News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Dikukuhkan Jadi Guru Besar, Prof. Badrun Soroti Peran Peradaban Islam dalam Membangun Kebangsaan

Dikukuhkan Jadi Guru Besar, Prof. Badrun Soroti Peran Peradaban Islam dalam Membangun Kebangsaan

WARTAJOGJA.ID : Dosen Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Dr. Badrun, M.Si., dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Sejarah Peradaban Islam melalui Sidang Senat Terbuka pada Selasa (6/5/2025). 

“Islam bukan sekadar sistem kepercayaan spiritual, melainkan fondasi nilai yang telah membentuk karakter bangsa ini sejak awal,” tegasnya sembari memaparkan berbagai bukti historis yang menghubungkan nilai-nilai Islam dengan terbentuknya identitas nasional Indonesia.

Dalam orasinya yang bertajuk "Sumbangsih Peradaban Islam dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara", Badrun menekankan bahwa di tengah pluralitas budaya, etnis, dan agama, bangsa ini membutuhkan pendekatan yang tidak hanya pragmatis, tetapi berbasis pada nilai-nilai universal yang menyatukan. Islam, dalam pandangannya, menawarkan sistem nilai komprehensif yang meliputi aspek sosial, hukum, budaya, dan politik  dengan prinsip keadilan, kesetaraan, dan kemaslahatan umat sebagai pondasinya.

Menggali warisan sejarah peradaban Islam, Badrun mengajak untuk mengingat bahwa Islam pernah menjadi katalisator kemerdekaan Indonesia. Dari semangat nasionalisme yang diinspirasi nilai-nilai keislaman, hingga kontribusi dalam pembentukan norma hukum nasional, segalanya menunjukkan bahwa ajaran Islam telah menjadi bagian tak terpisahkan dari napas perjuangan bangsa.

“Ide-ide seperti keadilan, musyawarah, dan tanggung jawab sosial bukan hanya konsep spiritual, tetapi juga perangkat sosial yang membentuk kohesi dalam masyarakat,” katanya, menyoroti peran transformasional Islam dalam menciptakan masyarakat yang harmonis dan berdaya.

Ia juga menyebut organisasi keislaman seperti NU dan Muhammadiyah sebagai manifestasi nyata dari sumbangsih peradaban Islam, yang melalui bidang pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial telah menjadi agen perubahan yang konkret dan inklusif di tengah masyarakat multikultural Indonesia.

Namun, Badrun tidak menutup mata pada tantangan. Ia menyoroti bahaya dari sempitnya pemahaman keagamaan yang dapat memicu polarisasi sosial. “Islam harus tampil sebagai perekat, bukan pemicu perpecahan,” ujarnya. Solusinya adalah pendidikan Islam yang menanamkan nilai moderasi, toleransi, dan pemikiran kritis sejak dini.

Mengutip konsep maqashid al-shariah, ia menegaskan bahwa Islam memberi panduan etis dan praktis dalam menghadapi tantangan global dari perlindungan jiwa hingga keadilan sosial. “Islam relevan untuk hari ini, esok, dan masa depan, selama ia dipahami sebagai jalan transformasi, bukan stagnasi,” pungkasnya.

Sebagai penutup, Badrun mengingatkan peran penting akademisi dalam membumikan warisan Islam dalam konteks kekinian. Akademisi, katanya, memiliki kewajiban moral dan intelektual untuk menghadirkan pemikiran Islam yang progresif, berbasis riset, dan menjawab tantangan zaman.

Menyitir Buya Hamka, ia menggarisbawahi bahwa Islam bukan sekadar soal masjid dan ibadah, tetapi juga soal bagaimana negara dikelola, masyarakat dibina, dan kesejahteraan diwujudkan.

Dengan penekanan pada pendekatan dinamis terhadap sejarah, Badrun menegaskan bahwa sejarah bukanlah sekadar kumpulan peristiwa masa lalu yang statis dan terputus dari realitas kini. 

Sejarah justru merupakan proses yang hidup, sarat makna dan relevansi untuk menjawab persoalan kontemporer bangsa. Melalui perspektif ini, Islam tidak hanya hadir dalam bingkai historis, tetapi juga sebagai kekuatan transformatif yang terus bergerak, menginspirasi pembangunan sosial, politik, dan budaya dalam kerangka keindonesiaan yang berkeadaban.

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Next
This is the most recent post.
Previous
Older Post

Post a Comment