Ini Upaya MUI DIY Dorong Bangun Keluarga Tangguh dan Asyik
WARTAJOGJA.ID - Majelis Ulama Indonesia (MUI) DIY mendorong pembangunan keluarga yang tangguh dan asyik.
Keluarga yang tangguh dan mengasyikkan sangat efektif dalam menyiapkan generasi yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Bentuk dorongan tersebut diwujudkan oleh Komisi Perempuan Remaja dan Keluarga MUI DIY dengan menggelar seminar dan lokakarya (semiloka) dengan tema ‘Membangun Keluarga Tangguh dan Asyik bagi Anak’ pada Sabtu (23/11) di Hotel Grand Keisha Yogyakarta. Melalui kegiatan tersebut peserta dibekali kiat mengembangkan keterampilan komunikasi yang baik. Terutama dalam mengatasi konflik keuangan, mengelola anggaran rumah tangga, dan merencanakan keuangan jangka panjang. Selain itu, kegiatan ini dirancang untuk membantu peserta memahami pentingnya menjalin kelekatan orangtua dengan anak-anak mereka sehingga orangtua menjadi figur yang positif, menyenangkan, dan suportif.
Ketua Umum Dewan Pengurus MUI DIY Prof KH Machasin MA, menekankan adanya perbedaan yang dialami oleh generasi saat ini dengan generasi yang lalu. Baginya, menjadi keluarga yang asyik tidak pernah terpikirkan di generasinya. "Dulu asyiknya itu bukan di keluarga, namun di lingkungan karena bisa bermain, berenang, dan berkegiatan dengan teman lainnya," ungkapnya.
Ia sekaligus mencontohkan bahwa anak-anak masa kini sebenarnya lebih dekat dengan orangtuanya. Salah satunya ditandai banyaknya orangtua yang mengantar anak mereka ke sekolah. Akan tetapi pada kenyataannya komunikasi antara anak dan orangtua tidak terjalin secara baik karena anak lebih suka bermain gawai. Apalagi bagi keluarga yang memilih untuk tinggal di perkotaan. "Ada kecenderungan saat ini anak-anak mencari keasyikan melalui gawainya," imbuhnya.
Sementara dalam acara kemarin menghadirkan empat narasumber dari berbagai latar belakang. Salah satunya pegiat gender, Sarjoko S, yang menekankan pentingnya orangtua menjadi teman bagi anaknya. Saat ini model yang efektif adalah kepengasuhan otoritatif di mana orangtua memberi ruang bagi anak untuk berpendapat, sekaligus memberi tawaran yang sifatnya rekomendasi, bukan paksaan. "Gaya kepengasuhan yang serba memaksa kurang sesuai dengan karakter anak saat ini," terangnya.
Terkait digitalisasi, dirinya menyebut media digital sudah jadi realitas yang perlu dihadapi, bukan ditakuti. "Kita perlu membangun gerakan moderasi digital sebagai bentuk pendewasaan digital bagi para penggunanya agar internet bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya," tutupnya.
Sementara narasumber lainnya, Asmar, seorang psikolog keluarga menyampaikan pentingnya suami, istri, dan anak memahami peran, fungsi, dan tugas masing-masing dalam keluarga. Pemahaman dasar mengenai keluarga adalah pondasi awal untuk membangun keluarga yang resiliensi. Ia sekaligus menyinggung persoalan ketahanan ekonomi yang menjadi faktor penting dalam ketahanan keluarga. "Pertama-tama, kita harus bisa membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan. Selain itu, sebuah keluarga perlu mengatur keuangan dengan baik, meningkatkan mutu pendidikan keluarga, hingga meningkatkan kemampuan atau skills," pesannya.
Post a Comment