Mengintip Pameran Suluh Sumurup Art Festival 2025 “Jéjér” di TBY
WARTAJOGJA.ID : Dalam praktik keseharian, penyandang disabilitas kerapkali diposisikan sebagai objek ketimbang subjek. Sebagai objek, penyandang disabilitas kerap menjadi sasaran belas kasihan, penerima donasi atau target dari aktivitas filantropis.
Akibatnya, kebutuhan, kepentingan dan aspirasi penyandang disabilitas dirumuskaan oleh pihak lain yang menganggap dirinya lebih mengerti ketimbang penyandang disabilitas itu sendiri.
Padahal kita tahu, penyandang disabilitas sesungguhnya subjek yang memiliki kapasitas untuk bertindak dan mengekspresikan gagasan maupun kreativitasnya. Bahkan, tak jarang penyandang disabilitas mampu menginisasi perubahan. Tentu saja tak sedikit halangan bagi penyandang disabilitas baik dari lingkungan terdekatnya maupun faktor makro struktural, untuk mengekspresikan gagasan dan kreativitasnya.
Penyelenggaraan Suluh Sumurup Art Festival (SSAF) 2025 memilih tema “Jéjér” yang dalam bahasa Jawa berarti ‘subjek’ jika dilihat dalam tata bahasa. Selain itu, jejer bisa pula berarti berdiri tegak di atas kaki sendiri. Dalam pentas wayang kulit ‘jejer’ berarti penanda penting bakal dimulainya adegan atau kisah.
Mengambil makna “Jéjér” dari khasanah bahasa dan budaya Jawa, Suluh Sumurup diharapkan memberikan ruang bagi seniman disabilitas untuk menegaskan dirinya sebagai subjek yang aktif dan kreatif sebagaimana ditunjukkan lewat karya yang dipamerkan.
Suluh Sumurup Art Festival (SSAF) 2025, merupakan pameran ketiga yang diselenggarakan memberikan ruang bagi disabilitas mengaktualiasasikan diri melalui medium seni.
Even pertama SSAF diselenggarakan pada 2023, berskala lokal dengan tema “Gegandengan”. Sebuah tema yang dimaknai, dengan kebersamaan akan memunculkan kesadaran bersama berupa cita-cita. Pameran kedua SSAF 2024 merambah pada tingkat nasional dengan tema “Jumangkah” dimaknai dengan mulai melangkah untuk mencapai harapan/cita-cita. Disabilitas pelaku seni mesti terus bergerak bersama menjadi bagian dari seni rupa Indonesia. Bagian dari kemajuan kebudayaan Indonesia.
Optimisme pergerakan disabilitas pelaku seni dimulai dari membangun kebersamaan, kolaborasi (jaringan) serta pameran seni inklusif.
Taman Budaya Yogyakarta adalah Penyelenggara Pameran Seni Rupa Difabel Suluh Sumurup Art Festival (SSAF) dengan menggunakan Dana Alokasi Khusus non Fisik Kementerian Kebudayaan tahun 2025. Sebagai bentuk dukungan dan pemajuan potensi-potensi disabilitas, Pameran Seni Rupa Difabel Suluh Sumurup Art Festival tahun 2025 akan memamerkan karya-karya dari para disabilitas perupa yang berasal dari berbagai Provinsi di Indonesia, ada 15 Provinsi yang terlibat dalam Pameran Seni Rupa Difabel Suluh Sumurup Art Festival 2025.
Memperluas keterlibatan dan jaringan para disabilitas perupa di Indonesia, menjadi salah satu tujuan. Selain itu pameran ini merupakan respon, dari banyaknya animo disabilitas perupa yang ingin mengikuti pameran. Mengingat minim kesempatan bagi mereka bisa terlibat dalam event pameran, baik di tataran lokal maupun nasional.
Pameran dilangsungkan selama sembilan hari (Tanggal 15 – 23 Mei 2025). Diselenggarakan di Taman Budaya
Yogyakarta (TBY). Jalan Sriwedani No. 1, Kelurahan Ngupasan, Kemantrén, Gondonaman, Kota Yogyakarta. Akan membuka pameran, Direktur Pengembangan Budaya Digital Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, Bapak Andi Syamsu Rijal, S.S., M.Hum. pada 15 Mei 2025, pukul 15.00 WIB.
Pameran Nasional Suluh Sumurup Art Festival 2025, menampilkan lebih kurang 193 karya seni rupa dari 131 peserta perorangan, komunitas/sanggar dan sekolah. Terdiri dari karya dua dan tiga dimensi (2D dan 3D) dan audiovisual. Karya-karya tersebut disajikan dengan mempertimbangkan beragam kebutuhan para pengunjung pameran.
Inklusif dan aksesibel, diusung sebagai konsep pameran. Dengan demikian, karya-karya yang dipamerkan, dapat diakses dan dinikmati dengan mudah oleh semua. Selain itu, selama penyelenggaraan pameran, akan disediakan juru bisik bagi pengunjung tuna netra dan juru bahasa isyarat bagi pengunjung tuli.
Post a Comment