Fisip UPN Veteran Yogyakarta Gelar Seminar Nasional Reaktualisasi Bela Negara di Era Digital Sambut Dies Natalis ke-66
WARTAJOGJA.ID - Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta sukses menggelar seminar nasional bertajuk “Reaktualisasi Bela Negara di Era Digital” pada Selasa (19/11/2024).
Bertempat di Gedung Agus Salim, Kampus 2 UPN Veteran Yogyakarta, seminar ini menghadirkan empat pembicara lintas bidang untuk membahas urgensi bela negara di tengah tantangan era digital.
Ketua Panitia Seminar Nasional yang juga Dosen Administrasi Bisnis Fisipol UPN Veteran Yogyakarta Dr. Rosalia Dwi Fadma Tjahjanti, S.Sos., M.Si menuturkan acara ini menjadi rangkaian Dies Natalis ke-66 UPN Veteran Yogyakarta yang puncaknya digelar Desember 2024 mendatang.
"Seminar ini mengajak peserta yang sebagian besar mahasiswa menghayati semangat bela bangsa di era digital saat ini," kata Rosalia.
Seminar nasional ini, kata Rosalia, diikuti tak kurang 200 peserta. Termasuk tamu undangan di luar kampus seperti taruna AAU dan Akmil.
"Narasumber yang dihadirkan dari beragam profesi sehingga peserta seminar bisa melihat lebih luas aspek bela bangsa dari berbagai sudut pandang di era saat ini,"ujar Rosalia.
Dalam sambutannya,
Dekan FISIP UPN Veteran Yogyakarta, Dr. Susanta, M.Si, menyampaikan harapannya
bahwa seminar ini dapat menjadi ruang refleksi bagi generasi muda untuk tetap
memegang teguh nilai-nilai Bela Negara sebagai fondasi menuju Indonesia Emas 2045
yang tidak hanya cerdas secara teknologi tetapi juga memiliki jiwa patriotisme
yang kokoh.
“Melalui seminar ini, kami berharap generasi muda
mampu menginternalisasi nilai-nilai bela negara dan mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari. Filosofi UPN Veteran Yogyakarta, Widya Mwat Yasa,
memberi kita arahan dalam menuntut ilmu untuk kebaikan bangsa, menjadi pedoman
kami dalam membangun karakter kebangsaan,” ujar Dekan FISIP di hadapan ratusan peserta
seminar.
Seminar ini dibuka
dengan paparan dari Prof. Dr. Mohd Afandi Salleh, Akademisi dari Faculty of
Law & International Relations, Universiti Sultan Zainal Abidin, Malaysia.
Beliau mengupas perbedaan pendekatan patriotisme antara dunia Barat yang modern
dan Timur yang agamis, serta menekankan bahwa masyarakat Timur patut bersyukur
dan bangga dengan karakter budaya yang berlandaskan nilai spiritual.
Dalam paparannya, Prof. Dr. Mohd Afandi Salleh juga membahas
bagaimana Malaysia mengimplementasikan nilai-nilai Bela Negara melalui
berbagai pendekatan, termasuk media budaya populer seperti film dan animasi. Ia
menekankan bahwa Bela Negara adalah upaya kolektif yang harus ditanamkan sejak dini untuk
memperkuat identitas bangsa di tengah arus globalisasi.
Dari perspektif
komunikasi, Dr. Agung Prabowo, dosen Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta,
menyoroti pentingnya kolaborasi antar generasi untuk menanamkan nilai-nilai Bela Begara. Dosen Ilmu
Komunikasi FISIP UPN Veteran Yogyakarta ini, juga memaparkan
pentingnya membentuk karakter kebangsaan generasi milenial di era digital dalam
Perspektif
Dromologi. Dalam paparannya, ia menjelaskan bahwa generasi muda saat ini hidup
dalam arus informasi yang serba cepat dan perlu diarahkan untuk menggunakan
teknologi secara bijak guna memperkuat identitas nasional.
Perspektif berbeda
disampaikan oleh Kolonel Sus Ir. Margono, M.Si dari Akademi Angkatan Udara
Tentara Nasional Indonesia, yang membahas sinergi antara pertahanan dan
keamanan nasional dalam konteks transformasi digital. Menurutnya, era digital
membawa tantangan baru berupa ancaman siber yang membutuhkan kolaborasi erat
antara masyarakat sipil dan militer untuk memastikan ketahanan nasional. Kolonel Sus Ir.
Margono, M.Si juga menyoroti pentingnya literasi digital dalam menghadapi ancaman siber
yang kian kompleks. Ia mengingatkan bahwa ancaman keamanan nasional di era digital
tidak hanya datang dari fisik tetapi juga dari dunia maya
Dari perspektif seni dan budaya, Mila Rosinta Totoatmojo, S.SN, M.SN, seorang budayawan dan seniman sekaligus founder Mila Art Dance School, menyampaikan bahwa seni dan budaya memiliki peran strategis dalam menanamkan nilai-nilai Bela Negara di era digital. Menurutnya, menjaga keberlanjutan budaya lokal adalah bagian strategis dalam mempertahankan eksistensi bangsa di tengah arus globalisasi digital.
Ia menjelaskan
bagaimana seni tradisional dapat dimanfaatkan sebagai media untuk memperkuat
kebanggaan nasional, terutama melalui kolaborasi dengan teknologi digital. Mila
juga mengingatkan bahwa di era globalisasi, budaya lokal menghadapi tantangan
berupa komodifikasi yang dapat menghilangkan makna aslinya. Oleh karena itu, ia
mendorong generasi muda untuk tidak hanya menjadi konsumen budaya, tetapi juga
pelaku aktif dalam melestarikan dan mempromosikan budaya sebagai bagian dari
strategi bela negara.
Seminar ini diakhiri
dengan diskusi panel interaktif yang membahas tema-tema spesifik, seperti
politisasi media dalam reaktualisasi cinta tanah air hingga peran konten
kreatif untuk memperkuat nilai Bela Negara. Peserta seminar juga diajak untuk aktif
berdiskusi dan menggali wawasan tentang bagaimana nilai-nilai bela negara dapat
terus relevan di tengah perkembangan teknologi.
Kegiatan ini
memberikan kesan mendalam bagi para peserta, salah satunya adalah Kamila
Cantika Maharani. Mahasiswa Administrasi Bisnis ini, mendapatkan banyak manfaat dari paparan narasumber.
“Dari
seminar tadi, jadi menambah insight
aku mengenai Bela Negara dari dalam negeri sampai luar negeri bersama empat pembicara
yang luar biasa!” ujar Kamila dengan penuh antusias.
Seminar ini menjadi
salah satu bukti komitmen UPN Veteran Yogyakarta sebagai perguruan tinggi berlandaskan Bela
Negara
dalam membangun karakter kebangsaan generasi muda. Melalui kegiatan ini, UPN Veteran Yogyakarta berharap para peserta dapat menerapkan nilai-nilai bela negara tidak
hanya dalam kehidupan pribadi, tetapi juga dalam kontribusi nyata untuk bangsa
dan negara di era digital.
Seminar ini juga menegaskan bahwa bela negara bukan hanya tugas aparat pertahanan, melainkan tanggung jawab kolektif masyarakat Indonesia. Nilai-nilai ini, jika diintegrasikan dengan kemampuan digital, menjadi kekuatan utama dalam menciptakan masyarakat cerdas (smart society) yang tangguh menghadapi era global.
Post a Comment