA, Engine of the Heart, Prosesi
Agung Ganjuran
"Proses seleksi karya telah dilakukan secara ketat, dengan batas pendaftaran yang ditutup pada 5 Juni 2025," kata dia.
Peserta dari berbagai perguruan tinggi dalam dan luar negeri terlibat dalam pameran ini, termasuk mereka yang mengajukan karya dalam kategori fotografi, seni cetak digital, animasi, dan video art. Pameran ini didukung oleh Project Eleven dan Centre for Contemporary Photography Melbourne, Project Eleven dan Fakultas Seni Media Rekam ISI Yogyakarta serta menjadi bagian dari upaya ISI Yogyakarta untuk mempromosikan seni dan budaya Indonesia di kancah internasional.
Post a Comment