Makna World Down Syndrome Day 2023 Bagi Dunia dan Umat Manusia
Perayaan World Down Syndrome Day (WDSD) 2023 sukses digelar di kota Yogyakarta. (Foto: Hendro SB/Warta Jogja)
WARTAJOGJA.ID
– World Down Syndrome Day (WDSD) atau Hari Down Syndrome Dunia merupakan dasar
utama adanya resolusi dari United Nations (UN) bahwa dunia telah menyepakati
Hari Down Syndrome Dunia diperingati pada tanggal 21 Maret. Hal ini pun telah
dinyatakan secara resmi oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health
Organization (WHO) pada tanggal 20 Desember 2007 yang menyatakan bahwa
peringatan Hari Down Syndrome Dunia jatuh pada tanggal 21 Maret. Selain itu
juga diperkuat berdasarkan resolusi dari PBB, bahwa Hari Down Syndrome Dunia
telah ditetapkan oleh PBB pada tahun 2012 melalui sidang umum PBB pada tanggal
19 Desember 2011.
United
Nations melalui Convention on the Rights of Persons with Disabilities (CRPD)
menyatakan, Konvensi Hak Penyandang Disabilitas adalah perjanjian Hak Asasi
Manusia Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dimaksudkan untuk
melindungi hak dan martabat penyandang disabilitas. Melansir https://www.un.org/development/desa/disabilities/convention-on-the-rights-of-persons-with-disabilities.html.
Sebagaimana
diketahui, Down Syndrome adalah suatu kondisi di mana seseorang memiliki
kromosom extra. Kromosom merupakan bagian dari gen yang menentukan pembentukan
dan fungsi tubuh bayi selama masa kehamilan dan setelah lahir. Seseorang yang
mengalami down syndrome disebabkan oleh kelebihan kromosom sehingga secara umum
hanya ada dua kromosom ke-21, sementara seseorang yang mengalami down syndrome
memiliki tiga kromosom ke-21.
Down
syndrome ini juga dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup
khas. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental
tersebut pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr John Langdon Down yang
dikarenakan memiliki ciri-ciri seperti tinggi badan yang relatif pendek, kepala
mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongoloid dan sering juga dikenal
dengan mongolisme.
Perayaan Hari Down
Syndrome Dunia di Negara Indonesia
Setiap
tanggal 21 Maret di seluruh dunia merayakan WDSD. Dalam hal ini, Indonesia ikut
merayakan Hari Down Syndrome Dunia berdasarkan tema Internasional yaitu “With
Us Not For Us”. Pemerintah Indonesia sendiri juga telah ikut meratifikasi CRPD
melalui Undang-Undang No. 19 Tahun 2011 Tentang Pengesahan Convention on The
Rights of Persons With Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang
Disabilitas). Kemudian, pemerintah Indonesia juga telah mengesahkan
Undang-Undang Penyandang Disabilitas (UU No.8/2016) yang mengadopsi CRPD.
Kemudian pada perayaan Hari Down Syndrome Dunia di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), salah satu Propinsi di negara Indonesia juga mengacu kepada tema internasional WDSD yaitu “With Us Not For Us”. Propinsi DIY sendiri juga telah memiliki Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2022 Tentang Pelaksanaan, Penghormatan, Perlindungan dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas yang juga mengadopsi dari Undang-Undang No.8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas dan juga CRPD.
Serangkaian
event WDSD yang dimulai pada tanggal 5 dan 19 Maret 2023 ini, para
penyelenggara acara seperti Yayasan Indonesia Down Syndrome Insani (YIDSI)
bersama Persatuan Orang Tua Anak Dengan Down Syndrome (POTADS), Penerbit
Peneleh dan juga yang utama mendapatkan dukungan dari pemerintah Daerah
Istimewa Yogyakarta beserta media partner dari Warta Jogja telah
menyelenggarakan perayaan tersebut dengan lancar.
Untuk
event WDSD tanggal 5 Maret 2023 yang telah berhasil diselenggarakan di Balai
Kota Yogyakarta meliputi Gowes Charity yang diikuti oleh masyarakat di kota
Yogyakarta, kemudian lomba-lomba yang diikuti oleh khusus penyandang Down
Syndrome adalah seperti lomba fashion show dan mewarnai Batik Umpluk.
Sebagai
rangkaian puncak acara WDSD pada tanggal 19 Maret 2023 yang juga
diselenggarakan di Balai Kota Yogyakarta pun juga telah berhasil dilaksanakan
dengan beberapa kegiatan di antaranya music performance, fashion show, silat
seni, angklung performance dan juga pertunjukan tarian spesial hasil karya dari
maestro seni Indonesia Didik Nini Thowok serta talkshow yang mengangkat tema
tentang “Syndromatography”.
Wakil
Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X memberikan dukungan secara moral kepada para
panitia yang juga terlibat dalam acara WDSD 2023. Dirinya pun merasa senang
dengan adanya organisasi penyandang disabilitas di kota Yogyakarta karena para
penyandang down syndrome bisa termonitor dengan baik. Dan tentunya, tidak ada
perbedaan dari kalangan manapun.
“Saya
sangat senang dan mendukung organisasi penyandang disabilitas di Yogyakarta.
Intinya, saya mewakili pemerintah Yogyakarta sangat mengapresiasi dan mendukung
penuh acara WDSD 2023,” katanya, Minggu (19/3/2023).
Seperti
tema peringatan WDSD 2023, KGPAA Paku Alam X akan mengupayakan jaminan hak
inklusi dan kesejahteraan bagi orang dengan Down Syndrome dengan menciptakan
lingkungan yang kondusif dan suportif. Selain itu, pihaknya menegaskan agar
meninggalkan stigma atau stereotype bahwa orang dengan Down Syndrome sebagai
objek yang bergantung pada orang lain.
“Sinergitas
antara organisasi penyandang down syndrome dan pemerintah bisa bekerja dengan
baik serta bisa tersalurkan dengan jelas hingga sampai kepada masyarakat luas,”
harapnya.
Kearifan Lokal Silat
Seni Down Syndrome Daerah Istimewa Yogyakarta
Silat
Seni khusus Penyandang Down Syndrome merupakan sebuah rangkaian gerakan-gerakan
silat secara sederhana dengan sikap jurus silat yang halus dan bersahaja.
Gerakan ini mengambil unsur seni dalam dunia silat dan hanya terdiri dari
beberapa gerakan dasar yang secara berulang kali bergerak ke kanan dan ke kiri.
Silat
Seni Down Syndrome ini berfungsi untuk menstimulasi otak agar selalu bergerak
aktif. Selain itu juga untuk melatih motorik, kepekaan dan menyelaraskan antara
rasa dengan gerakan dari penyandang Down Syndrome.
Pengurus
Pendiri Yayasan Indonesia Down Syndrome Insani (YIDSI) sekaligus Ketua Forum
Komunikasi (Forkom) Disabilitas DIY, Ludy Bima Sena menjelaskan, hadirnya Silat
Seni Down Syndrome di kota Yogyakarta itu juga bertujuan agar para penyandang
down syndrome bisa memiliki rasa percaya diri untuk tampil di depan masyarakat
umum.
Ludy,
yang juga sebagai Kreator Silat Seni Down Syndrome di kota Yogyakarta ini
menegaskan ingin lebih mengenalkan mereka kepada masyarakat umum di Yogyakarta,
Indonesia bahkan dunia bahwa penyandang down syndrome mempunyai kemampuan yang
sama seperti orang pada umumnya (non-disabilitas) untuk perform di atas
panggung.
“Ini
juga merupakan sebuah proses perjalanan yang panjang sehingga tidaklah mudah
dalam membentuk dan melatih mereka,” kata pria yang juga menjabat sebagai Ketua
Panitia Perayaan WDSD 2023.
Lebih
lanjutnya, seperti diketahui bersama penyandang down syndrome masuk dalam
kategori disabilitas intelektual sehingga kebanyakan dari penyandang down
syndrome ini hanya mampu latih dan hanya sedikit yang mampu didik. Oleh karena
itu, diperlukan latihan secara rutin untuk terus dilatih agar bisa tampil
maksimal serta terbentuk sebuah tim silat seni yang solid.
Dengan
demikian, Ludy menilai bahwa yang diharapkan selama ini telah berjalan dengan
baik karena sepanjang tahun 2022, tim dari Silat Seni Down Syndrome tersebut
sudah tampil lebih dari dari 20 kali perform di berbagai kegiatan atau event
yang berlangsung di Yogyakarta.
“Sehingga
hal itu sesuai dengan apa yang saya harapkan selama ini. Bahwa, penyandang down
syndrome bisa tampil percaya diri di atas panggung dan lebih dikenal masyarakat
luas,” ujarnya.
Penampilan dari Tim Silat Seni Down Syndrome pada puncak perayaan WDSD 2023 tersebut memberikan inspirasi yang berbeda terutama pasca adanya pandemi Covid-19. Sehingga, Ludy berharap dengan tampilnya mereka di perayaan WDSD 2023 itu akan semakin dikenal oleh masyarakat luas khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia bahkan internasional. (*)
Post a Comment