News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Cerita Perajin Kulit di Bantul Adaptasi Pasar Digital

Cerita Perajin Kulit di Bantul Adaptasi Pasar Digital


WARTAJOGJA.ID : Pelaku usaha dompet dan tas kulit di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, meyakini strategi pemasaran melalui platform daring dapat menjadi tumpuan bisnisnya dalam menghadapi gejolak ekonomi global.

"Saya yakin dengan pemasaran daring, usaha ini bisa bertahan. Yang penting konsisten dan terus mengembangkan produk sesuai tren pasar," kata Agus Dwiyanto (37), pemilik usaha dompet dan tas kulit bermotif "Walker Leather", saat ditemui di Bantul, DI Yogyakarta, Rabu.

Ia menyebut pemasaran digital tidak hanya menjaga stabilitas penjualan, tetapi juga membuka jangkauan pasar yang lebih luas tanpa harus menambah biaya operasional secara signifikan.

Agus, yang mulai merintis usaha dompet dan tas kulit bermotif pada 2016, awalnya hanya mengandalkan penjualan konvensional.

Tahun 2018, ia mulai mencoba pasar digital melalui platform "marketplace" (lokapasar), yang menurutnya menjadi titik balik penting dalam perkembangan usahanya.

"Dulu, promosi itu harus keluar tenaga sendiri, semuanya dikerjakan sendiri lewat media sosial. Tapi ketika masuk ke marketplace, mereka punya program rutin, seperti kampanye produk fesyen, elektronik, dan sebagainya. Kita tinggal ikut program itu, dan produk kita bisa lebih mudah terekspos," ujarnya.

Menurut Agus, eksposur merupakan kunci dalam bisnis berbasis daring. Dengan tampil rutin dalam kampanye lokapasar, produk-produknya lebih sering dilihat oleh calon pembeli, yang akhirnya mendorong peningkatan transaksi.

Saat ini, ia mencatatkan rata-rata lima hingga 10 pesanan per hari, baik dari pelanggan satuan maupun pemesan produk khusus atau "custom order".

"Produk kami cirinya ada pada motif. Hampir semua barang diberi motif, entah geometris, tumbuhan, atau desain pesanan dari konsumen. Kami berusaha hadir dengan desain yang tidak pasaran," ucapnya.

Ia mengungkapkan stabilitas penjualan daring terbukti ketika kondisi ekonomi sedang tidak menentu, termasuk saat masa pandemi COVID-19.

Berbeda dengan toko fisik yang memerlukan anggaran sewa, pegawai, dan promosi konvensional, menurut Agus, pemasaran digital lebih ringan dari sisi beban biaya dan lebih mudah dikendalikan.

"Kalaupun terpengaruh ekonomi global, saya yakin tidak sampai 'collapse'. Beda dengan toko fisik yang kena langsung, apalagi kalau enggak ada yang datang," ujarnya.

Harga produk yang ditawarkan berkisar Rp180.000 hingga Rp300.000 per unit untuk dompet kulit, dan Rp400.000 hingga Rp1 juta per unit untuk tas kulit.

Dalam sebulan, dengan empat pekerja, menurut Agus, Walker Leather mampu memproduksi sekitar 200 item dompet dan tas kulit siap jual.

Untuk lini "custom merchandise", Agus juga mengembangkan label khusus yang menyasar pasar korporat dan lembaga.

Ia menilai tren digitalisasi dan transaksi daring adalah keniscayaan, terlebih bagi pelaku UMKM seperti dirinya.

Alih-alih mengikuti pameran yang membutuhkan biaya besar, kini ia lebih memilih fokus pada penguatan kehadiran digital.

"Kalau UMKM seperti kita, enggak ikut platform daring itu akan susah sendiri. Kita enggak punya modal sebesar perusahaan besar untuk ikut pameran ke mana-mana. Platform online itu mengurangi biaya promosi secara drastis, bahkan bisa nol," kata Agus.

Kini, strategi pemasarannya bertumpu pada dua hal: aktif di media sosial untuk membangun kedekatan dengan konsumen dan memaksimalkan konversi penjualan melalui lokapasar.

Setiap konsumen yang tertarik lewat media sosial kemudian diarahkan untuk bertransaksi lewat toko daring miliknya.

"Sistem pembayarannya aman dan terjamin. Sampai sekarang kami belum pernah mengalami kendala pembayaran. Pernah ada masalah di pengiriman, misalnya kurir yang keliru atau barang diterima tapi tidak sesuai. Tapi itu semua bisa dimediasi," ujarnya.

Dengan tren permintaan produk kulit yang stabil dan pengalaman selama hampir satu dekade, Agus percaya usaha tas dan dompet kulit miliknya akan terus bertahan dan tumbuh.

"Asal kita konsisten, terus update desain, dan mendengarkan apa yang pasar mau, saya yakin kita bisa terus jalan," ucapnya.

Harga produk yang ditawarkan berkisar Rp180.000 hingga Rp300.000 per unit untuk dompet kulit, dan Rp400.000 hingga Rp1 juta per unit untuk tas kulit.

Dalam sebulan, dengan empat pekerja, menurut Agus, Walker Leather mampu memproduksi sekitar 200 item dompet dan tas kulit siap jual.

Untuk lini "custom merchandise", Agus juga mengembangkan label khusus yang menyasar pasar korporat dan lembaga.

Ia menilai tren digitalisasi dan transaksi daring adalah keniscayaan, terlebih bagi pelaku UMKM seperti dirinya.

Alih-alih mengikuti pameran yang membutuhkan biaya besar, kini ia lebih memilih fokus pada penguatan kehadiran digital.

"Kalau UMKM seperti kita, enggak ikut platform daring itu akan susah sendiri. Kita enggak punya modal sebesar perusahaan besar untuk ikut pameran ke mana-mana. Platform online itu mengurangi biaya promosi secara drastis, bahkan bisa nol," kata Agus.

Kini, strategi pemasarannya bertumpu pada dua hal: aktif di media sosial untuk membangun kedekatan dengan konsumen dan memaksimalkan konversi penjualan melalui lokapasar.

Setiap konsumen yang tertarik lewat media sosial kemudian diarahkan untuk bertransaksi lewat toko daring miliknya.

"Sistem pembayarannya aman dan terjamin. Sampai sekarang kami belum pernah mengalami kendala pembayaran. Pernah ada masalah di pengiriman, misalnya kurir yang keliru atau barang diterima tapi tidak sesuai. Tapi itu semua bisa dimediasi," ujarnya.

Dengan tren permintaan produk kulit yang stabil dan pengalaman selama hampir satu dekade, Agus percaya usaha tas dan dompet kulit miliknya akan terus bertahan dan tumbuh.

"Asal kita konsisten, terus update desain, dan mendengarkan apa yang pasar mau, saya yakin kita bisa terus jalan," ucapnya.

Sebelumnya, Shopee Indonesia meluncurkan inisiatif Program Sukses UMKM Baru untuk mendorong pertumbuhan UMKM di Indonesia.

Program ini ditujukan bagi masyarakat yang baru ingin merintis bisnis melalui platform e-commerce.

"Program Sukses UMKM Baru kami hadirkan untuk mendukung percepatan digitalisasi UMKM di Indonesia. Melalui program ini, para pelaku usaha dapat lebih mudah memulai toko online dan meningkatkan kapasitas bisnisnya," ujar Head of Public Affairs Shopee Indonesia Radynal Nataprawira.

Radynal menuturkan dalam program itu, Shopee memberikan tiga bentuk dukungan utama bagi pelaku UMKM yang baru bergabung di platform, yakni Bebas Biaya Administrasi untuk 50 produk pertama yang terjual, Bebas Biaya Layanan Gratis Ongkir XTRA untuk 200 pesanan pertama, dan Voucher Toko senilai Rp1 juta untuk mendukung promosi produk.

Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, dari 66 juta UMKM yang ada di Indonesia, hingga 2024 baru sekitar 25 juta yang telah memanfaatkan teknologi digital. Seiring peningkatan penetrasi internet dan tren e-commerce di Indonesia, keberadaan pengusaha lokal berbasis digital diharapkan semakin berkembang.

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment